Sejarah Mesir Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Ibukota → Ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 81:
Sangat mungkin pula pada zaman ini terjadi perampokan atas semua piramida dan gugus-gugus makam. Naskah-naskah Ratapan selanjutnya menyiratkan kenyataan ini, dan menjelang permulaan Zaman Kerajaan Pertengahan mumi-mumi mulai dihias dengan mantera-mantera sihir yang sebelumnya dikhususkan bagi piramida raja-raja Wangsa Keenam.
 
Menjelang 2160 SM sebuah rentetan baru para firaun dari ([[Dinasti kesembilan Mesir|Wangsa Kesembilan]] dan [[Dinasti kesepuluh Mesir|Wangsa Kesepuluh]]) mempersatukan dan memerintah atas [[Mesir Hilir]] dari ibukotaibu kota mereka di [[Herakleopolis Magna|Herakleopolis Agung]]. Sebuah wangsa tandingan ([[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]]) yang berpangkalan di [[Thebes, Mesir|Thebes]] mempersatukan kembali [[Mesir Hulu]], dan tanpa dapat dicegah lagi timbullah pertentangan di antara dua wangsa yang saling bersaing itu. Sekitar 2055 SM bala tentara Thebes mengalahkan para firaun Herakleopolis dan mempersatukan kembali Dua Negeri. Pemerintahan firaun pertamanya, [[Mentuhotep II]], menandai permulaan Zaman Kerajaan Pertengahan.
 
=== Zaman Kerajaan Pertengahan ===
Baris 88:
Zaman Kerajaan Pertengahan adalah kurun waktu dalam sejarah [[Mesir Kuno]] yang merentang sejak tahun ke-39 pemerintahan [[Mentuhotep II]] dari [[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]] sampai pada akhir masa kekuasaan [[Dinasti ketiga belas Mesir|Wangsa Ketiga Belas]], kira-kira antara 2030 SM dan 1650 SM.
 
Zaman ini terdiri atas dua tahap. Yang pertama adalah masa kekuasaan [[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]] yang memerintah di [[Thebes, Mesir|Thebes]] dan yang kedua adalah masa kekuasaan [[Dinasti kedua belas Mesir|Wangsa Kedua Belas]] yang beribukotaberibu kota di [[el-Lisht]]. Masa kekuasaan dua wangsa ini mula-mula dianggap sebagai keseluruhan dari rentang waktu zaman kerajaan persatuan ini, namun beberapa sejarawan kini<ref>Callender, Gae. ''The Middle Kingdom Renasissance'' from <cite>The Oxford History of Ancient Egypt</cite>, Oxford, 2000</ref> beranggapan bahwa paruh pertama dari [[Dinasti ketiga belas Mesir|Wangsa Ketiga Belas]] tergolong pula dalam Zaman Kerajaan Pertengahan.
 
Firaun-firaun terawal dari Zaman Kerajaan Pertengahan menisbatkan asal-usulnya pada dua [[nomark]] dari Thebes, yakni [[Intef Tua|Intef Agung, putera Iku]] yang mengabdi pada seorang firaun [[Herakleopolis Magna|Herakleopolis]] dari [[Dinasti kesepuluh Mesir|Wangsa Kesepuluh]], dan penggantinya [[Mentuhotep I]]. Firaun yang menggantikan Mentuhotep I, [[Intef I]] adalah penguasa Thebes pertama yang menggelari dirinya dengan [[Nama Horus]], dan oleh karena itu menyatakan diri berhak atas tahta Mesir. Ia dianggap sebagai firaun pertama dari [[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]]. Pernyataan diri itu mengakibatkan rakyat Thebes bertikai dengan para penguasa dari Dinasti Kesepuluh. Intef I dan saudaranya, [[Intef II]], beberapa kali melancarkan peperangan ke wilayah utara dan pada akhirnya merebut nome penting, [[Abydos, Mesir|Abydos]].
Baris 96:
Mentuhotep II digantikan oleh puteranya, [[Mentuhotep III]], yang mengatur sebuah ekspedisi ke negeri Punt. Pada masa pemerintahannya dihasilkan beberapa karya ukir Mesir yang paling halus. Mentuhotep III digantikan oleh [[Mentuhotep IV]], firaun terakhir wangsa ini. Meskipun namanya tidak tercantum dalam banyak daftar firaun, keberadaan masa pemerintahannya dapat dibuktikan melalui sejumlah prasasti di [[Wadi Hammamat]] yang berisi riwayat ekspedisi ke pesisir [[Laut Merah]] dan ekspedisi penambangan batu untuk pembuatan monumen-monumen kerajaan. Pemimpin ekspedisi ini adalah wazirnya, Amenemhet, yang oleh banyak pihak diduga kelak menjadi Firaun [[Amenemhet I]], raja pertama [[Dinasti kedua belas Mesir|Wangsa Kedua Belas]]. Oleh karena itu beberapa egiptolog menduga Amenemhet merebut tahta ataupun mengambil alih kekuasaan setelah Mentuhotep IV mangkat tanpa keturunan.
 
