Sungai Efrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 85:
Pada [[Zaman Jemdet Nasr]] (3600–3100 SM) dan Zaman Wangsa Perdana (3100–2350 SM), terjadi pertambahan jumlah maupun ukuran permukiman manusia di kawasan selatan Mesopotamia, yang menyiratkan adanya lonjakan populasi. Permukiman-permukiman ini, yang mencakup situs-situs [[Babilonia|bangsa Sumer-Akad]] seperti [[Sipar]], [[Uruk]], [[Adab (kota)|Adab]], dan [[Kiš]], adalah [[negara kota|negara-negara kota]] yang saling bersaing.<ref>{{harvnb|Adams|1981}}</ref> Banyak dari kota-kota ini dibangun di tepi aliran Sungai Efrat dan Sungai Tigris, yang kini sudah mengering, tetapi masih dapat dilihat bekas-bekasnya dalam citra-citra [[pengindraan jauh|pengindraan jarak jauh]].<ref>{{harvnb|Hritz|Wilkinson|2006}}</ref> Perkembangan serupa juga berlangsung di kawasan [[Mesopotamia Hulu|udik Mesopotamia]], [[Subartu]], dan [[Asyur]], kendati baru bermula pada pertengahan milenium ke-3 dan dalam skala yang lebih kecil dibandingkan dengan kawasan hilir Mesopotamia. Pada kurun waktu inilah situs-situs seperti [[Ebla]], [[Mari, Suriah|Mari]], dan [[Tel Leilan]] tumbuh menjadi kota-kota terkemuka untuk pertama kalinya.<ref name=akkermansschwartz233>{{harvnb|Akkermans|Schwartz|2003|p=233}}</ref>
 
Sebagian besar daerah Lembah Sungai Efrat untuk pertama kalinya dipersatukan di bawah kepemimpinan satu orang penguasa pada zaman [[Kekaisaran Akkadia|Kekaisaran Akad]] (2335–2154 SM) dan [[Dinasti Ketiga Ur|Kekaisaran Ur III]], yang menguasai – baik secara langsung maupun melalui negara-negara jajahan – sebagian besar dari wilayah negara Irak dan kawasan timur laut wilayah negara Suriah sekarang ini.<ref name=vandemieroop63>{{harvnb|van de Mieroop|2007|p=63}}</ref> Sesudah dua kekaisaran ini runtuh, [[Kekaisaran Asyur Lama]] (1975–1750 SM) dan Kerajaan Mari mendaulat kawasan timur laut Syam dan kawasan utara Mesopotamia, sementara kawasan selatan Mesopotamia dikuasai oleh negara-negara kota seperti [[Isin]], [[Kiš]], dan [[Larsa]], sebelum wilayah negara-negara ini dijadikan bagian dari wilayah negara [[Babilonia|Babel]] oleh [[Hammurabi|Hamurabi]] mulai dari permulaan sampai dengan pertengahan abad ke-18 SM.<ref name=vandemieroop111>{{harvnb|van de Mieroop|2007|p=111}}</ref><!--
 
In the second half of the 2nd millennium BCE, the Euphrates basin was divided between [[Kassites|Kassite]] Babylon in the south and [[Mitanni]], [[Assyria]] and the [[Hittites|Hittite Empire]] in the north, with the [[Middle Assyrian Empire]] (1365–1020 BC) eventually eclipsing the Hittites, Mitanni and Kassite Babylonians.<ref name=vandemieroop132>{{harvnb|van de Mieroop|2007|p=132}}</ref> Following the end of the Middle Assyrian Empire in the late 11th century BCE, struggles broke out between Babylonia and Assyria over the control of the Iraqi Euphrates basin. The [[Neo-Assyrian Empire]] (935–605 BC) eventually emerged victorious out of this conflict and also succeeded in gaining control of the northern Euphrates basin in the first half of the 1st millennium BCE.<ref name=vandemieroop241>{{harvnb|van de Mieroop|2007|p=241}}</ref>