Dalam proses penerjemahan fono-semantik, bahasa asal seringkalisering kali menentukan kata dasar dan pola morfologinya, membuatnya sulit untuk menentukan pengaruh bahasa asal dalam [[morfologi]] bahasa penerima. Contohnya kata dok diserap menjadi מבדוק ''mivdók'' setelah memilih susunan bunyi yang sesuai secara fonetis dan semantis, בדק (b-d-q) yang berarti memeriksa atau membetulkan. Beberapa pola kata yang bisa digunakan contohnya seperti pola ''miXXaXá'', ''maXXeXá'', ''miXXéXet'', ''miXXaXáim'', (X adalah tempat masuknya susunan bunyi b-d-q), namun akhirnya dipilih pola ''miXXóX'' karena [[suku kata]] terakhir mirip dengan bunyi kata dok<ref>Zuckermann, Ghil'ad (2009), [http://www.zuckermann.org/pdf/Hybridity_versus_Revivability.pdf "Hybridity versus Revivability: Multiple Causation, Forms and Patterns"], ''Journal of Language Contact'', Varia 2:40-67, p. 59.</ref>.