Amenemhet I mendirikan sebuah ibukotaibu kota baru bagi Mesir dengan nama [[Itjtawy]] yang diduga tak jauh letaknya dari [[el-Lisht]] sekarang ini, walaupun [[Manetho]] mencatat bahwa Thebes tetap menjadi ibukotaibu kota Mesir. Amenemhet meredakan kekacauan internal dengan ketegasan, membatasi hak-hak para [[nomark]], dan diketahui pernah melancarkan peperangan setidaknya satu kali ke [[Nubia]]. Puteranya [[Senusret I]] melanjutkan kebijakan ayahnya untuk menguasai kembali [[Nubia]] serta wilayah-wilayah yang memerdekakan diri dari Mesir pada Zaman Antara Pertama. Bangsa Libya ditaklukan pada tahun ke-45 masa pemerintahannya, dan kemakmuran serta keamanan Mesir kembali pulih seperti sediakala.
 
[[Senusret III]] (1878–1839 SM) adalah seorang raja yang gemar berperang. Ia memimpin bala tentara Mesir menerobos ke pelosok Nubia, dan mendirikan benteng-benteng besar di seluruh wilayah Mesir sebagai penanda garis-garis perbatasan resmi yang memisahkan wilayah Mesir dari wilayah yang belum ditaklukkan. [[Amenemhat III]] (1860–1815 SM) dianggap sebagai firaun besar terakhir dari Zaman Kerajaan Pertengahan.
Baris 111:
Rangkuman riwayat-riwayat tradisional mengenai "invasi" bangsa Hyksos atas Mesir terdapat dalam ''Aegyptiaca'' karya [[Manetho]], yang menulis bahwa pada masa itu bangsa Hyksos menguasai Mesir di bawah pimpinan [[Salitis]], pendiri Wangsa Kelima Belas. Meskipun demikian, sekarang ini telah muncul teori baru yang mendapat banyak dukungan bahwa sesungguhnya yang terjadi hanyalah migrasi sederhana yang melibatkan sedikit atau tanpa kekerasan sama sekali.<ref>Booth, Charlotte. <cite>The Hyksos Period in Egypt</cite>. p.10. Shire Egyptology. 2005. ISBN 0-7478-0638-1</ref> Menurut teori ini, para penguasa Mesir dari Wangsa Ketiga Belas dan Wangsa Keempat Belas tidak sanggup membendung masuknya para pendatang dari kawasan [[Levant]] setelah meninggalkan kerajaan-kerajaan mereka yang tengah dibelit berbagai permasalahan internal yang kemungkinan besar juga meliputi bencana kelaparan dan wabah penyakit.<ref>Manfred Bietak: ''Egypt and Canaan During the Middle Bronze Age'', BASOR 281 (1991), pp. 21–72 see in particular p. 38</ref> Baik dengan kekuatan senjata maupun secara damai, melemahnya kerajaan-kerajaan yang dikuasai Wangsa Ketiga Belas dan Wangsa Keempat Belas sudah cukup untuk menjelaskan mengapa kedua wangsa itu lekas jatuh seiring bangkitnya kekuasaan bangsa Hyksos.
 
Para penguasa dan petinggi yang berkebangsaan Hyksos berkuasa di daerah muara timur Sungai Nil bersama-sama dengan para bawahan mereka yang berkebangsaan Mesir. Para penguasa Hyksos dari Wangsa Kelima Belas menetapkan [[Memphis, Mesir|Memphis]] sebagai ibukotaibu kota dan pusat pemerintahan mereka, serta menjadikan [[Avaris]] sebagai tempat tinggal mereka selama musim panas.
Kerajaan bangsa Hyksos ini berpusat di bagian timur [[Delta Nil]] dan di [[Kerajaan Pertengahan Mesir|Mesir tengah]] tetapi dengan gigih mereka menerobos ke selatan untuk merebut kendali atas wilayah tengah dan wilayah hulu negeri Mesir. Kira-kira bersamaan waktunya dengan kejatuhan Memphis ke tangan bangsa Hyksos, keluarga Mesir yang menguasai [[Thebes, Mesir|Thebes]] menyatakan kemerdekaannya dan menjadikan dirinya sebagai [[Dinasti keenam belas Mesir|Wangsa Keenam Belas]]. Ada pula keluarga penguasa lain di Mesir tengah yang melakukan hal yang sama, yakni memanfaatkan kekosongan pemerintahan akibat keruntuhan Wangsa Ketiga Belas untuk membentuk wangsa baru. Wangsa yang berumur pendek ini dikenal sebagai [[Dinasti Abydos|Wangsa Abydos]].<ref name="ryholt">[[Kim Ryholt]]: ''The Political Situation in Egypt during the Second Intermediate Period'', Museum Tusculanum Press, (1997)</ref>
 
