Waryo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
 
Pernikahan ''Ki'' Miskat dengan ibu Junah dikaruniai lima orang anak, dua anak lelaki dan tiga orang anak perempuan semuanya dilahirkan dan didik atas dasar kasih sayang namun karena kondisi ekonomi pas-pasan yang bersekolah hingga tamat Perguruan Tinggi hanya ''Ki'' Waryo seorang, mengulas masa kecil seorang Waryo, pada masa itu Waryo kecil yang sedang bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri Bongas 2 harus terseok-seok membagi waktu antara kehidupan di panggung sebagai seniman cilik dan sebagai seorang pelajar, beruntung para guru memahami kondisi Waryo kecil pada saat itu yang berasal dari keluarga seniman, Waryo kecil selalu mendapat perhatian dan apresiasi guru-gurunya jika berkenaan dengan persoalan kesenian sehingga jika Waryo kecil ijin dalam jangka waktu lama para guru mengetahui bahwa Waryo kecil sedang berkeliling daerah untuk manggung, kehidupan berat membagi waktu antara manggung keliling, sekolah dan rumah yang dijalani oleh Waryo kecil pernah mencapai puncaknya ketika dia sangat merindukan sekolah dan ibunya karena tidak berjumpa selama kurang lebih satu minggu, Waryo kecil yang pada saat itu sedang manggung di daerah Bojong Banteng (kini masuk wilayah desa [[Randegan Kulon, Jatitujuh, Majalengka|Randegan Kulon]]) sekitar [[Jatitujuh, Majalengka|Jati Tujuh]], [[kabupaten Majalengka]] memutuskan kabur dari panggung untuk pulang menemui ibu, pada saat istirahat dzuhur dengan membawa uang receh hasil ''saweran'' menari di panggung yang dibungkus dengan topi kupluk, Waryo kecil kabur berjalan kaki melewati sawah, sungai besar dan kebun kosong, menelusuri rute panjang yang telah dia ingat pada saat berkeliling manggung, sementara Waryo kecil sedang dalam usaha pelariannya untuk pulang bertemu dengan ibunda, kondisi panggung di Bojong Banteng ''geger'' karena diketahui Waryo kecil sudah tidak ada, salah satu ''Nayaga'' (penabuh gamelan) yang mencari Waryo kecil dengan sepeda ontel berhasil menemukannya, Waryo kecil pada saat itu hanya bisa menangis meminta untuk diantarkan pulang bertemu ibu.
 
[[Berkas:Reynan-Waryo-146505809045137-VideoToMp4.webm|right|jmpl|''Ki'' Waryo memainkan [[Wayang Kulit Cirebon]] dengan lakon ''Gatot Kaca Sabda Guru'' pada acara peringatan hari jadi sanggar Sekar Pandan ([[kesultanan Kacirebonan]]) pada tahun 2013 dengan ''sinden'' ''Yu'' Rini dari [[Slangit, Klangenan, Cirebon | desa Slangit]], [[kabupaten Cirebon]] ]]
 
[[Berkas:Reynan Wayo-1987.jpg|jmpl|ka|Waryo pada tahun 1987, <br> foto diambil di sebuah studio foto]]
Baris 43 ⟶ 45:
 
== Topeng Cirebon ==
[[Berkas:Reynan-Waryo-146505809045137-VideoToMp4.webm|right|jmpl|''Ki'' Waryo memainkan [[Wayang Kulit Cirebon]] dengan lakon ''Gatot Kaca Sabda Guru'' pada acara peringatan hari jadi sanggar Sekar Pandan ([[kesultanan Kacirebonan]]) pada tahun 2013 dengan ''sinden'' ''Yu'' Rini dari [[Slangit, Klangenan, Cirebon | desa Slangit]], [[kabupaten Cirebon]] ]]
 
''Ki'' Wayo berpendapat bahwa [[Topeng Cirebon]] memiliki peranan penting dalam membentuk sejarah Cirebon terutama pada masa [[kesultanan Cirebon]] dipegang oleh [[Sunan Gunung Jati|Syarief Hidayatullah]] sebagai Sultan dan [[Sunan Kalijaga|Raden Mas Said]] sebagai wakilnya<ref>Waryo. 2017. Upaya Merevitalisasi Wayang Wong Cirebon. [[Cirebon]] : Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon</ref>