Peutron Aneuk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 35:
 
== Prosesi Terkait ==
... Pengantar ...
Setelah semua hal sudah dipersiapkan, kini masuklah pada prosesi pertama, yakni Peusijuk. Pada masyarakat Gampong Tokoh dilakukan juga berbarengan dengan Peutron Aneuk, seperti Cuko’ok, Peucicap, Geuboh Nan, dan Aqiqah.
 
'''Peusijuk''' Secara etimologis kata “Peusijuek” berasal dari kata “sijuek” yang artinya dingin. Jika ditambah oleh awalan “peu” maka makna lengkapnya adalah "membuat sesuatu menjadi dingin". Peusijuk merupakan prosesi adat yang hampir ada dalam semua kegiatan adat dalam masyarakat di Aceh., maupun yang bukan termasuk upacara adat Inti tradisi Intinyaini adalah sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang diberikan oleh Allah SWT, memohon kepadaNya agar dijauhkan dari segala mara bahaya<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.researchgate.net/publication/329923460_Peutron_Aneuk_dalam_Budaya_Aceh|title=Peutron Aneuk Dalam Budaya Aceh|last=Saifurrohman|first=Muzaki|date=December 2018|website=|publisher=ResearchGate|access-date=21 Maret 2019}}</ref>, sekaligus simbol dari ketentraman, perestuan dan saling memaafkan
 
Peusijuk ada dalam upacara perkawinan, membangun dan memasuki rumah baru, menunaikan ibadah haji atau kurban hewan. Peusijuk juga juga dilaksanakan kala istri dicerai suami, terkejut (misal, bertemu harimau, terjatuh dari pohon, terkena musibah dan lain-lain), sampai pada urusan perkelahian atau permusuhan yang harus didamaikan. Peusijuek juga dilakukan ketika seseorang memperoleh keberuntungan, misal lulus sarjana, memperoleh kedudukan tinggi dalam pemerintahan, mendapatkan kendaraan baru dan lain-lainnya.
Peusijuk bisa dilakukan ketika orang Aceh memiliki rumah baru, perkawinan, lulus sekolah, menanam padi, membangun rumah, naik haji hingga menyelesaikan perselisihan<ref>{{Cite book|title=Sejuta Makna Dalam Peusijuk: Kenali Aceh, Kenali Peusijuk|last=Trisnawaty|first=Cut|publisher=PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia|year=2014|isbn=978-602-02-4676-5|location=Jakarta|pages=}}</ref>. Prosesi Peusijuk dalam Peutron Aneuk dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT karena orang tua telah dinugerahi seorang bayi.
 
Tata cara dari pelaksanaan tradisi Peusijuek dilakukan dengan beberapa urutan, pertama menaburkan beras padi (''breuh padee''), kedua, menaburkan air tepung tawar, ketiga menyunting nasi ketan (''bu leukat'') pada telinga sebelah kanan dan terakhir adalah pemberian uang (''teumutuek''). Tara cara tersebut umumnya hampir sama dilakukan dalam setiap prosesi tradisi Peusijuek Aceh{{Sfn|Riezal|(2018)|p=146-147 : “Hampir sebagian besar masyarakat Aceh dari sejak dulu sampai sekarang masih tetap melaksanakan prosesi tradisi Peusijuek dalam berbagai kegiatan yang diyakini perlu mengadakan tradisi Peusijuek itu ..."}}. Prosesi Peusijuk dalam Peutron Aneuk dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT karena orang tua telah dinugerahi seorang bayi<ref>{{Cite book|title=Sejuta Makna Dalam Peusijuk: Kenali Aceh, Kenali Peusijuk|last=Trisnawaty|first=Cut|publisher=PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia|year=2014|isbn=978-602-02-4676-5|location=Jakarta|pages=}}</ref>.
Peusijuk dimulai dengan pembacaan [[Basmalah|Basmallah]]. Ini dimaksud agar terbangun silaturrahmi keluarga (kerabat), hidup dalam kebersamaan dan tolong-menolong (peukong syedara kaom)<ref name=":1" />.
 
'''Cuko'ok.''' Prosesi mencukur sebagian rambut si bayi. Rambut yang dipotong kemudian dimasukkan ke dalam kelapa muda yang telah dikupas terlebih dahulu. Maknanya membuang semua kotoran-kotoran sampai bersih. Ritual ini sekaligus juga identik dengan [[Sunnah]] Rasul. Upacara cukur rambut biasanya dilakukan oleh bidan ataupun seorang tua yang telah lazim mengerjakan pekerjaan tersebut<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.researchgate.net/publication/329923460_Peutron_Aneuk_dalam_Budaya_Aceh|title=Peutron Aneuk Dalam Budaya Aceh|last=Saifurrohman|first=Muzaki|date=December 2018|website=|publisher=ResearchGate|access-date=21 Maret 2019}}</ref>.
Lalu nasi ketan diambil sedikit, diletakkan di telinga bayi. Beras yang sudah diwarnai diambil di dalam gelas untuk kemudian ditaburkan ke bayi. Setelah itu oen (daun) seneujuk dan naleung sambo (daun rumput panjang) diikat menjadi satu, kemudian dicelupkan ke dalam gelas yang sudah diisi air, lalu dicipratkan (atau dalam Bahasa Acehnya seupreuk) ke arah bayi. Maksudnya adalah agar ketika bayi nanti mendapatkan masalah dalam hidup, dia bisa menghadapinya dengan kepala dingin. Seupreuk air itu sendiri melambangkan cara mendinginkan masalah besar nantinya.
 
Dalam ritual Peusijuk keluarga bayi diberikan uang adat dan cincin, gelang atau anting emas. Berapa besar harga pemberian tergantung jarak hubungan kekerabatannya, juga tentunya sesuai kemampuan dan kerelaan masing-masing. Tradisi ini merupakan bentuk komitmen kekuatan keluarga dalam membangun persatuan dan tolong-menolong sebagai penegakan harkat dan martabat keluarga besar (kaya miskin menyatu di dalamnya).
 
'''Cuko'ok.''' Prosesi mencukur sebagian rambut si bayi. Rambut yang dipotong kemudian dimasukkan ke dalam kelapa muda yang telah dikupas terlebih dahulu. Maknanya membuang semua kotoran-kotoran sampai bersih. Ritual ini sekaligus juga identik dengan [[Sunnah]] Rasul. Upacara cukur rambut biasanya dilakukan oleh bidan ataupun seorang tua yang telah lazim mengerjakan pekerjaan tersebut<ref name=":1" />.
 
Ada keluarga yang melakukan cukur rambut setelah lahiran hari kedua, ketiga (contoh di daerah [[Tamiang Hulu, Aceh Tamiang|Tamiang]]), ketujuh atau bisa juga pada saat bayi sudah berumur 1 bulan. Tradisi ini disertai dengan pemberian nama bayi. Memotong rambut bertujuan membuang rambut kotor yang dibawa sejak lahir dan agar rambut bayi tumbuh lebih subur lagi<ref name=":7">{{Cite web|url=http://www.netralnews.com/news/rsn/read/113722/upacara-kelahiran-bayi-adat-aceh-sungguh-unik-tak-ada-bandingan|title=Upacara Kelahiran Bayi Adat Aceh, Sungguh Unik, Tak Ada Bandingan|last=Koten|first=Thomas|date=14 November 2017|website=netralnews|publisher=|access-date=25 Maret 2019}}</ref>.