Dropadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k Suntingan 202.152.173.131 (Pembicaraan) dikembalikan ke versi terakhir oleh M. Adiputra
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = Ravi Varma-Draupadi carrying milk honey.jpg
| Caption = Dewi Dropadi membawa kendi madu. Lukisan [[India]] karya [[Raja Ravi Varma]].
| Nama = Dropadi
| Devanagari = द्रौपदी
| Ejaan_Sansekerta = Draupadī
| Nama_lain = KrishnaKresna; Sailandri;<br>Yadnyaseni
| Asal = [[Kampilya]], [[Kerajaan Panchala]]
| Pasangan = [[Pandawa|Panca Pandawa]]<br />([[Yudistira]], [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], [[Arjuna]],<br />[[Nakula]], [[Sadewa]])
}}
'''Dropadi''' atau '''Draupadi''' ([[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: द्रौपदी; ''Draupadī'') adalah salah satu tokoh dari [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia adalah puteri Prabu [[Drupada]], raja di [[Kerajaankerajaan Panchala]]. Pada kitab ''Mahabharata'' versi aslinya, Dropadi adalah istri para [[Pandawa]] lima semuanya. Tetapi dalam tradisi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] di kemudian hari, ia hanyalah [[permaisuri]] Prabu [[Yudistira]] saja.
 
== Arti nama ==
 
Pada mulanya, Dropadi diberi nama "Kresna", merujuk kepada warna kulitnya yang kehitam-hitaman. Dalam [[bahasa Sanskerta]], kata ''"Krishna''" secara [[harfiah]] berarti gelap atau hitam. Lambat laun ia lebih dikenal sebagai "Dropadi" (ejaan Sanskerta: ''Draupadī''), yang secara harfiah berarti "puteri [[Drupada]]". Nama "Pañcali" juga diberikan kepadanya, yang secara harfiah berarti "puteri [[Kerajaankerajaan Panchala]]". Karena ia merupakan saudari dari [[Drestadyumna]], maka ia juga disebut "Yadnyaseni" (''Yajñasenī'').
 
== Kelahiran ==
 
[[Berkas:Draupadi humiliated RRV.jpg|right|thumb|275px|"Dropadi dihina di muka umum". Lukisan India modern karya [[Raja Ravi Varma]].]]
 
Dropadi merupakan anak yang lahir dari hasil ''Putrakama Yadnya'', yaitu ritual untuk memperoleh keturunan. Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' diceritakan bahwa setelah [[Drupada]] dipermalukan oleh [[Drona]], ia pergi ke dalam hutan untuk merencanakan pembalasan dendam. Kemudian ia memutuskan untuk memperoleh seorang putera yang akan membunuh Drona, serta seorang puteri yang akan menikah dengan [[Arjuna]]. Atas bantuan dari Resi Jaya dan Upajaya, Drupada melangsungkan ''Putrakama Yadnya'' dengan sarana api suci. Dropadi lahir dari api suci tersebut.
 
== Perkawinan dengan para Pandawa ==
[[Berkas:Draupadi humiliated RRV.jpg|right|thumb|275px360px|"Dropadi dihina di muka umum". Lukisan [[India modern]] karya [[Raja Ravi Varma]].]]
 
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi [[India]] dan dalam tradisi pewayangan di [[Bali]], Dewi Dropadi bersuamikan lima orang, yaitu [[Pandawa|Panca Pandawa]]. Pernikahan tersebut terjadi setelah para Pandawa mengunjungi [[Kerajaan Panchala]] dan mengikuti sayembara di sana. Sayembara tersebut diikuti oleh para kesatria terkemuka di seluruh penjuru daratan [[Bharatawarsha]] (India Kuno), seperti misalnya [[Karna]] dan [[Salya]]. Para Pandawa berkumpul bersama para kesatria lain di arena, namun mereka tidak berpakaian selayaknya seorang [[kesatria]], melainkan menyamar sebagai [[brahmana]]. Di tengah-tengah arena ditempatkan sebuah sasaran yang harus dipanah dengan tepat oleh para peserta dan yang berhasil melakukannya akan menjadi istri Dewi Dropadi.
 
