Arsitektur Gereja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WikiB1004 (bicara | kontrib)
Neo Gotik: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 64:
 
== Neo Gotik ==
Setelah Zaman Gotik, maka disusul zaman ''[[Rennaisance]]'' ''[[Baroque]]'' dan ''[[Rococo]]'' yang melahirkan arsitektur Neo Gotik.<ref name="Winarwan"/> Perbedaan utama langgam Noe Gotik dan Gotik adalah kesederhanaan dekorasi bangunan, terlihat dengan tidak adanya ukiran dan patung yang rumit.<ref name="Winarwan"/> Neo Gotik adalah perpaduan dari Gotik, Neo Klasik dan [[Romantisme]].<ref name="Winarwan"/> Sedangkan pada zaman [[modern]], bentuk Gotik masih digunakan, namuntetapi lebih praktis.<ref name="Winarwan"/>
Gereja Katedral di [[Jakarta]] adalah salah satu contoh aliran neo-gothik.<ref name="Rachman"/>
 
Baris 82:
 
=== Arsitektur dan Budaya ===
Takenaka berpendapat bahwa setiap gaya bangunan pada sejarahnya merepresentasikan tanggapan gereja akan zamannya.<ref name="Takenaka">{{en}}Masao Takenaka., The Place where God Dwells – An Introduction to Church Architecture in Asia, Christian Conference of Asia 1995</ref> Sebagaimana periode katakomba, basilika, [[Byzantine]], [[Romanes]], Gotic, bahkan gaya kolonial.<ref name="Takenaka"/> Seperti gaya arsitektur Gereja di [[Romania]] [[ortodoks]], rata-rata Gereja di sana luas, namuntetapi juga ada yang berukuran kecil, namuntetapi keduanya sama-sama saling menyesuaikan dengan lingkungan alam. Gereja di [[Switzerland]] yang menggunakan [[simbol]] ayam jantan sebagai lambang kebangkitan, dan Gereja di [[Jepang]] yang memasukkan unsur ''[[Shakkei]]'' yang artinya “meminjam pemandangan” adalah sebuah model dari arsitektur yang mempertimbangkan budaya dan alamnya.<ref name="Takenaka"/> Hal ini menurut Takenaka adalah respon dari [[Firman]] [[Tuhan]] pada [[Kejadian|Alkitab]] 1 dan 2, yaitu dalam hal menguasai dan memeliharanya.<ref name="Takenaka"/> Di Indonesia sendiri terdapat Gereja di [[Blimbingsari]] yang membuat gerbangnya sebagai undangan naik ke atas (filosofi [[Himalaya]] dan Mt. Meru) sebagai adaptasi dari [[budaya]] yang erat dengan masyarakat [[Hindu]], atapnya bisa diterobos udara dan sinar matahari sebagai tanda kedekatan dengan alam. Ketenangan Gereja di [[Legian]] yang teduh itu sebagai wujud dari pesan pada [[Ayub]] 31:32, yakni memberi sambutan kepada para pejalan, atau pelancong.<ref name="Takenaka"/>
 
== Referensi ==