Diselamatkan oleh anugerah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: atau pun → ataupun (3)
Baris 9:
 
== Perjanjian Baru ==
Istilah 'pendamaian' adalah suatu proses untuk meluruskan situasi yang tidak adil atau kacau.<ref name="Muller-Fahrenholz">Muller-Fahrenholz, Geiko. 2005. ''Rekonsiliasi: Cara Memecahkan Spiral Kekerasan Dalam Masyarakat''. Maumere: Ledalero.6.</ref> Sering kali 'pendamaian' dengan 'pengampunan' dipahami dalam pengertian yang sama, sebab keduanya sama-sama mengarah kepada kedamaian.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Kata 'pengampunan' adalah tindakan memberi ampun secara khusus, di mana ada seseorang menyesal dan yang lain memaafkan.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Baik 'pertobatan' atau punataupun 'pengampunan' merupakan dua sisi dari satu proses, di mana pelaku tindak kejahatan mengakui kesalahannya, sebaliknya korban tindakan itu memberi ampun.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Kata "pendamaian" terdapat dalam Matius 5:24 dan 1 Kor.7: 11, yang menggambarkan relasi antara manusia dengan [[Allah]].<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Dalam bahasa Yunani yaitu '' katal-lage '' (kata benda), '' kalasso '' (kata kerja) menggambarkan suatu tindakan [[Allah]] yang hendak mendamaikan umat manusia atau kosmos dengan diri-Nya sendiri.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Manusia tidak berperan aktif dalam proses pendamaian[[Allah]], sebab pendamaian oleh [[Allah]] merupakan karunia bagi manusia.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Perubahan dari hasil proses pendamaian merupakan suatu pembaruan yang total dan hanya dapat diwujudkan oleh [[Allah]].<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Paulus menekankan pendamaian di dalam 2 Kor. 5: 19-21, bahwa [[Allah]] mendamaikan dunia dengan diri-Nya melalui Kristus.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> [[Allah]] telah membuat Kristus yang tidak berdosa menjadi penanggung dosa manusia, supaya manusia dibenarkan oleh iman di dalam Dia.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Peristiwa keselamatan [[Allah]] di Salib dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan tindakan pendamaian sepihak oleh [[Allah]].<ref name="Kirchberger">Kirchberger, Georg & John Mansford Prior. 2009. '' Jati Diri Manusia dan Injil Pendamaian ''. Yogyakarta: Ledalero. 7-11.</ref> Melalui Kristus sebagai perantara, [[Allah]] telah mendamaikan seluruh dunia dengan diri-Nya (2 Kor. 5: 18-19).<ref name="Kirchberger" /> Pendamaian [[Allah]] di dalam Kristus memengaruhi relasi orang secara individu dengan [[Allah]], tingkah laku seseorang, dan juga relasi seseorang dengan yang lainnya.<ref name="Kirchberger" /> Pendamaian mengarah kepada suatu perubahan yang lebih baik di dalam relasi manusia.<ref name="Kirchberger" />
 
== Pandangan Paulus ==
Baris 43:
 
== Pandangan Semi Pelagianisme ==
Meskipun [[Pelagius]] mendapat penolakan dari [[Agustinus]], tetapi ada juga orang-orang yang meyakini pemikiran [[Pelagius]] meskipun tidak semua sekitarnya diterima.<ref name="Lohse">Lohse, Benhard. 1990. ''Pengantar Sejarah Dogma Kristen''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 157-163</ref> Pada zaman modern, orang tersebut dianggap sebagai kelompok yang menganut [[semi pelagianisme]].<ref name="Lohse" /> Tokoh yang penting dalam [[semi pelagianisme]] adalah [[Yohanes Cassian]] dan [[Vincent]] dari Lerins.<ref name="Lohse" /> Paham ini mengajarkan bahwa walaupun manusia sakit, manusia masih bisa berbuat baik tetapi ia membutuhkan bantuan [[Allah]].<ref name="Sudarmo" /> Komunitas [[semi Pelagius]] menganut setengah ajaran [[Agustinus]] dan setengah ajaran [[Pelagius]].<ref name="Lohse" /> Komunitas [[semi pelagianisme]] sependapat dengan [[Agustinus]] mengenai dosa warisan.<ref name="Lohse" /> Meskipun demikian, komunitas ini menolak pandangan [[Agustinus]] mengenai dosa dan anugerah.<ref name="Lohse" /> Komunitas ini menolak pandangan mengenai keterikatan kehendak secara penuh mengenai pekerjaan dari kuasa anugerah yang tidak tertahankan dan mengenai predestinasi.<ref name="Lohse" /> [[Cassian]] mengatakan bahwa kehendak bebas yang terdapat pada manusia tidak dihapuskan semuanya.<ref name="Lohse" /> Dosa Adam memang diwariskan kepada generasi berikutnya dalam pengertian seperti seseorang mewariskan kesakitan sebagai akibatnya kehendak bebas menjadi lemah.<ref name="Lohse" /> [[Allah]] memberikan kepada manusia sebagai permulaan dari kehendak yang bijak.<ref name="Lohse" /> [[Cassian]] menilai pandangan [[Agustinus]] bahwa konsep anugerah tidaklah mesti mendahului kehendak bebas.<ref name="Lohse" /> Oleh karena manusia tetap mempunyai kehendak bebas, meskipun kehendak itu dilemahkan akibat dosa.<ref name="Lohse" /> [[Cassian]] mengatakan bahwa kehendak bebas memiliki inisiatif pertama untuk datang kepada [[Allah]].<ref name="Lohse" /> Kehendak manusia bebas memilih untuk menghargai atau punataupun menolak anugerah [[Allah]].<ref name="Lohse" /> Dengan kata lain, [[Cassian]] ingin mengatakan bahwa anugerah [[Allah]] dan kehendak bebas manusia haruslah bekerja sama.<ref name="Lohse" /> Selain [[Cassian]], ada juga [[Vincent]] yang menolak pandangan [[Agustinus]].<ref name="Lohse" /> [[Vincent]] menilai pandangan [[Agustinus]] melalui konsep tradisi dengan berkata, "iman yang telah dipercayai di mana-mana.<ref name="Lohse" /> Hal itulah yang benar dan katolik, sebagaimana nama itu sendiri dan alasan dari sesuatu menjelaskan dan mencakup segala universalitas".<ref name="Lohse" />
 
