Perang Saudara Pahang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+ |
rev |
||
Baris 11:
|combatant2={{flagicon|Pahang|1853}} Para loyalis [[Tun Mutahir dari Pahang|Tun Mutahir]]<br>{{flagicon|Johor|1855}} [[Johor]]<br>{{flag|Britania Raya}}
* {{flag|Negeri-Negeri Selat}}
|commander1=[[Sultan Ahmad al-Muadzam Shah|Wan Ahmad]]<br>[[Omar Riayat Shah dari Terengganu|Baginda Omar]]<br>[[Raja Mongkut]]
|commander2=[[Tun Mutahir dari Pahang|Tun Mutahir]]<br>[[Temenggong Daeng Ibrahim|Temenggong Tun Daeng Ibrahim]]<br>[[Abu Bakar dari Johor|Abu Bakar]]<br>[[William Orfeur Cavenagh]]
|strength1=
Baris 22:
Ketika [[Kesultanan Johor|Kerajaan Johor]] runtuh pada awal abad kesembilan belas, Bendahara ke-22 kerajaan, [[Tun Ali dari Pahang|Tun Ali]] menyatakan otonominya dan telah merebut kekuasaan di Pahang, seperti halnya yang telah dilakukan [[Temenggong]] di negeri [[Johor]].<ref>{{harvnb|Ahmad Sarji Abdul Hamid|2011|p=83}}</ref> Kedamaian dan kemakmuran tercapai di Pahang di bawah pemerintahannya yang berlangsung hingga tahun 1857. Setelah kematiannya, putra tertua Tun Mutahir menggantikan mahkota itu, tetapi tidak mengikuti kehendak ayahnya untuk memberikan pendapatan pajak dari [[Kuantan]] dan [[Endau]] kepada adiknya, Wan Ahmad. Wan Ahmad marah dan bersama dengan para prajuritnya, bergerak ke [[Pulau Tekong]], merencanakan serangannya pada tahun 1857.<ref>{{harvnb|Leong|2012|p=11}}</ref><ref>{{harvnb|Linehan|1973|p=66}}</ref><ref>{{harvnb|Ahmad Sarji Abdul Hamid|2011|p=83}}</ref>
Tun Mutahir menerima dukungan dari [[Temenggong Daeng Ibrahim|Temenggong Tun Daeng Ibrahim]] dan putranya [[Abu Bakar dari Johor|Abu Bakar]], yang karena hubungan dekat dengan komunitas bisnis Singapura, meyakinkan banyak dari mereka bahwa kepentingan komersial [[Imperium Britania|Britania]] berada di tangan Tun Mutahir. Wan Ahmad meminta dukungan [[Ali dari Johor|Sultan Ali]] di [[Muar (kota)|Muar]], yang melihat peluang untuk membalas dendam terhadap Temenggong Johor. [[Kerajaan Rattanakosin]] Siam mempertimbangkan berada di pihak Wan Ahmad, melihat kekalutan tersebut sebagai kesempatan untuk melaksanakan penguasaan yang lebih besar atas negeri-negeri pembayar upeti pantai timur mereka dan memperluas pengaruh mereka lebih jauh ke selatan hingga ke Pahang. Sultan [[Omar Riayat Shah dari Terengganu|Baginda Omar]] dari [[Terengganu]] juga mendukung Wan Ahmad, melihatnya sebagai alat untuk melawan kebangkitan Temenggong.<ref>{{harvnb|Linehan|1973|pp=66–67}}</ref><ref>{{harvnb|Baker|2010|p=120}}</ref> Distrik [[Kemaman]] di Terengganu merupakan pangkalan utama bagi sebagian besar kampanye yang dilancarkan oleh Wan Ahmad selama perang ini.<ref>{{harvnb|Linehan|1973|pp=67–68}}</ref>
Perseterun dimulai pada bulan November 1857, ketika pasukan Wan Ahmad menembaki distrik [[Distrik Pekan|Pekan]] dan Ganchong, tetapi gagal untuk memperoleh keuntungan permanen yang signifikan.<ref>{{harvnb|Linehan|1973|pp=68–71}}</ref> Dalam kampanye kedua, yang dilakukan pada Maret 1861, pasukan penyerbu berhasil memperkuat posisi mereka di [[Endau]], setelah menduduki [[Kuala Pahang]] dan [[Kuantan]]. Mereka juga melancarkan serangan signifikan lebih jauh ke pedalaman, menduduki sebagian besar distrik di hulu [[Sungai Pahang]]. Namun, pada bulan November, gerak maju mereka kembali dihentikan oleh pasukan Bendahara. Wan Ahmad dan pasukannya melarikan diri ke Terengganu, mengerahkan pasukannya yang kacau untuk serangan lainnya.<ref>{{harvnb|Linehan|1973|pp=74–75}}</ref>
|