Patung Arjuna Wijaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Ibukota → Ibu kota |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 55:
Menurut Nyoman Nuarta, pembangunan patung Arjuna Wijaya dilatarbelakangi kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke [[Turki]] pada tahun 1987, dimana dia melihat banyak monumen yang menjelaskan tentang cerita-cerita masa lalu Turki di jalan-jalan protokolnya. Presiden Soeharto menyadari hal tersebut tidak dia jumpai di ruas jalan-jalan protokol di [[Jakarta]], sehingga dia menggagas pembangunan sebuah monumen yang memuat filsafat Indonesia. Melalui Nyoman Nuarta akhirnya kisah [[Perang Baratayuda]] digunakan sebagai ide di balik wujud akhir patung tersebut.<ref name="kompas1"/>
"'''Arjuna Wijaya'''" sendiri berarti "kemenangan Arjuna", yang menceritakan kemenangannya dalam membela kebenaran dan keberaniannya, simbol apresiasi terhadap sifat-sifat kesatrianya. Patung Arjuna Wijaya merupakan patung yang merupakan simbol bahwa hukum harus ditegakan tanpa pandang bulu. Hal ini dilatarbelakangi salah satu episode dalam cerita [[Bharatayuddha]] di mana Arjuna bertempur melawan Adipati Karna yang merupakan saudaranya sendiri. Menurut Nyoman Nuarta, dalam epos Mahabharata, Arjuna pada awalnya ragu karena yang dilawannya adalah saudaranya sendiri,
Delapan kuda yang menarik kereta perang tersebut melambangkan delapan filsafat kepemimpinan sesuai [[alam semesta]], yang disebut "'''[[Asta Brata]]'''" yaitu : Kisma ([[bumi]]), Surya ([[matahari]]), Agni ([[api]]), Kartika ([[bintang]]), Baruna ([[samudera]]), Samirana ([[angin]]), Tirta ([[hujan]]), dan Candra ([[bulan]]). Tampilan kuda-kuda Asta Brata ini telah menjadi ciri tersendiri bagi Patung Arjuna Wijaya, dimana sebagian patung kuda memperlihatkan bentuk bagian tubuh yang utuh,
== Pembangunan ==
|