Masjid Raya Al-Mashun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibra Bintang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox religious building
|image = Great mosque inMosque Medan Indonesia.JPG
|caption = Kemegahan Masjid Raya Medan.
|building_name = Masjid Raya Medan<br>مسجد رايا ميدا
|location = [[KotaSisingamangaraja MedanXII|MedanJl. Sisingamangaraja]] No.61, [[SumatraMesjid, UtaraMedan Kota, Medan]], [[IndonesiaSumatera Utara]] 20156
|religious_affiliation = [[Islam]]
|website =
|architect =
|architecture_type = [[Masjid]]
|architecture_style = [[Arsitektur Moor|Moor]], [[Arsitektur Mughal|Mughal]], dan [[arsitektur Spanyol|Spanyol]]
|groundbreaking = [[21 Agustus]] [[1906]] (1 [[Rajab]] 1324 [[Hijriah]])
|year_completed = [[10 September]] [[1909]] (25 [[Syaban]] 1329 [[Hijriah]])
|construction_cost =
|capacity =
Baris 19:
|minaret_height =
}}
'''Masjid Raya Medan''' atau '''Masjid Raya Al Mashun''' merupakan sebuah [[masjid]] yang terletak di [[KotaMesjid, Medan| Kota, Medan]], [[Indonesia]]. Masjid ini dibangun pada tahun [[1906]] dan selesai pada tahun [[1909]]. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas [[Timur Tengah]], [[India]] dan [[Spanyol]]. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah kehebatan [[Suku Melayu]] sang pemilik dari [[Kesultanan Deli]] ([[Kota Medan]]).
 
== Sejarah pembangunan ==
Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin [[Kesultanan Deli]] memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal [[21 Agustus]] [[1906]] (1 [[Rajab]] 1324 H[[Hijriah]]). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal [[10 September]] [[1909]] (25 Sya‘ban[[Syaban]] 1329 H[[Hijriah]]) sekaligus digunakan yang ditandai dengan pelaksanaan sholat[[Salat Jum’atJumat]] pertama di [[masjid]] ini. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta [[Gulden]]. Sultan memang sengaja membangun [[masjid]] kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, [[Istana Maimun]]. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh [[Sultan]], tetapi konon [[Tjong A Fie]], tokoh [[kota Medan]] dari etnis [[Tionghoa]] yang sezaman dengan [[Sultan Ma’munMa'moen Al Rasyid]] turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.
 
== Arsitektural ==
Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun dirancang oleh arsitek [[Belanda]] Van Erp yang juga merancang istana[[Istana Maimun]], tetapi kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke [[pulau Jawa]] oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] untuk bergabung dalam proses restorasi candi[[Candi Borobudur]] di Jawa Tengah. Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari [[Italia]], Jerman dan kaca patri dari Cina[[Tiongkok]] dan lampu gantung langsung dari Prancis[[Perancis]].
[[Berkas:Interior Masjid Raya Medan.jpg|jmpl|kiri|Interior Masjid Raya Medan]]
 
JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran [[Maroko]], [[Eropa]] dan [[Melayu]] dan [[Timur Tengah]]. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.
 
Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<ref>{{cite web |url=http://www.ranselkosong.com/2010/08/history-of-medan-and-al-mashun-mosque.html | title=Sultan Deli dan Mesjid Raya Al – Ma’shun Medan |date=20 Juli 2012}}</ref>