Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SebutirDebu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Typo dalam Penulisan nama
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 81:
Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan ''Khwajagan'', yaitu para guru dalam mata rantai Tariqat Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual oleh salah seorang dari mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi merupakan pemandu pertamanya dalam jalur ini, dan yang lebih penting lagi adalah hubungannya dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu [[:en:Amir Kulal|Amir Kulal]], yang merupakan rantai terakhir dalam silsilah sebelum Baha-ud-Din. Baha-ud-Din mendapat latihan dasar dalam jalur ini dari Amir Kulal, yang juga merupakan sahabat dekatnya selama bertahun-tahun.
 
Pada suatu saat, Baha-ud-Din mendapat instruksi secara "ruhani" oleh [[Abdul Khaliq Ghajadwani|Abdul Khaliq Gajadwani]] (yang telah meninggal secara jasmani) untuk melakukan dzikir secara hening (tanpa suara). Meskipun Amir Kulal adalah keturunan spiritual dari Abdul Khaliq, Amir Kulal mempraktikkan dzikir yang dilakukan dengan bersuara. Setelah mendapat petunjuk mengenai dzikir diam tersebut, Baha-ud-Din lantas absen dari kelompok ketika mereka mengadakan dzikir bersuara.
 
== Tarekat Naqsyabandiyah ==