Pantai Ngliyep: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 6:
Ngliyep memiliki [[panorama]] yang sangat indah, memiliki hamparan pasir putih yang lembut dan area bermain yang luas dengan ditumbuhi pepohonan yang rindang. Bahkan alunan gelombangnya pun cukup menarik untuk dinikmati. Karena itulah namanya Ngliyep yang memiliki arti setiap orang yang melihat pantai ini akan merasa mengantuk dan tertidur (bahasa Jawa: liyep-liyep). Ngliyep dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam dan hamparan [[hutan tropis]] di sekitarnya. Terdapat sebuah pulau kecil bernama [[Gunung Kombang]] yang terdapat sebuah petilasan yang bisa dikunjungi.
 
Tak jauh dari Ngliyep, di sebelah kiri terdapat sebuah [[teluk]] dengan pemandangan yang tak kalah indah yakni [[Teluk Putri]]. Untuk menuju ke sana, pengunjung cukup berjalan ke sisi kiri kemudian naik ke bukit yang tak terlalu tinggi. Disebut dengan Teluk Putri, karena di teluk ini dilapisi pasir putih sangat bersih dan halus lembut sehalus kulit para putri. Ketebalan pasir kurang lebih 40 cm. Memang hamparan pasir tidak luas yakni tak lebih dari 100 meter saja, namuntetapi nyaman untuk tempat menyepi. Hanya saja pengunjung di sini harus hati-hati karena terkadang gelombang bisa cukup besar. Oleh karena itu pengunjung tidak diperbolehkan mendekat sampai di bibir pantai. Pengunjung hanya boleh berada di pasir putih.
 
Setiap tanggal 14 bulan Maulud (Rabiulawal), pantai Ngliyep akan lebih ramai dari hari biasa karena selalu diadakan acara labuhan. Kegiatan labuhan ini sudah ada secara turun-temurun sejak masa Mbah Atun, orang yang dipercaya jadi penemu Ngliyep. Labuhan adalah kegiatan masyarakat adat Jawa berupa selamatan dengan menyembelih kambing atau sapi yang disedekahkan kepada masyarakat sekitar pantai. Namun, sebagian makanan juga dilarung atau ditebarkan ke tengah laut. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Kedungsalam dengan membawa sesaji beraneka ragam dan diiringi [[kesenian Jaranan]] serta para pengawal yang mengenakan pakaian adat. Sesaji itu diarak menuju Gunung Kombang yang berjarak kurang lebih 300 m melalui sebuah jembatan dari pesanggrahan Ngliyep.