Suku Betawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arieframadhan (bicara | kontrib)
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 61:
===== Abad ke-5 =====
 
Pada akhir abad ke-5 berdiri kerajaan Hindu [[Kerajaan Tarumanagara|Tarumanagara]] di tepi [[sungai Citarum]]. Menurut Yahya, ada yang menganggap Tarumanagara merupakan kelanjutan Kerajaan Salakanagara. Hanya saja ibukotaibu kota kerajaan dipindahkan dari kaki gunung Salak ke tepi sungai Citarum. Penduduk asli Betawi menjadi rakyat kerajaan Tarumanagara. Tepatnya letak ibu kota kerajaan di tepi sungai Candrabhaga, yang oleh [[Poerbatjaraka]] diidentifikasi dengan sungai Bekasi. ''Candra'' berarti bulan atau ''sasih'', jadi ucapan lengkapnya ''Bhagasasi'' atau [[Bekasi]], yang terletak di sebelah timur pinggiran Jakarta. Di sinilah, menurut perkiraan Poerbatjaraka, letak istana kerajaan Tarumanengara yang termasyhur itu. Raja [[Hindu]] ini ternyata seorang ahli pengairan. Raja mendirikan bendungan di tepi kali Bekasi dan Kalimati. Maka sejak saat itu rakyat Tarumanagara mengenal persawahan menetap. Pada zaman Tarumagara kesenian mulai berkembang. Petani Betawi membuat orang-orangan sawah untuk mengusir burung. Orang-orangan ini diberi baju dan bertopi, yang hingga kini masih dapat kita saksikan di sawah-sawah menjelang panen. Petani Betawi menyanyikan lagu sambil menggerak-gerakkan tangan orang-orangan sawah itu. Jika panen tiba petani bergembira. Sawah subur, karena diyakini [[Dewi Sri]] menyayangi mereka. Dewi Sri, menurut mitologi Hindu, adalah dewi kemakmuran. Penduduk mengarak barongan yang dinamakan [[ondel-ondel]] untuk menyatakan mereka punya ka''gumbira''an. Ondel-ondel pun diarak dengan membunyikan [[gamelan]]. Nelayan juga bergembira menyambut panen laut. Ikan segar merupakan rezeki yang mereka dapatkan dari laut. Karenanya mereka mengadakan upacara ''nyadran''. Ratusan perahu nelayan melaut mengarak kepala kerbau yang dilarungkan ke laut.
 
===== Abad ke-7 =====