Karet: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Perubahan kosmetik tanda baca |
||
Baris 13:
== Budidaya tanaman karet ==
Kebanyakan karet komersial berasal dari getah pohon para karet (''para rubber tree)'' atau ''Hevea brasiliensis. Hevea brasiliensis'' berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa pada tahun 1906. Tanaman ini berasal dari sedikit semai yang dikirimkan dari Inggris ke Bogor pada tahun 1876, sedangkan semai-semai tersebut berasal dari biji karet yang dikumpulkan oleh H. A. Wickman, kewarganegaraan Inggris, dari wilayah antara Sungai Tapajoz dan Sungai Medeira di tengah Lembah Amazon<ref>Semangun. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta
=== Tanaman karet ===
Baris 28:
==== Kondisi geografis ====
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15<sup>0</sup> LS dan 15<sup>0</sup> LS. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai pertumbuhannya pun lebih lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat <ref>Setyamidjaja, 1993. Karet budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta
Tanaman karet banyak ditanam pada ketinggian 0-500 m dpl, dengan ketinggian optimum 0-200 m; semakin tinggi tempat penanaman pertumbuhan lambat sehingga saat buka sadap menjadi tertunda. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ketinggian tempat dengan rata-rata umur buka sadap adalah sebagai berikut:
Baris 61:
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium.<ref>{{Cite web|url=http://prabumulihdusunlaman.blogspot.com/|title=prabumulihdusunlaman|language=pt-BR|access-date=2019-04-25}}</ref>
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah.<ref name=":1">Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya: Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang. <ref>Nazaruddin dan F.B. Paimin, 1998. Karet. Jakarta
Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3 hari. <ref>Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Yogyakarta
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. <ref name=":1" />
Baris 114:
Produk utama dari tanaman karet yaitu karet alam. Kualitas karet alam diatur oleh Badan Standar Nasional (BSN) melalui Standard Indonesian Rubber (SIR) pada tahun 1999.<ref>Badan Standar Nasional. 1999. Standard Indonesian Rubber. SNI 06-1903-2000</ref> Standard Indonesian Rubber adalah karet alam yang diperoleh dengan pengolahan bahan olah karet yang berasal dari getah batang pohon ''Hevea Brasiliensis'' secara mekanis dengan atau tanpa kimia, serta mutunya ditentukan secara spesifikasi teknis.
SIR digolongkan dalam 9 jenis mutu yaitu
* SIR 3 CV ( Constant Viscosity )
Baris 128:
Perbedaannya adalah pada tingkat kadar kotoran, dan pada bahan olahan yang dipakai. SIR 3 CV, SIR 3 L dan SIR 3 WF berasal dari lateks kebun. SIR 5 berasal dari karet lembaran dan/atau koagulum segar. SIR 10, SIR 10 CV/VK, SIR 20, SIR 20 CV/VK dibuat dari koagulum lapangan.<ref>Badan Standar Nasional. 2011. Karet Spesifikasi Teknis. SNI 1903-2011.</ref>
Untuk memilih jenis bahan olah yang sesuai dengan rencana produksi, produsen SIR dapat berpedoman kepada SNI 06-2047 revisi terakhir (Standar Bahan Olah Karet ). Adapun SNI 06-2047 yang harus diikuti yaitu, persyaratan teknis bahan olahan komoditi ekspor Standard Indonesian Rubber (Bokor SIR) yang meliputi
- Tidak mengandung kontaminan vulkanisat karet
Baris 145:
== Kajian metabolomik ==
Kajian metabolomik yang telah dilakukan dalam komoditas ini yaitu penentuan pengaruh dari batang bawah (''rootstock'') terhadap anakan ''Hevea brasiliensis'' melalui analisis metabolit sampel lateks dengan NMR. Dalam penelitian Nascimento, et al, 2011,<ref>Nascimento, Eduardo Sanches Pereira do; Oliveira, Clayton Rodrigues de; Souza Gonçalves, Paulo de; Costa, Reginaldo Brito da; Rogério Manoel Biagi Moreno; Mattoso, Luiz Henrique Capparelli; Ferreira, Antonio Gilberto. 2011. Effect of rootstock on the scion of ''Hevea brasiliensis'' through metabolic analysis of latex samples by 1H NMR. ''Crop Breeding and Applied Biotechnology'' S1
Permasalahan dalam produksi karet adalah lamanya waktu produksi. Pohon karet baru dapat disadap setelah berumur 5-6 tahun, sehingga untuk produksinya perlu menunggu waktu 6 tahun dari penanamannya. Untuk itu dilakukan pencarian sumber alternatif untuk produksi karet selain ''Hevea brasiliensis''. Karet dari tanaman tersebut memiliki struktur molekul yang kuat dan massa molekul yang tinggi, sehingga karet ini menunjukkan performa yang baik yang tidak dapat ditiru oleh polimer sintetik. Performa yang baik tersebut meliputi kelentingan, elastisitas, resistensi terhadap abrasi, pembuangan panas yang efisien, dan memengaruhi resistensi. Sarung tangan karet untuk medis perlu sesuai ukurannya, tidak mudah robek, nyaman, dan efektif menjadi penghalang untuk patogen. Karakter tersebut tidak dapat dipenuhi oleh karet sintetik. Pada penelitian Mooibroek dan Cornish pada tahun 2000,<ref>{{Cite journal|last=Mooibroek|first=H.|last2=Cornish|first2=K.|date=2000-04-12|title=Alternative sources of natural rubber|url=http://dx.doi.org/10.1007/s002530051627|journal=Applied Microbiology and Biotechnology|volume=53|issue=4|pages=355–365|doi=10.1007/s002530051627|issn=0175-7598}}</ref> dicari alternatif sumber karet alam, yaitu guayule (''Parthenium argentatum'') sebagai sumber dari lateks berkualitas tinggi. Rekayasa metabolik dapat memungkinkan produksi dari pertanian dirancang untuk mengakumulasi metabolit isoprenoid, yaitu karet dan karotenoid.
|