Bindusara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ibukota → ibu kota |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 2:
Ibu Ashoka ([[Subhadrangi]] menurut ''[[Ashokavadana]]'')|issue={{unbulleted list|[[Susima]]|[[Ashoka]]|[[Vitashoka]]}}|father=[[Chandragupta Maurya]]|mother=[[Durdhara]] (menurut tradisi Jain)}}Bindusara (kr. 297 - 273 SM) adalah kaisar Maurya kedua di India. Dia adalah putra pendiri dinasti Chandragupta, dan ayah dari Ashoka, penguasa dinasti Maurya. Kehidupan Bindusara tidak didokumentasikan sebaik kehidupan kedua kaisar tersebut. Sebagian besar informasi tentangnya berasal dari catatan legendaris yang ditulis beberapa ratus tahun setelah kematiannya.
Bindusara mengkonsolidasikan kekaisaran yang diciptakan oleh ayahnya. Penulis Buddha Tibet abad ke-16, Taranatha, memuji pemerintahannya dengan penaklukan wilayah yang luas di India selatan,
== Latar belakang ==
Baris 25:
=== Keluarga ===
Versi prosa Ashokavadana menyebutkan tiga putra Bindusara: Sushima, Ashoka dan Vigatashoka. Ibu Asoka dan Vigatashoka adalah seorang wanita bernama Subhadrangi, putri seorang Brahmana dari kota Champa. Ketika dia lahir, seorang peramal meramalkan bahwa salah satu anaknya akan menjadi raja, dan satu lagi orang religius. Ketika dia dewasa, ayahnya membawanya ke istana Bindusara di Pataliputra. Istri-istri Bindusara, cemburu akan kecantikannya, melatihnya sebagai penata rambut kerajaan. Suatu ketika, ketika Kaisar senang dengan keterampilan menata rambutnya, dia mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang ratu. Bindusara pada awalnya merasa khawatir dengan kelasnya yang rendah,
Legenda lain dalam Divyavadana menyebut ibu Ashoka sebagai Janapadakalyani.{{Sfn|Singh|2008}} Menurut Vamsatthappakasini (Mahavamsa Tika), nama ibu Ashoka adalah Dhamma.{{Sfn|Sastri|1988}} ] Mahavamsa menyatakan bahwa Bindusara memiliki 101 anak laki-laki dari 16 wanita. Yang tertua adalah Sumana, dan yang termuda adalah Tishya (atau Tissa). Ashoka dan Tishya lahir dari ibu yang sama. {{Sfn|Srinivasachariar|1974}}
Baris 35:
Penulis Buddha Tibet dari abad ke 16 menulis Taranatha yang menyatakan bahwa Chanakya, salah satu "penguasa besar" Bindusara, menghancurkan bangsawan dan raja di 16 kota dan membuatnya menguasai seluruh wilayah antara laut barat dan timur (Laut Arab dan Teluk Benggala). ). Menurut beberapa sejarawan, ini berarti penaklukan Deccan oleh Bindusara, sementara yang lain percaya bahwa ini hanya mengacu pada penekanan pemberontakan. {{Sfn|Singh|2008}}
Sailendra Nath Sen mencatat bahwa kerajaan Maurya telah meluas dari laut barat (di samping Saurashtra) ke laut timur (di samping Bengal) selama masa pemerintahan Chandragupta. Selain itu, prasasti Ashoka yang ditemukan di India selatan tidak menyebutkan apapun tentang penaklukan Bindusara terhadap Deccan (India bagian selatan). Berdasarkan hal tersebut, Sen menyimpulkan bahwa Bindusara tidak memperluas kerajaan Maurya,
