Gundala (film): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Premis: Premis diganti dengan Plot.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android mengosongkan halaman [ * ]
Plot: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 47:
Kepahlawanan Sancaka dan kematian Adi memberi tahu Pengkor dan rekannya ([[Ario Bayu]]). Pengkor melepaskan para "anak" yatim piatu nya yang ternyata menjadi agen di banyak posisi di seluruh negara, termasuk si histeris Desti Nikita ([[Asmara Abigail]]), si supermodel Mutiara Jenar ([[Kelly Tandiono]]), si perawat Cantika ([[Hannah Al Rashid]]), si orang kuat Tanto Ginanjar ([[Daniel Adnan]]), si penghipnotis kuat Kamal ([[Ari Tulang]]), dan si penari tradisional Swarabatin ([[Cecep Arief Rahman]]). Para "anak" Pengkor berhasil membunuh sejumlah anggota Rumah Perdamaian, tetapi ketika Swarabatin menyerang Ridwan, Sancaka muncul dan mengalahkannya.
 
Legislatif akhirnya mengesahkan RUU penawar racun beras itu yang menyenangkan orang-orang. Namun, hasil tes dari laboratorium Rumah Perdamaian mencapai Ridwan dan dia menyadari bahwa Pengkor telah menipunya selama ini; Serumnyaberasnya tidak mematikan, penawar racunnya yang justru mematikan, ditambah dengan bukti bahwa perusahaan farmasi yang dinyatakan dimiliki oleh Pengkor. Ridwan mencoba menghubungi Sancaka untuk memintanya menghentikan distribusi, tetapi Pengkor dan "anak-anak"nya menyerang Sancaka di pabrik sebelum ia berhasil melakukannya.
 
Pertempuran dengan para "anak" Pengkor mencapai atap pabrik, tempat Pengkor menangkap Pak Agung, Wulan, dan Tedy dengan tujuan membunuh mereka di depan Sancaka, yang dihipnotis oleh Kamal. Teriakan Wulan menyadarkan Sancaka dari hipnotisme, dan ia berhasil melepaskan kekuatan petirnya dari dalam, mengalahkan sebagian besar "anak-anak" Pengkor, menyelamatkan Wulan dan Tedy, tetapi Pak Agung terbunuh oleh salah satu "anak" Pengkor. Ketika Pengkor hendak menyerang Sancaka dari belakang, Ridwan datang dan menembak Pengkor. Dengan napas sekarat, Pengkor menyatakan bahwa dialah satu-satunya yang berhasil menyatukan rakyat dan legislatif.