Rumah panggung Betawi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 125:
Kini waktunya membuat bangunan tambahan. Bangunan ini dibangun menempel dan sama tinggi dengan bangunan utama. Didirikan di atas 12 umpak dengan pondasi 3x4 m. Bambu yang digunakan sebagai tiang adalah [[bambu betung]] (bambu yang besar dan kuat). Bangunan tambahan ini berdinding bilik seperti bangunan utama. Sedangkan lantainya terbuat dari ''jaro-jaro'' atau bilah-bilah bambu yang dipasang agak renggang. Atap bangunan tambahan merupakan genteng merah yang disusun sedemikian rupa. Setelah itu lalu dibangunlah jamban (WC). Tidak begitu besar, hanya 1x1 m dan dibangun tanpa atap. [[Toilet|Jamban]] didirikan di atas air dan dihubungkan dengan bagian belakang rumah melalui titian (seperti jembatan untuk menyeberang) yang bisa terbuat dari bambu ataupun kayu.<ref name=":5" />
== Pantangan &
Sebagai masyarakat yang merupakan hasil percampuran dari berbagai multietnis, banyak kepercayaan yang terbawa hingga saat ini dalam budaya orang Betawi. Salah satunya adalah pantangan dan aturan ketika mendirikan rumah.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73 : “Sebagai masyarakat yang dibentuk oleh multietnis, banyak kepercayaan-kepercayaan yang terbawa hingga sekarang ..."}} Pada prinsipnya kedua hal tersebut dimaksudkan agar si penghuni rumah terhindar dari musibah dalam hidupnya. Jika tidak melanggar berarti mereka akan mendapatkan keselamatan atau mendapatkan hal-hal yang baik dalam hidupnya ketika menghuni tempat tinggalnya itu.<ref name=":4" />{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=73 : “Pada prinsipnya larangan serta aturan tersebut ditujukan agar penghuni yang kelak menempati rumah yang sedang dibangun terhindar dari musibah dalam hidupnya ..."}} Pantangan dan aturan dalam budaya Betawi terkait material, tanah tempat rumah akan didirikan, posisi bangunan, dan aturan-aturan pendirian rumah.<ref name=":4" />
|