Sailendra Nath Sen mencatat bahwa kerajaan Maurya telah meluas dari laut barat (di samping Saurashtra) ke laut timur (di samping Bengal) selama masa pemerintahan Chandragupta. Selain itu, prasasti Ashoka yang ditemukan di India selatan tidak menyebutkan apapun tentang penaklukan Bindusara terhadap Deccan (India bagian selatan). Berdasarkan hal tersebut, Sen menyimpulkan bahwa Bindusara tidak memperluas kerajaan Maurya,
Alain Daniélou percaya bahwa Bindusara mewarisi sebuah kerajaan yang mencakup wilayah Deccan, dan tidak membuat penambahan teritorial ke kekaisaran. Daniélou, bagaimanapun, percaya bahwa Bindusara membawa wilayah selatan Cheras, Cholas dan Satyaputras di bawah kendali Maurya, meskipun ia tidak dapat mengatasi tentara mereka. Teorinya didasarkan pada fakta bahwa literatur Tamil kuno menyinggung Vamba Moriyar (penaklukan Maurya), meskipun tidak memberikan rincian tentang ekspedisi Maurya. Menurut Daniélou, prestasi utama Bindusara adalah pengorganisasian dan konsolidasi kerajaan yang diwarisi dari Chandragupta. {{Sfn|Daniélou|2003}}
=== Pemberontakan Takshashila ===
Mahavamsa menunjukkan bahwa Bindusara menunjuk anaknya Asoka sebagai raja muda Ujjayini{{Sfn|Srinivasachariar|1974}} Ashokavadana menyatakan bahwa Bindusara mengirim Ashoka untuk mengepung Takshashila. Sang Kaisar menolak memberikan senjata atau kereta untuk ekspedisi Ashoka. Dewata kemudian secara ajaib membawa dia tentara dan senjata. Ketika pasukannya sampai di Takshashila, penduduk kota mendekatinya. Mereka mengatakan kepadanya bahwa mereka hanya menentang para menteri-menteri Bindusara yang suka menindas; Mereka tidak punya masalah dengan Kaisar atau pangeran. Asoka kemudian memasuki kota tanpa tentangan, dan Dewata menyatakan bahwa ia akan memerintah seluruh bumi suatu hari nanti. Sesaat sebelum kematian Bindusara, terjadi pemberontakan kedua di Takshashila. Kali ini, Sushima dikirim untuk memadamkan pemberontakan tersebut,
=== Para Menteri ===
Baris 50:
=== Hubungan luar negeri ===
Bindusara mempertahankan hubungan diplomatik yang bersahabat dengan orang-orang Yunani. Deimachus adalah duta besar kaisar Seleukus Antiochus I di istana Bindusara. {{Sfn|Sen|1999}} Penulis Yunani abad ke-3 bernama Athenaeus, dalam bukunya Deipnosophistae, menyebutkan sebuah kejadian yang dia pelajari dari tulisan-tulisan Hegesander: Bindusara meminta Antiokhus untuk mengiriminya anggur manis, buah ara kering dan seorang sofis.{{Sfn|Kosmin|2014}} Antiokhus menjawab bahwa dia akan mengirim anggur dan buah ara,
Diodorus menyatakan bahwa raja Palibothra (Pataliputra, ibu kota Maurya) menyambut seorang penulis Yunani, Iambulus. Raja ini biasanya diidentifikasi sebagai Bindusara.{{Sfn|Sen|1999}} Pliny menyatakan bahwa raja Mesir Philadelphus mengirim seorang utusan bernama Dionysius ke India.<ref>"Three Greek ambassadors are known by name: Megasthenes, ambassador to Chandragupta; Deimachus, ambassador to [//en.wiki-indonesia.club/wiki/Chandragupta_Maurya Chandragupta's] son Bindusara; and Dyonisius, whom Ptolemy Philadelphus sent to the court of Ashoka, Bindusara's son", McEvilley, p.367</ref><ref>''India, the Ancient Past'', Burjor Avari, p.108-109</ref> Menurut Sailendra Nath Sen, ini tampaknya terjadi selama pemerintahan Bindusara.{{Sfn|Sen|1999}}
|