Bahasa Osing: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Fast-5 MTA (bicara | kontrib) k →Jumlah dan Wilayah Persebaran: Menyunting kata "dijember" menjadi " Di Jember", dan memberikan beberapa tanda baca koma. |
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua |
||
Baris 28:
Bahasa Osing mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:
* Adanya diftong [ai] untuk vokal [i]
* Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran "u" hampir selalu terbaca "au". Seperti "gedigu" (begitu) terbaca "gedigau", "asu" (anjing) terbaca "asau", "awu" (abu) terbaca "awau".
* Lafal konsonan [k] untuk konsonan [ʔ]. Di Bahasa Jawa, terutama pada leksikon berakhiran huruf "k" selalu dilafalkan dengan glottal "ʔ". Sedangkan di Bahasa Osing, justru tetap terbaca "k" yang artinya konsonan hambat velar. antara lain "apik" (bagus/apik) terbaca "apiK", "manuk" (burung) terbaca "manuK", dan seterusnya.
Baris 38:
== Gaya Penggunaan Bahasa ==
Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak saling berhubungan. Yakni ''Cara Osing'' dan ''Cara Besiki''. ''Cara Osing'' adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya
* ''Siro wis madhyang?'' = kamu sudah makan?
Baris 53:
Kosakata Bahasa Osing berakar langsung dari bahasa Jawa Kuno, [[di mana]] banyak kata-kata kuno masih ditemukan di sana, di samping itu, pengaruh [[Bahasa Bali]] juga sedikit signifikan terlihat dalam bahasa ini. Seperti kosakata ''sing'' (tidak) dan ''bojog'' (monyet).
Pengaruh [[Bahasa Inggris]] juga masuk kedalam bahasa ini melalui para tuan tanah yang pernah tinggal di kawasan tersebut, seperti dalam kata
* ''Sulung'' dari kata ''so long'' namun bermakna ''duluan''
* ''Nagud'' dari kata '' no good'' bermakna ''jelek''
|