Temu lawak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 14569010 oleh AABot (bicara)
Tag: Pembatalan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 34:
Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang lembap dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam<ref name="Mahendra"/>. Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-6 hari<ref name="Rukmana"/>. Temulawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan<ref name="Mahendra"/>.
 
Lahan penanaman diolah dengan [[cangkul]] sedalam 25-30 [[sentimeter|cm]], kemudian dibuat bedengan berukuran 3-4 [[meter|m]] dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase agar rimpang tidak tergenang dan membusuk<ref name="Syukur, C. dan Hernani"> Syukur, C. dan Hernani: "Budi Daya Tanaman Obat Komersial", halaman 117-118. PT Penebar Swadaya, 2002</ref>. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 [[sentimeter]]cm x× 20 [[sentimeter]]cm x× 20 [[sentimeter]]cm dengan jarak tanam 100 [[sentimeter]]cm x× 75 [[sentimeter]]cm, pada setiap lubang tanam dimasukkan 2-3 [[kilogram]]kg pupuk kandang<ref name="Mahendra"/>. Penanaman bibit dapat pula dilakukan pada alur tanam/ rorak sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang ditaburkan di sepanjang alur tanam, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7.5-10 [[sentimeter]] dengan mata tunas menghadap ke atas<ref name="Syukur, C. dan Hernani"/>.
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan [[gulma]] sebanyak 2-5 kali, tergantung dari pertumbuhan [[gulma]], sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah<ref name="Mahendra"/>. Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur 11-12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada temu lawak yang dipanen pada umur 7-8 bulan<ref name="Syukur, C. dan Hernani"/>. Pemanenan dilakukan dengan cara menggali atau membongkar tanah disekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau [[cangkul]]<ref name="Mahendra"/>.
 
=== Pertumbuhan ===
==== Iklim ====
* Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
* Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC°C
* Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
==== Media tanam ====
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
==== Ketinggian ====
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/ dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/ dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
 
== Hama dan penyakit ==
Baris 55:
* Lalat rimpang ([[Mimegrala coerulenfrons Macquart]])
 
Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0,1 − 0,2%.
konsentrasi 0.1-0.2 %.
 
=== Penyakit ===
* Jamur Fusarium disebabkan oleh [[fungus]] [[oxysporum Schlecht]] dan [[Phytium sp]] serta [[bakteri]] [[Pseudomonas sp]] yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala Fusarium dapat menyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. Cara pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakaikan adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.,1 - 0.,2 %.
 
* Penyakit layu disebabkan oleh [[Pseudomonas sp]], gejala berupa kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.,1 -0.,2%%.
 
==== Gulma ====
Baris 74 ⟶ 73:
Kandungan utama rimpang temulawak adalah [[protein]], [[karbohidrat]], dan [[minyak atsiri]] yang terdiri atas [[kamfer]], [[glukosida]], [[turmerol]], dan [[kurkumin]]<ref name="Rukmana"/>. [[Kurkumin]] bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).
 
Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasiantiinflamasi (anti radangantiradang), ''laxative'' (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi<ref name="Mahendra"/>. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan [[Air susu ibu|ASI]], dan membersihkan darah<ref name="Rukmana"/>.
 
Selain dimanfaatkan sebagai [[jamu]] dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan<ref> Sastrapradja, S., Naiola, BP, Rasmadi, ER, Roemantyo, Soepardjono, EK, Waluyo, EB: "Tanaman Pekarangan", halaman 67-68. Jakarta. Balai Pustaka, 1981</ref>. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir [[nyamuk]], karena tumbuhan tersebut menghasilkan [[minyak atsiri]] yang mengandung [[linelool|linalool]], [[geraniol]] yaitu golongan [[fenol]] yang mempunyai daya repellan nyamuk ''[[Aedes aegypti]]''<ref>Ningsih SU: Pengaruh konsentrasi ekstrak temu lawak (''Curcuma xanthorrhiza'') terhadap jumlah nyamuk ''Aedes aegypti'' yang hinggap pada tangan manusia [skripsi]. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008</ref>.
 
== Referensi ==