Tiga prasasti Yahudi yang bertulis ditemukan di Kaifeng. Seorang peneliti [[Katolik]] pada awal abad ke-20 memperlihatkan bahwa manuskrip-manuskrip Ricci menunjukkan bahwa hanya ada sekitar 10-12 keluarga Yahudi di Kaifeng pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17, dan bahwa mereka konon telah tinggal di sana selama 500-600 tahun. Juga dinyatakan di dalam manuskrip-manuskrip itu bahwa ada jauh lebih banyak orang Yahudi di [[Hangzhou]].
Selain sejarahnya yang panjang, komunitas Yahudi Kaifeng mempunyai ciri-ciri menonjol lainnya: Meskipun hidup hampir terisolasi dan tanpa hubungan apapun dengan [[Yahudi diaspora Yahudi]] di luar Tiongkok, komunitas ini masih mampu mempertahankan tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan Yahudi selama ratuasn tahun. Namun, meskipun mereka tidak mengalami diskriminasi ataupun penganiayaan dari pihak orang-orang Tionghoa, suatu proses [[asimilias]] yang bertahap berlangsung terus. Hingga [[abad ke-17]], asimilasi orang-orang Yahudi Kaifeng berlangsung secara intensif dan semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan agama dan ritual Yahudi, tradisi sosial dan bahasa, serta perkawinan campuran antara Yahudi dengan kelompok-kelompok etnis lainnya, seperti orang-oragorang [[Tionghoa Han]], dan minoritas [[orangsuku Hui|Hui]] dan [[suku Manchu]] di Tiongkok. Pada tahun [[1860-an]], sinagoga Yahudi di Kaifeng runtuh karena telah lama tidak dipelihara. Akibatnya, kehidupan keagamaan Yahudi, bersama-sama dengan identitas Yahudi di dalam komunitas itu, berakhir.