Baris 157:
=== Zaman Akhir ===
{{Main|Periode Akhir Mesir Kuno}}
Sejak 671 SM sampai seterusnya, Memphis dan kawasan muara menjadi sasaran penyerbuan-penyerbuan bangsa [[Asyur]] yang akhirnya menghalau bangsa Nubia dan menyerahkan kekuasaan kepada raja-raja sekutu mereka dari [[Dinasti kedua puluh enam Mesir|Wangsa Kedua Puluh Enam]]. [[Psamtik I]] adalah orang pertama yang diakui sebagai raja atas seluruh tanah Mesir, dan ia berhasil menjadikan Mesir semakin kokoh selama 54 tahun memerintah dari ibukotaibu kota baru di [[Sais, Mesir|Sais]]. Empat raja Sais berturut-turut berhasil menuntun Mesir dalam damai mulai 610–526 SM, dengan memanfaatkan tenaga prajurit-prajurit upahan dari [[Yunani]] untuk menghalangi bangsa [[Babilonia]] memasuki wilayah Mesir.
 
Menjelang penghujung zaman ini tumbuh suatu kekuatan baru di Timur Dekat yaktu [[Persia]]. Firaun [[Psamtik III]] harus menghadapi kekuatan Persia di [[Pelusium]]; ia dikalahkan, dan meskipun sempat melarikan diri ke Memphis, dalam waktu yang singkat ia tertangkap dan kemudian dihukum mati.
Baris 175:
=== Wangsa Ptolemaios ===
{{Main|Dinasti Ptolemaik }}
Pada 332 SM [[Aleksander Agung|Aleksander III]] dari [[Kekaisaran Makedonia|Makedonia]] menaklukkan Mesir tanpa perlawanan berarti dari pihak [[Kekaisaran Akhemeniyah|Persia]]. Ia disambut [[Bangsa Mesir|rakyat Mesir]] sebagai Tokoh Pembebas. Ia mengunjungi [[Memphis, Mesir|Memphis]], dan berziarah ke kediaman juru tenung [[Amun]] di [[Oasis Siwa]]. Juru tenung itu menyatakan bahwa Aleksander adalah putera [[Amun]]. Ia mampu mengambil hati rakyat Mesir karena sikap hormat yang ditunjukkannya pada agama mereka, tetapi ia menempatkan orang-orang Yunani pada semua jabatan tinggi di negeri itu, dan mendirikan sebuah kota baru yang bercorak Yunani, [[Iskandariyah|Aleksandria]], untuk dijadikan ibukotaibu kota Mesir yang baru. Kemakmuran Mesir dimanfaatkan untuk mendanai rencana penaklukan Aleksander atas seluruh [[Kekaisaran Persia]]. Pada permulaan 331 SM ia siap untuk bertolak, dan kemudian memimpin bala tentaranya menuju Fenisia. Ia meninggalkan [[Cleomenes dari Naucratis|Kleomenes]] sebagai [[nomark]] yang berkuasa selama ia berada di luar Mesir. Aleksander tidak pernah kembali lagi ke Mesir.
 
Setelah Aleksander mangkat di [[Babilon]] pada 323 SM, timbul [[Diadokhoi|krisis suksesi]] di antara para panglimanya. Mula-mula [[Perdikkas]] memerintah Kekaisaran Makedonia selaku wali dari saudara tiri Aleksander [[Arridaios]], yang kelak menjadi [[Filipus III dari Makedonia]], dan kemudian selaku wali dari Philip III dan putera Aleksander yang masih bayi [[Aleksander IV dari Makedonia]], yang belum lahir tatkala ayahnya mangkat. Perdikkas menunjuk [[Ptolemaios I Soter|Ptolemaios]], salah seorang pengiring terdekat Aleksander, menjadi [[satrap]] di Mesir. Ptolemaios memerintah Mesir sejak 323 SM atas nama raja-bersama [[Filipus III dari Makedonia|Filipus III]] dan [[Aleksander IV dari Makedonia|Aleksander IV]]. Akan tetapi begitu kekaisaran yang dibangun [[Aleksander Agung]] mulai terpecah-belah, Ptolemaios segera menjadikan dirinya sebagai penguasa mesir yang mandiri. Ptolemaios berhasil mempertahankan Mesir dari invasi Perdikkas pada 321 SM, dan memperkokoh kedudukannya di Mesir dan sekitarnya selama [[Perang Diadokhoi]] (322–301 SM). Pada 305 SM, Ptolemaios mulai mempergunakan gelar raja-raja. Sebagai [[Ptolemaios I Soter]] ("Sang Juru Selamat"), ia mendirikan [[Dinasti Ptolemaik|Wangsa Ptolemaios]] yang berkuasa atas Mesir selama hampir 300 tahun.