Rumpun dialek Arekan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k memindahkan Dialek Surabaya ke Bahasa Jawa Surabaya |
|||
Baris 28:
*"arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: bocah);
*"mari" berarti "selesai";(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, "mari" berarti "sembuh"
*"
*"dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: dhuwur);
*"thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: sithik);
Baris 43:
*"embong" ialah jalan besar / jalan raya
*"nyelang" arinya pinjam sesuatu
"
orang jawa (golongan mataraman) pada umumnya menganggap dialek suroboyoan adalah yang terkasar. tapi sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang.
sikap basa basi yang diagung-agungkan wong jawa, tidak berlaku di kehidupan arek suroboyo.
misalnya dalam berbicara, wong jawa menekankan tdak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin,karena dianggap tdak sopan. tapi dalam budaya arek suroboyo,itu tanda bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara
== Logat [[Doudo]]an
Logat [[Doudo]]an merupakan sempalan dari [[Dialek Surabaya]], yang seperti pada logat [[Bawean]] merupakan akulturasi dari beberapa bahasa. Ditengarai logat [[Doudo]]an ini dipengaruhi selain [[Dialek Surabaya]] juga oleh [[Dialek Pantura Jawa Timur]], [[Dialek Madura]], dan lain-lain.
Beberapa kosakata yang membedakan dari [[Dialek Surabaya]]:
*''pangot'' atau ''ongot'' alih-alih kata ''lading'' yang berarti pisau (ditengarai berasal dari [[Dialek Pantura Jawa Timur]])
*''kèpiyé'' atau ''piyé'' alih-alih kata ''yaapa'' atau ''kěkapa'' yang berarti bagaimana (dari Bahasa Jawa standar)
*''thethek'' alih-alih kata '''mentor''' yang berarti kacang mete
dan sebagainya
Kemudian, ada beberapa kata dalam bahasa Jawa (baik [[Dialek Surabaya]] maupun [[Bahasa Jawa]] standar) yang diucapkan berbeda, antara lain:
*Penggunaan suku kata berakhiran ''-ěh'' dan ''-oh'' menggantikan ''-ih'' dan ''-uh''. Contoh: ''putih'' menjadi ''putěh'', ''uruh'' (busa) menjadi ''uroh'', dsb.
*Penggunaan i jejeg dan u jejeg pada beberapa suku kata yang harusnya dibaca i miring dan u miring. Contoh: cilik (kecil) menjadi ciliyk, kisut (keriput) menjadi kisuwt, dsb.
Namun sebagian besar kosakata logat ini hampir sama dengan [[Dialek Surabaya]] sehingga dapat dimasukkan ke dalam golongan [[Dialek Surabaya]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Kota Surabaya]]
|