Filsafat olahraga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Budaya olahraga menggunakan HotCat
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 11:
Filsafat olahraga kembali bangkit berkat karya filsuf dari [[Universitas Yale]] Paul Weiss yang berjudul ''Sport: A Philosophical Inquiry'' pada tahun 1969. Weiss melihat karya-karya terkait filsafat olahraga sebagai refleksi elitisme akademis. Dalam pandangannya, olahraga selalu dipandang sebagai budaya rendah.<ref>Shouler, Kenneth (2003) [http://philosophynow.org/issues/41/If_Life_is_Finite_Why_am_I_Watching_this_Damn_Game If Life is Finite, Why am I Watching this Damn Game?] ''Philosophy Now''</ref>
 
Pada abad ke-19, perspektif filosofis akan olahraga dan aktivitas fisik hanya sedikit didiskusikan dalam reformasi pendidikan kala itu dengan menguatnya pandangan umum bahwa kegiatan-kegiatan tersebut meningkatkan kesehatan. Manfaat kesehatan dan pendidikan dari aktivitas fisik dipandang sebagai komponen kehidupan publik. Banyak pendukung pendidikan olahraga yang melihat olahraga dari aspek filosofis dengan mengkaji dari segi [[teleologi]], [[dualisme]] pikiran dan tubuh, serta [[metafisika]] sebagai model "ke-manusia-an" dan "ke-orang-an". Filsafat politik turut memengaruhi pandangan umum terkait olahraga sebagai jawaban atas permasalahan sosial dan politik pada masa itu dan mengembangkan konsep tanggung jawab masyarakat dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab.<ref name="Kretchmar" />
 
Meski kajian filsafat olahraga cenderung terkesan dilakukan di Barat, Jepang adalah salah satu negara Timur yang cukup gencar melakukan analisis filsafat olahraga.<ref name="heacademy.ac.uk">[https://web.archive.org/web/20090206052502/http://www.heacademy.ac.uk/assets/hlst/documents/resources/philosophy_ethics_sport.pdf Resource Guide to the Philosophy of Sport and Ethics of Sport]. Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Network, October 2008</ref>