Bambu hitam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: lembab → lembap
Baris 25:
== Pengenalan ==
[[Berkas:Gigantoc atrov 151222-0003 kng.JPG|jmpl|kiri|180px|Pangkal rumpun buluh]]
[[Bambu]] yang merumpun, padat dan tegak. [[Rebung]]nya hijau kehitaman dengan ujung jingga, tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna cokelat hingga hitam. Buluhnya lurus dan tegak, mencapai tinggi 15&nbsp;[[meter|m]]; garis tengahnya 6-8&nbsp;[[sentimeter|cm]] dan ruas-ruasnya sepanjang 40-5040–50&nbsp;cm, tebal dinding buluh lk. 8&nbsp;[[milimeter|mm]]; hijau gelap ketika muda, berubah menjadi ungu kehijauan hingga kecokelatan gelap, dengan lampang berupa cincin berwarna pucat atau keputihan pada buku-bukunya; buku-buku dekat tanah dengan sedikit akar udara. Percabangan muncul tinggi, lk. 2-32–3&nbsp;m di atas tanah; biasanya dengan banyak cabang, yang salah satunya lebih besar daripada yang lain.<ref name=prosea/><ref name=wid/>
 
Pelepah buluh mudah rontok, kecuali yang terbawah yang agak bertahan; panjang lk. 16-2016–20&nbsp;cm, berbulu miang berwarna cokelat gelap pada sisi luarnya. Daun pelepah buluh bentuk bundar telur atau lonjong menyegitiga dengan pangkal menyempit, lk. 4-9 4–9&nbsp;cm panjangnya, terkeluk balik. Kuping pelepah membulat hingga membulat dengan ujung sedikit melengkung keluar, lebar 4&nbsp;mm dan tinggi 3-53–5&nbsp;mm, dengan bulu kejur 7&nbsp;mm; ligula (lidah-lidah) menggerigi tak beraturan, tinggi 2&nbsp;mm, lokos.<ref name=prosea/><ref name=wid>{{aut|[[Elizabeth Widjaja|Widjaja, E.A.]]}} 2001. ''Identikit jenis-jenis bambu di Jawa'': 50. Gb. 16 dan L.f. 16. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.</ref>
[[Daun]] pada ranting bentuk lanset, 20-28&nbsp;× 2-52–5&nbsp;cm, lokos; pelepah daun tertutupi oleh rambut-rambut keputihan ketika muda; kuping pelepah kecil, hingga 1&nbsp;mm, lokos; ligula menggerigi, tinggi lk. 2&nbsp;mm, lokos.<ref name=prosea>{{aut|[[Elizabeth Widjaja|Widjaja, E.A.]]}} 1995. [http://proseanet.org/prosea/e-prosea_detail.php?frt=&id=45 "''Gigantochloa atroviolacea'' Widjaja"] <u>in</u> Soejatmi Dransfield & E.A. Widjaja (Eds). ''Plant Resources of South-East Asia'' No. '''7''' Bamboos: 102-4. Bogor:PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. [Internet] Record from Proseabase. Accessed 22-Apr-2016</ref>
 
Perbungaan berupa [[bunga malai|malai]] pada ranting yang berdaun, dengan kelompok-kelompok hingga 18 [[spikelet]] pada masing masing bukunya. Spikelet bentuk lanset bulat telur, 8-11 × 3 &nbsp;mm, berisi 4 [[floret]] yang sempurna dan satu floret ujung yang tak sempurna.<ref name=prosea/>
 
== Agihan dan ekologi ==
Baris 37:
Bambu hitam menyebar di wilayah [[Asia]] [[tropis]]: [[India]], dan kawasan [[Malesia]],<ref>GrassBase: [http://www.kew.org/data/grasses-db/www/imp05035.htm ''Gigantochloa atroviolacea'']</ref> semuanya dari pertanaman; asal-usulnya tidak diketahui dengan pasti.<ref name=prosea/> Yang jelas, bambu ini banyak ditanam orang di wilayah perdesaan [[Jawa]], terutama di [[Banten]], [[Jawa Barat]], dan [[Jawa Tengah]], serta berhasil dikembangkan di [[Sumatra]] bagian selatan.<ref name=wid2/> Dari Jawa, bambu hitam dibawa ke India pada paruh kedua abad XIX untuk ditanam di Kebun Raya [[Kolkata]]; dan belakangan bambu ini juga diintroduksi ke [[Australia]] serta [[Thailand]]<ref name=wid2/> dan [[Filipina]].<ref name=prosea/>
 
Bambu ini terutama hidup di wilayah dataran rendah [[tropis]] yang lembablembap, pada daerah dengan [[hujan|curah hujan]] antara 1.500-3.700&nbsp;mm pertahun, lengas udara relatif lebih dari 70% dan rataan temperatur 20—32&nbsp;°C. Di Jawa, bambu ini umumnya tumbuh di atas tanah-tanah [[latosol]] dan [[laterit]] merah dan cokelat kemerahan, akan tetapi lebih menyukai tanah [[karst|berkapur]] yang lebih kering.<ref name=prosea/>
 
== Manfaat ==