Ardian Syamsuddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Dhea Salsabila (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Ardian Syamsuddin''' adalah Pengarangpengarang Sastra[[sastra Jawa]] Modern modern: Antologi Biografi (lahir 19 Januari 1955, di Desa Kebonsari, [[Kota Madiun|Madiun]]. Ia mulai mengarang sejak tahun [[1972]], saat [[Arswendo Atmowiloto]] menyelenggarakan Bengkel Sastra Jawa Angkatan ke-2.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224862919|title=Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern|date=2006|publisher=Adiwacana|others=Suwondo, Tirto.|isbn=9799960487|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=224862919}}</ref> Berkat Bengkel Sastra Jawa dan kegigihanya untuk menjadi pengarang pada saat itu, ia memenangi Sayembara Mengarang ''Crita Cekak'' dan ''Geguritan'' yang diselenggarakan oleh Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) sebagai juara pertama melalui karyanya yang berjudul ''Nresnani Andheng-Andheng.''<ref name=":0" />
 
== Riwayat Hidup ==
SejakSetelah saatmengikuti ituSayembara Mengarang ''Crita Cekak'' dan ''Geguritan'', Ardian memutuskan untuk berpindah ke Sala. Di kota itu ia semakin aktif menulis dalam [[bahasa Jawa]]. Pada tahun 1973, ia meraihmenjadi ''runner juaraup'' kedua pada lomba yang sama lewat karyanya yang berjudul ''Wengi Pukasan.'' Namun sayang, Ardian tidak betah tinggal di Sala. Kemudian, ia pindah ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Di sana ia membantu Susilomurti untuk mengelola koran berbahasa Jawa Kumandhang sebagai redaktur sekaligus penulis ''crita cekak'' dan ''guritan.''
'''Ardian Syamsuddin''' lahir 19 Januari 1955,di Desa Kebonsari,[[Kota Madiun|Madiun]]. mulai mengarang sejak 1972, saat [[Arswendo Atmowiloto]] menyelenggarakan Bengkel Sastra Jawa Angkatan ke-2. Berkat Bengkel dan kegigihanya untuk menjadi pengarang pada saat itu ia memenangi Sayembara Mengarang ''Crita Cekak'' dan ''Geguritan'' yang diselenggarakan oleh Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) sebagai juara pertama melalui karyanya yang berjudul ''Nresnani Andheng-Andheng.''
 
Sudah menjadi gaya hidupnya, Ardian pun kemudian keluar dari Kumandhang dan pergi meninggalkan Jakarta tahun 1977. Sejak saat itu ia tidak aktif lagi menulis dalam bahasa Jawa. Berdasarkan data yang ada, karya Ardian sudah dipublikasikan yaitu Dharma Nyata, Dharma Kandha, dan Kumandhang. Selain menulis dalam bahasa Jawa , Ardian juga menulis dalam bahasa Indonesia. Bahkan, puisinya yang berjudul "Telaga" merebut juara pertama pada sayembara penulisan puisi yang diselenggarakan oleh Persada Studi Klub Yogyakarta.
Sejak saat itu, Ardian memutuskan untuk berpindah ke Sala. Di kota itu ia semakin aktif menulis dalam [[bahasa Jawa]]. Pada tahun 1973, ia meraih juara kedua pada lomba yang sama lewat karyanya yang berjudul ''Wengi Pukasan.'' Namun sayang, Ardian tidak betah tinggal di Sala. Kemudian, ia pindah ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Di sana ia membantu Susilomurti untuk mengelola koran berbahasa Jawa Kumandhang sebagai redaktur sekaligus penulis ''crita cekak'' dan ''guritan.''
 
Pengarang yang seangkatan dengan N.Sakdani, Trim Sutedjo, dan Esmiet ini termasuk seorang aktivis [[sastra Jawa]]. Ia tercatat sebagai anggota di berbagai kelompok sastra Jawa, seperti misalnya Sanggar Triwida, Pamarsudi Sastra Jawa Bojonegoro (PSJB), Sanggar Pari Kuning ([[Banyuwangi]]). Ia tidak segan untuk mendatangi kegiatan satra Jawa yang diseleggarakan di [[Kabupaten Jepara|Jepara]], Yogyakarta, [[Kota Kudus, Kudus|Kudus]], dsb.
Sudah menjadi gaya hidupnya, Ardian pun kemudian keluar dari Kumandhang dan pergi meninggalkan Jakarta tahun 1977. Sejak saat itu ia tidak aktif lagi menulis dalam bahasa Jawa. Berdasarkan data yang ada, karya Ardian sudah dipublikasikan yaitu Dharma Nyata, Dharma Kandha dan Kumandhang. Selain menulis dalam bahasa Jawa , Ardian juga menulis dalam bahasa Indonesia. Bahkan, puisinya yang berjudul "Telaga" merebut juara pertama pada sayembara penulisan puisi yang diselenggarakan oleh Persada Studi Klub Yogyakarta.
 
Pengarang yang seangkatan dengan N.Sakdani, Trim Sutedjo, dan Esmiet ini termasuk seorang aktivis [[sastra Jawa]]. Ia tercatat sebagai anggota di berbagai kelompok sastra Jawa, seperti misalnya Sanggar Triwida, Pamarsudi Sastra Jawa Bojonegoro (PSJB), Sanggar Pari Kuning ([[Banyuwangi]]). Ia tidak segan untuk mendatangi kegiatan satra Jawa yang diseleggarakan di Jepara, Yogyakarta, Kudus, dsb.
 
<br />
Baris 17 ⟶ 15:
* Wengi Pungkasan
* Telaga
 
<br />
 
== Penghargaan ==
Ardian Syamsuddin pertama kali mendapat penghargaan saat ia memenangi Sayembara Mengarang ''Crita Cekak'' dan ''Geguritan'' pada tahun 1972 dan meraih juara pertama dengan karyanya yang berjudul "Nresnani Andheng- Andheng. Kemudian, ia Mendapatmendapat Penghargaanpenghargaan untuk yang kedua kalinya pada tahun 1973 pada lomba sama yang diselenggarakan oleh PKJT dan memperoleh juara 2 melalui karyanya yang berjudul "Wengi Pungkasan". Dan yang ketiga, pada sayembara penulisan puisi yang diselenggarakan oleh Persada Studi Klub Yogyakarta dan memperoleh juara pertama melalui karyanya yang berjudul "Telaga".
<br />