Perang Pacirebonan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 12:
Penolakan ''Qadi'' dan para pejabat [[kesultanan Banten]] membuat Pangeran Arya Jepara memutuskan untuk menyerang [[kesultanan Banten]]. Pangeran Arya Jepara bersama para pasukan dan ''Demang Laksamana'' (bahasa Indonesia : Laksamana) Jepara pergi menuju [[kesultanan Banten]] melalui jalur laut, dalam peperangan tersebut ''Demang Laksamana'' Jepara tewas dan membuat Pangeran Arya Jepara memutuskan untuk kembali ke Jepara.<ref name=Graafkerajaan/>
 
Pada masa ketika Danang Sutawijaya melakukan penaklukan wilayah timur pulau Jawa untuk memperkuat eksistensinya dan membantu Sultan Mas Zainul Arifin membangun benteng Kuta Raja di Cirebon, Sultan Maulana Muhammad pada masa itu disibukan dengan kegiatan dakwah Islam dan baru pada tahun 1596 atas masukan dari Pangeran Mas (putera Arya Penggiri, cucu Sunan Prawoto dari [[kesultanan Demak]]) yang berambisi menjadi penguasa [[Palembang]] maka Sultan Maulana Muhammad memutuskan untuk melakukan penyerangan ke wilayah Palembang, dalam penyerangan tersebut Sultan Maulana Muhammad yang baru berusia 19 tahun wafat dan meninggalkan putra mahkota [[kesultanan Banten]] yang baru berusia 5 bulan<ref name=Mukarrom/> yang kemudian dikenal dengan nama Abdul mufakhir mahmud abdul kadir. Peristiwa-peristiwa inilah yang menjadi latar belakang tidak terlibatnya [[kesultanan Banten]] pada masa Sultan Maulana Muhammad terhadap permasalahan eksistensi dan penaklukan wilayah yang dilakukan oleh [[kesultanan Mataram]], namun Husein Djajadiningrat dalam penelitiannya berkaitan dengan [[Banten]] menemukan bahwa ditahun yang sama yakni 1596, Mataram pernah mengirimkan 15.000 pasukannya untuk menyerang [[kesultanan Banten]] dari laut namun gagal.
 
=== Masa Sultan Abdul Mufakir ===