Sunda Kelapa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 11440612 oleh Putrakeren (bicara)
Tag: Pembatalan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
:''Sunda Kelapa juga merupakan nama dari '''[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]''' sebelum tahun 1527.''
[[Berkas:Pelabuhan_Haven_Batavia_Tempo_Doeloe.jpg|rightka|thumbjmpl|Sunda Kelapa sekitar pertengahan abad ke-20.]]
'''Sunda Kelapa''' ([[Bahasa Sunda|Sd.]] ''Sunda Kalapa'') adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di [[Jakarta]], [[Indonesia]]. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, [[Penjaringan, Jakarta Utara|kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara]].
 
Baris 16:
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke Asia dan pada tahun 1511, mereka bahkan bisa merebut kota pelabuhan Malaka, di [[Semenanjung Malaka]]. Malaka dijadikan basis untuk penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.
 
[[Tome Pires]], salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari [[Sumatra]], [[Kesultanan Malaka| Malaka]], Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
 
Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur sepanjang satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada di dekat muaranya yang terletak di teluk yang terlindung oleh beberapa buah pulau. Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing memiliki kapasitas sekitar 100 ton. Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang [[Suku Melayu|Melayu]], Jepang dan Tionghoa. Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang memiliki kapasitas muat antara 500 - 1.000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome Pires juga menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut dengan ''lanchara'', yaitu semacam kapal yang muatannya sampai kurang lebih 150 ton.<ref>Supratikno Rahardjo (1996:26).</ref>
Baris 42:
 
== Sunda Kelapa dewasa ini ==
[[Berkas:Old harbour2.JPG|rightka|thumbjmpl|250px|Sunda Kelapa masa kini]]
[[Berkas:Watchtower Sunda Kelapa.jpg|rightka|thumbjmpl|250px|Menara pengawas Sunda Kelapa]]
 
Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan [[wisata]] karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu [[pelabuhan]] yang dikelola oleh [[PT Pelindo II]] yang tidak disertifikasi ''[[International Ship and Port Security]]'' karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Baris 59:
 
== Rujukan ==
* {{en}} Jan Gonda, 1951, ''Sanskrit in Indonesia''.
* {{id}} Adolf Heuken SJ dan Grace Pamungkas, 2000, ''Galangan Kapal Batavia selama tiga ratus tahun''. Jakarta:Cipta Loka Caraka/Sunda Kelapa Lestari
* {{id}} Supratikno Rahardjo et al., 1996, ''Sunda Kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra. Laporan Penelitian''. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI