Musso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rosyidcdk (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rosyidcdk (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 11:
Sewaktu berada di Surabaya, Musso kos di rumah [[Oemar Said Tjokroaminoto|Tjokroaminoto]] dan bertemu dengan [[Henk Sneevliet|H.J.F.M. Sneevliet]]. Musso muda juga satu kos bersama [[Soekarno]] dan [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|Kartosuwiryo]] muda yang kelak mereka akan berbeda haluan [[ideologi]] dalam pemikiran.
 
Ketika Tjokroaminoto mendirikan [[Sarekat Islam]] pada 1912, Musso aktif di dalamnya. Musso juga aktif di [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|ISDV]] bentukan [[Sneevliet]] yang menjadi cikal bakal [[Partai Komunis Indonesia]]<ref>Tempo, 2010. Radikal Kiri Si Bocah Alim. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 60-61.</ref>.
 
== Peran di PKI ==
Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut [[Stalin]] dan anggota dari Internasional Komunis di [[Moskwa]]. Pada tahun [[1925]] beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun [[1926]], meskipun ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain seperti [[Tan Malaka]]. Pada tahun 1926 Musso menuju [[Singapura]] dimana dia menerima perintah langsung dari Moskwa untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kapitalis [[Belanda]]. Musso dan pemimpin PKI lainnya, [[Alimin]], kemudian berkunjung ke [[Moskwa]], bertemu dengan [[Stalin]], dan menerima perintah untuk membatalkan pemberontakan dan membatasi kegiatan partai menjadi dalam bentuk [[Agitprop|agitasi dan propaganda]] dalam perlawananan nasional. Akan tetapi pikiran Musso berkata lain. Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk [[Batavia]] (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin ditangkap. Setelah keluar dari penjara Musso pergi ke Moskwa, tetapi kembali ke Indonesia pada tahun [[1935]] untuk memaksakan "barisan populer" yang dipimpin oleh 7 anggota [[Kongres Komitern Sedunia VII|Kongres Komintern]]. Akan tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke [[Uni Soviet]] pada tahun [[1936]].
 
Pada [[11 Agustus]] [[1948]] Musso kembali ke Indonesia lewat [[Yogyakarta]]. Pada tanggal [[5 September]] [[1948]] dia memberikan pidato yang menganjurkan agar Indonesia merapat kepada [[Uni Soviet]]. Pemberontakan terjadi di [[Madiun]], [[Jawa Timur]] ketika beberapa militan PKI menolak untuk dilucuti. Pihak militer menyebutkan bahwa PKI memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" pada tanggal [[18 September]] [[1948]] dan mengangkat Musso sebagai presiden dan [[Amir Sjarifuddin]] sebagai perdana menteri. Akan tetapi pemberontakan dapat dipadamkan oleh pihak militer. Pada tanggal [[30 September]] [[1948]], Madiun direbut oleh [[TNI]] dari [[Divisi Siliwangi]]. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal [[31 Oktober]], ketika rombongannya bertemu dengan pasukan TNI yang memburunya.