Huma Talun: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kepadalisna (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Kepadalisna (bicara | kontrib) |
||
Baris 13:
== Pengelolaan Tanah ==
Ketika memilih [[lahan]] untuk dijadikan [[ladang]], ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal yang harus diperhatikan itu yaitu, jenis [[tanah]], kandungan [[humus]], dan kemiringan lereng. '''Pertama''' mengenai jenis [[Tanah|tanah,]] hal ini bisa dilihat berdasarkan [[warna]], kandungan [[air]], dan [[udara]]. '''Kedua''', mengenai [[Warna|warna tanah]]. Warna tanah dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu ''taneuh hideung'' (tanah hitam), ''taneuh bodas'' (tanah putih), dan ''taneuh beureum'' (tanah merah). '''Ketiga''',
== Mitos Padi ==
Penghargaan kepada [[Padi|tanaman padi]] erat kaitannya dengan [[mitos]] [[padi]]. [[Masyarakat]] [[Jawa Barat]] percaya bahwa [[Padi|tanaman padi]] merupakan perwujudan dari Nyi Sri atau Nyi Pohaci Sanghyang Asri atau Dewi Padi. Jenis penghormatan itu dimulai dari tahap mengurus [[ladang]], [[Panen|panen,]] hingga padi bisa menjadi [[nasi]]. Sosok Nyi Pohaci Sanghyang Asri atau Dewi Padi sudah ada dan didokumentasikan dalam [[naskah]] [[Wawacan Sulanjana]]. [[Naskah]] itu bercerita, bahwa asal-usul [[padi]] berasal dari seorang Dewi yang sangat mulia bagi tokoh-tokoh yang dianggap mulia pula. Tokoh-tokoh yang dianggap mulia itu di antaranya, [[Batara Guru]], [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]], dan [[Semar]]. Hingga kini, mitos mengenai Dewi Padi telah menjadi [[kearifan lokal]] dan harus tetap dilestarikan.
|