Para peserta pun mencoba untuk memanah sasaran di arena, namun satu per satu gagal. [[Karna]] berhasil melakukannya, namun Dropadi menolaknya dengan alasan bahwa ia tidak mau menikah dengan putera seorang kusir. Karna pun kecewa dan perasaannya sangat kesal. Setelah Karna ditolak, [[Arjuna]] tampil ke muka dan mencoba memanah sasaran dengan tepat. Panah yang dilepaskannya mampu mengenai sasaran dengan tepat, dan sesuai dengan persyaratan, maka Dewi Dropadi berhak menjadi miliknya. Namun para peserta lainnya menggerutu karena seorang [[brahmana]] mengikuti sayembara sedangkan para peserta ingin agar sayembara tersebut hanya diikuti oleh golongan [[kesatria]]. Karena adanya keluhan tersebut maka keributan tak dapat dihindari lagi. [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] bertarung dengan kesatria yang melawannya sedangkan [[Yudistira]], [[Nakula]], dan [[Sadewa]] pulang menjaga Dewi [[Kunti]], ibu mereka. [[Kresna]] yang turut hadir dalam sayembara tersebut tahu siapa sebenarnya para brahmana yang telah mendapatkan Dropadi dan ia berkata kepada para peserta bahwa sudah selayaknya para brahmana tersebut mendapatkan Dropadi sebab mereka telah berhasil memenangkan sayembara dengan baik.
Baris 29 ⟶ 30:
 
== Upacara Rajasuya ==
[[Berkas:DraupadiDhusasa.jpg|left|240px|thumb|[[Dursasana]] yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Dropadi, namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Sri [[Kresna]]. (Gambar diambil dari kitab ''[[Bhagawad GitaBhagawadgita]]'' yang diterbitkan oleh yayasan ISKCON).]]
 
Pada saat [[Yudistira]] menyelenggarakan upacara [[Rajasuya]] di [[Indraprastha]], seluruh [[kesatria]] di penjuru [[Bharatawarsha]] diundang, termasuk sepupunya yang licik dan selalu iri, yaitu [[Duryodana]]. [[Duryodana]] dan [[Dursasana]] terkagum-kagum dengan suasana balairung Istana [[Indraprastha]]. Mereka tidak tahu bahwa di tengah-tengah istana ada kolam. Air kolam begitu jernih sehingga dasarnya kelihatan sehingga tidak tampak seperti kolam. Duryodana dan Dursasana tidak mengetahuinya lalu mereka tercebur. Melihat hal itu, Dropadi tertawa terbahak-bahak. Duryodana dan Dursasana sangat malu. Mereka tidak dapat melupakan penghinaan tersebut, apalagi yang menertawai mereka adalah Dropadi yang sangat mereka kagumi kecantikannya.
 
Ketika tiba waktunya untuk memberikan jamuan kepada para undangan, sudah menjadi tradisi bahwa tamu yang paling dihormati yang pertama kali mendapat jamuan. Atas usul [[Bisma]], [[Yudistira]] memberikan jamuan pertama kepada Sri [[Kresna]]. Melihat hal itu, [[Sisupala]], saudara sepupu Sri Kresna, menjadi keberatan dan menghina Sri Kresna. Penghinaan itu diterima Sri Kresna bertubi-tubi sampai kemarahannya memuncak. Sisupala dibunuh dengan [[Cakra Sudarsana]]. Pada waktu menarik [[Cakra]], tangan Sri Kresna mengeluarkan darah. Melihat hal tersebut, Dewi Dropadi segera menyobek kain ''sari''-nya untuk membalut luka Sri Kresna. Pertolongan itu tidak dapat dilupakan Sri Kresna.
 
== Permainan dadu ==
== Dropadi dipermalukan di muka umum ==
{{main|Sabhaparwa}}
 
Setelah menghadiri upacara [[Rajasuya]], [[Duryodana]] merasa iri kepada [[Yudistira]] yang memiliki harta berlimpah dan istana yang megah. Melihat keponakannya termenung, muncul gagasan jahat dari [[Sangkuni]]. Ia menyuruh keponakannya, Duryodana, agar mengundang Yudistira main dadu dengan taruhan harta, istana, dan kerajaan di [[Indraprastha]]. Duryodana menerima usul tersebut karena yakin pamannya, Sangkuni, merupakan ahlinya permainan dadu dan harapan untuk merebut kekayaan Yudistira ada di tangan pamannya. Duryodana menghasut ayahnya, [[Dretarastra]], agar mengizinkannya bermain dadu. Yudistira yang juga suka main dadu, tidak menolak untuk diundang.
 
[[Berkas:Draupadi stripped.jpg|right|240px|thumb|Adegan Dropadi ditelanjangi oleh Dursasana dalam sebuah lukisan tradisional dari daerah [[Punjab]], dibuat sekitar [[abad ke-18]].]]
 
