Mahulae: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 9:
Datu Parulas Parultop merantau dari kampung asalnya Harian, Nainggolan ke arah Humbang Hasundutan (nama kabupaten sekarang). Menurut penuturan sejarah tetua di Negeri Pusuk (Kecamatan Parlilitan), Datu Parulas Parultop adalah orang sakti yang seringkali dipanggil kepala kampung untuk berperang melawan musuh (teradang musuhnya adalah kampung tetangga).Saat itu kekuasaan masing masing kampung di Tanah Batak dipegang oleh para Raja Huta / Petinggi Kampung. Konon Datu Parulas Parultop adalah sosok dengan ikat kepala ulos dan bersenjatakan ultop (sejenis senjata tabung bambu yang tiup dengan anak panah beracun, seperti sumpit suku dayak), juga memiliki kesaktian menerbangkan losung (batu pengirikan).
Di hutan Parlilitan Datu Parulas Parultop dalam perburuan, sedang istirahat di Sopo (Gubuk) setelah semalaman berburu dan ditemukan oleh pemilik sopo / gubuk yang adalah Putri dari Tuan Nahoda Raja (Simbolon Nahoda Raja yang ada di Negeri Sionom Hudan, Parlilitan). Singkat cerita, Datu Parulas menikahi, putri yang bernama Bintang Maria boru Simbolon Nahoda Raja (Tinambunan). Mereka menetap di Negeri Pusuk, Kecamatan Parlilitan dan memiliki 5 orang anak (3 Putra / Anak, 2 Putri / Boru), yaitu Tuan Panalingan / Sarma Hata selanjutnya keterunannya memakai marga Pusuk, Mogotkualu / Darmahasi selanjutnya memakai marga [[Buaton]] dan Tuan Ampir / Guru Panuju dan keturunannya selanjutnya memakai marga Mahulae. Boru / Putri nya adalah Boru Sumangge, yang kemudian menikahi Raja Tunggal yang kemudian hari keturunan mereka memakai marga Hasugian. Kemudian putrinya 1 lagi adalah Boru Nahunik, yang tidak menikah dan meninggal, dan menjadi pelindung kampung Pusuk.
Kemudian Datu Parulas Parultop, sering dipanggil pergi berperang ke berbagai daerah di Tanah Batak, diberi upah dan upeti. Jika memenangkan perang, seringkali Datu Parulas Parultop diberikan Putri Raja setempat untuk dinikahi (Hal ini menjadi salah satu cara yang dipakai kepala kampung / penguasa kampung untuk mengamankan daerahya). Dengan menikahi putri raja setempat, Datu Parulas Parultop akan menjadi Boru Huta (menantu penguasa / raja) sehingga seringkali peran Datu parulas Parultop menjadi sangat besar untuk mengamankan daerah tersebut. Kemudian hari, keturunan dari Datu Parulas Parultop di luar Negeri Pusuk seringkali disebut Lumban Raja. Lumban Raja sendiri jika diartikan ke bahasa indonesia adalah Desa Raja / Tempat Raja, bisa dipahami hal ini karena Datu Parulas Parultop seringkali berpindah pindah dari satu daerah ke daerah lain dipanggil oleh penguasa / raja-raja, karena kemampuannya berperang.
== Datu Parulas Parultop ==
Kurang lebih 550 tahun yang silam atau sekitar tahun 1560, seorang pemuda yang bernama DPP yang berasal dari Samosir keturunan marga Nainggolan. Tanpa rencana dan tanpa disadari akhirnya beliau tiba di Parlilitan tepatnya daerah Sionom Hudon. Kesehariannya aktifitas beliau adalah marultop (berburu burung, babi hutan dan binatang-binatang lainnya , ultop terbuat dari bambu yang kemudian ditiup) di hutan. Hari demi hari kegiatannya marultop hingga tanpa disadari telah sampai di kawasan hutan belukar Parlilitan. Sesampainya di Parlilitan, pertama sekali dia berada di wilayah pertanian dan ada sebuah gubuk milik petani. Begitu melihat gubuk, dia tidak langsung masuk, tetapi hanya mengamati dari jauh, dan kondisi DPP saat itu tanpa pakaian yang lengkap karena sudah lama di hutan dan tidak pernah kembali ke rumah dan beliau juga memiliki banyak hasil buruan seperti burung dan babi hutan pada saat itu. Suatu ketika DPP melihat penghuni gubuk berangkat ke ladang, disitulah DPP masuk ke gubuk, dan digubuk itulah dia menyantap hasil buruan juga memakai pakaian yang ada di gubuk tersebut. Kalau sudah sore DPP meninggalkan gubuk tersebut karena dia mengira bahwa penghuni sudah akan kembali ke pondok. Sesampainya digubuk, penghuni merasa heran karena ada daging hasil buruan yang ditinggal DPP, serta letak pakaian mereka berubah tempat, karena selama di gubuk DPP memakai pakaian yang ada disitu, ketika kembali ke hutan dia meninggalkan pakaian tersebut. Penghuni gubuk adalah marga Simbolon dan memiliki putri. Walopun Simbolon merasa ada yang berubah tetapi dia tetap beranggapan positif tentang hal tersebut. Demikianlan yang terjadi antara mereka selama beberapa hari, tidak saling tahu antara DPP dan Simbolon.
|