Romawi Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 126:
[[Perang Punisia Pertama|Perang Punik I]] meletus pada tahun 264 SM, manakala kota [[Messina|Messana]] meminta bantuan Kartago untuk menuntaskan pertikaian dengan [[Hiero II dari Sirakusa|Hieron asal Sirakusa]] ({{lang-la|Hiero Syracusanus}}; {{lang-el|Ἱέρων των Συρακουσών, Hieron ton Sirakouson}}). Setelah orang Kartago turun tangan, Messana meminta Roma mengusir mereka. Roma melibatkan diri dalam perang ini karena [[Sirakusa, Sisilia|Sirakusa]] dan Messana terlampau dekat dengan kota-kota Yunani di kawasan selatan Italia yang baru saja takluk, dan Kartago kini mampu menyerang masuk ke dalam wilayah kekuasaan Romawi. Selain itu, Roma juga juga berharap dapat memasukkan [[Sisilia]] ke dalam wilayah kekuasaannya.<ref>[http://penelope.uchicago.edu/Thayer/E/Roman/Texts/Cassius_Dio/11*.html] Cassius Dio, ''Roman History'', XI, XLIII.</ref>
 
KendatiOrang Romawi memang sudah biasa bertempur di darat, tetapi kali ini orangmereka Romawijuga harus bertempurmampu pulabertempur di laut untukjika ingin mengalahkan seteru barunya. Kartago adalah sebuah negara bahari, sementara negara [[Republik Romawi]] tidak memiliki cukup kapal maupun pengalaman tempur di laut, sehingga mustahil dapat memenangkan perang tanpa lebih dahulu bersusah payah dalam waktu yang lama. Kendati demikian, Roma berhasil mengalahkan dan memaksa Kartago untuk berdamai sesudah 20 tahun lebih saling memerangi. Salah satu penyebab meletusnya [[Perang Punisia Kedua|Perang Punik II]]<ref>New historical atlas and general history By Robert Henlopen Labberton. hlm. 35.</ref> adalah syarat membayar pampasan perang yang terpaksa disetujui Kartago demi tercapainya kesepakatan damai seusai Perang Punik I.<ref>{{cite book|author=Hugh Chisholm|title=The Encyclopædia Britannica: A Dictionary of Arts, Sciences, Literature and General Information|url=https://books.google.com/books?id=imzQwjVwxXYC&pg=PA652|accessdate=31 May 2012|year=1911|publisher=Encyclopædia Britannica Company|pages=652–}}</ref>
 
Perang Punik II termasyhur karena kehebatan panglima-panglima perangnya, yakni [[Hannibal|Hannibal Barca]] ([[bahasa Punik]]: 𐤇𐤍𐤁𐤏𐤋 𐤁𐤓𐤒, ''Hanibaʿal Baraq'') dan [[Hasdrubal|Hasdrubal Barca]] ([[bahasa Punik]]: 𐤏𐤆𐤓‬‬𐤁‬𐤏𐤋 𐤁𐤓𐤒, ''ʿAzrubaʿal Baraq'') di kubu Kartago, serta [[Marcus Claudius Marcellus]], [[Quintus Fabius Maximus Verrucosus]], dan [[Scipio Africanus|Publius Cornelius Scipio]] di kubu Roma. Semasa berlangsungnya Perang Punik II, Roma juga terlibat dalam [[Perang Makedonia Pertama|Perang Makedonia I]]. Perang Punik II bermula dengan invasi nekat atas Hispania oleh Hannibal Barca, Senapati Kartago yang pernah memimpin aksi-aksi militer Kartago di Sisilia pada Perang Punik I. Hannibal, putra [[Hamilcar Barca]] ([[bahasa Punik]]: 𐤇𐤌𐤋𐤒𐤓𐤕 𐤁𐤓𐤒, ''Hamilqart Baraq''), bergerak cepat melintasi [[Hispania]] menuju [[Alpen|Pegunungan Alpen]] Italia, sehingga menggentarkan sekutu-sekutu Roma di Italia. Cara terbaik menggagalkan usaha Hannibal untuk membuat orang-orang Italia mengkhianati Roma adalah memperlambat laju pergerakan bala tentara Kartago dengan serangan-serangan [[gerilya]] guna memangkas kekuatan tempur mereka sedikit demi sedikit. Muslihat ini diusulkan oleh Quintus Fabius Maximus sehingga akhirnya terkenal dengan sebutan [[Muslihat Fabius]], dan Quintus Fabius Maximus sendiri kelak dijuluki '' Cunctator'' (Si Penghambat). Akibat muslihat ini, Hannibal tidak dapat menggerakkan cukup banyak kota di Italia untuk melawan Roma maupun untuk menambah kekuatan tempurnya yang sudah menyusut akibat aksi-aksi gerilya Romawi, sehingga jumlah prajurit dan alat tempurnya tidak cukup memadai untuk dikerahkan mengepung Roma.