[[Yudistira]] mempertaruhkan harta, istana, dan kerajaannya setelah dihasut oleh [[Duryodana]] dan [[Sangkuni]]. Karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan, maka ia mempertaruhkan saudara-saudaranya, termasuk istrinya, Dropadi. Akhirnya Yudistira kalah dan Dropadi diminta untuk hadir di arena judi karena sudah menjadi milik Duryodana. Duryodana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Dropadi, namun Dropadi menolak. Setelah gagal, [[Duryodana]] menyuruh [[Dursasana]], adiknya, untuk menjemput Dropadi. Dropadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul. Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya diminta untuk menanggalkan bajunya, namun Dropadi menolak. Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Dropadi, namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Sri [[Kresna]] yang melihat Dropadi dalam bahaya. Pertolongan Sri Kresna disebabkan karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara [[Rajasuya]] di [[Indraprastha]].
Baris 47 ⟶ 48:
[[Berkas:Dropadi-kl.jpg|thumb|240px|right|Dewi Dropadi dalam wujud wayang Jawa.]]
 
Dalam kitab ''[[Mahaprasthanikaparwa]]'' diceritakan, setelah [[Dinasti Yadu]] musnah, para [[Pandawa]] beserta Dropadi memutuskan untuk melakukan perjalanan suci mengelilingi [[Bharatawarsha]]. Sebagai tujuan akhir perjalanan, mereka menuju pegunungan [[Himalaya]] setelah melewati [[gurun]] yang terbentang di utara Bharatawarsha. Dalam perjalanan menuju ke sana, Dropadi meninggal dunia.
 
== Suami dan keturunan ==
 
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi aslinya, dan dalam tradisi pewayangan di [[Bali]], suami Dropadi berjumlah lima orang yang disebut lima [[Pandawa]]. Dari hasil hubungannya dengan kelima Pandawa ia memiliki lima putera, yakni:
# Pratiwinda (dari hubungannya dengan [[Yudistira]])
# Sutasoma (dari hubungannya dengan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]])
Baris 57 ⟶ 58:
# Satanika (dari hubungannya dengan [[Nakula]])
# Srutakama (dari hubungannya dengan [[Sadewa]])
 
Kelima putera Pandawa tersebut disebut [[Pancawala]] atau [[Pancakumara]].
 
== Dropadi dalam pewayangan Jawa ==
 
Dalam budaya [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], khususnya setelah mendapat pengaruh [[Islam]], Dewi Dropadi diceritakan agak berbeda dengan kisah dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi aslinya. Dalam cerita pewayangan, Dewi Dropadi dinikahi oleh [[Yudistira]] saja dan bukan milik kelima [[Pandawa]]. Cerita tersebut dapat disimak dalam lakon "''Sayembara Gandamana"''. Dalam lakon tersebut dikisahkan, [[Yudistira]] mengikuti sayembara mengalahkan Gandamana yang diselenggarakan Raja [[Dropada]]. Siapa yang berhasil memenangkan sayembara, berhak memiliki Dropadi. Yudistira ikut serta namun ia tidak terjun ke arena sendirian melainkan diwakili oleh [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Bima berhasil mengalahkan Gandamana dan akhirnya Dropadi berhasil didapatkan. Karena Bima mewakili Yudistira, maka Yudistiralah yang menjadi istri Dropadi. Dalam tradisi pewayangan Jawa, putera Dropadi dengan Yudistira bernama Raden Pancawala. Pancawala sendiri merupakan sebutan untuk lima putera Pandawa.
 
== Akulturasi budaya ==
 
Terjadinya perbedaan cerita antara kitab ''[[Mahabharata]]'' dengan cerita dalam pewayangan Jawa karena pengaruh perkembangan agama [[Islam]] di tanah [[Jawa]]. Setelah [[Kerajaankerajaan Majapahit]] yang bercorak [[agama Hindu|Hindu]] runtuh, munculah [[Kerajaan Demak]] yang bercorak [[Islam]]. Pada masa itu, segala sesuatu harus disesuaikan dengan hukum agama Islam. Pertunjukan [[wayang]] yang pada saat itu sangat digemari oleh masyarakat, tidak diberantas ataupun dilarang melainkan disesuaikan dengan ajaran Islam. Menurut hukum Islam, seorang [[wanita]] tidak boleh memiliki suami lebih dari satu. Maka dari itu, cerita Dewi Dropadi dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi asli yang bercorak [[Hindu]] menyalahi hukum [[Islam]]. Untuk mengantisipasinya, para pujangga ataupun seniman Islam mengubah cerita tersebut agar sesuai dengan ajaran [[Islam]].
 
== Pranala luar ==