Komunitas [[semi pelagianisme]] mengajarkan dan menjanjikan bahwa di dalam lingkungan persekutuan mereka terdapat anugerah [[Allah]] yang bersifat pribadi, yang besar, khusus, tanpa bekerja, tanpa upaya, bahkan walaupun mereka tidak memintanya maka orang akan mendapat dispensasi dari [[Allah]] berupa pemeliharaan melalui perlindungan para malaikat.<ref name="Lohse" /> Komunitas ini mengakui keputusan [[Caesarius]] dari Arles bahwa melalui dosa Adam, maka ia dan cucu-cucunya mengalami kerusakan jiwa dan tubuh.<ref name="Lohse" /> Dosa dan kematian berasal dari ketidaktaatan Adam atas perintah [[Allah]].<ref name="Lohse" /> Sebagai akibatnya, kehendak bebas manusia dilemahkan begitu rupa, sehingga tidak mungkin lagi atas inisiatif sendiri seseorang dapat mengasihi dan percaya kepada [[Allah]] sebagaimana seharusnya.<ref name="Lohse" /> Melalui dirinya sendiri, manusia tidak dapat memperoleh anugerah [[Allah]].<ref name="Lohse" /> Anugerah melaksanakan iman dan kehendak ke arah kemurnian.<ref name="Lohse" /> Dalam konteks ini "anugerah" mengacu pada infusi Roh Kudus dan Karya-Nya.<ref name="Lohse" /> Kehendak disediakan oleh Tuhan.<ref name="Lohse" /> Iman menjadikan manusia mengiakan pemberitaan Injili.<ref name="Lohse" /> Iman menggerakkan hati manusia untuk datang pada baptisan yang memulihkan kehendak bebas.<ref name="Lohse" /> Orang yang dibaptis juga berada dalam situasi membutuhkan bantuan yang terus menerus dari anugerah Ilahi.<ref name="Lohse" /> Tanpa bantuan ini orang yang dibaptis tidak dapat bertekun dalam jalan-jalan yang baik atau mencapai akhir yang dikehendaki.<ref name="Lohse" />
Baris 65:
* Kedua, iman menyangkut kepercayaan pada janji-janji [[Allah]].<ref name="McGrath" />
* Ketiga, iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus.<ref name="McGrath" />
Ajaran mengenai pembenaran oleh iman menegaskan bahwa [[Allah]] menganugerahkan pengampunan kepada manusia, di mana pengampunan itu tidak dibeli dan dapat diperoleh oleh semua manusia terlepas dari kekayaan atau punataupun kondisi sosial yang dimilikinya.<ref name="McGrath" /> Melalui anugerah [[Allah]], orang percaya dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatannya sendiri tanpa harus menyandarkan diri pada imam atau gereja.<ref name="McGrath" />
 
Luthher mengalami permasalahan di dalam dirinya sendiri.<ref name="McGrath" /> Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat memenuhi persyaratan untuk keselamatan.<ref name="McGrath" /> Dia tidak mempunyai kemampuan yang diperlukan supaya dirinya dapat diselamatkan.<ref name="McGrath" /> Dirinya tidak layak menerima karunia keselamatan dari [[Allah]], melainkan hukuman.<ref name="McGrath" /> Pembenaran sebagai suatu perbuatan manusia berdosa sebelum dirinya diselamatkan.<ref name="McGrath" /> Awalnya [[Martin Luther|Luther]] mengartikan "Kebenaran" sebagai kebenaran yang " menghukum ".<ref name="McGrath" /> Namun, pemikiran tersebut berubah, di mana [[Allah]] dari Injil bukanlah hakim yang keras yang memberikan ganjaran kepada setiap individu sesuai dengan perbuatan baiknya.<ref name="McGrath" /> Sebaliknya, Dia adalah [[Allah]] yang pemurah dan penuh rahmat yang memberikan kebenaran kepada manusia sebagai anugerah.<ref name="McGrath" />