Thailand dalam Perang Dunia II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
{{multiple image|align=right|direction=horizontal|header=|header_align=left/right/center|header_background=|footer=(Pertama) [[Plaek Phibunsongkhram]], Pemimpin Tertinggi [[Angkatan Darat Kerajaan Thailand]] dan [[Perdana Menteri Kerajaan Thailand|Perdana Menteri]] dari 1938 hingga 1944. (Kedua) Raja [[Ananda Mahidol]]. Selama perang ia berada di [[Swiss]]. Dia kembali ke Thailand pad atahun 1945.|footer_align=left/right/center|footer_background=|image1=Field Marshal Plaek Phibunsongkhram.jpg|width1=147|caption1=|image2=Ananda Mahidol portrait photograph.jpg|width2=154|caption2=|image3=|width3=|caption3=}}
 
'''Thailand dalam Perang Dunia II''' secara resmi mengadopsi posisi [[Negara netral|netral]] sampai [[Invasi Jepang ke Thailand|diserang oleh Jepang]] pada bulan Desember 1941 yang menyebabkan gencatan senjata dan, kemudian, perjanjian aliansi militer antara Thailand dan [[Kekaisaran Jepang]]. Pada awal [[Perang Pasifik]], [[Kekaisaran Jepang]] menekan pemerintah Thailand agar mengizinkan pasukan Jepang untuk menyerang [[Malaya Britania|Malaya]] dan [[Myanmar|Burma yang]] dikuasai Inggris. Pemerintah Thailand di bawah [[Plaek Pibulsonggram|Plaek Phibunsongkhram]] (hanya dikenal sebagai Phibun) menganggapnya menguntungkan untuk bekerja sama dengan upaya perang Jepang, karena Thailand melihat Jepang - yang berjanji untuk membantu Thailand mendapatkan kembali beberapa wilayah IndonesiaIndochina (di Laos, Kamboja, dan Myanmar saat ini) yang telah hilang karena diambil oleh Prancis - sebagai sekutu melawan imperialisme Barat. Thailand yang [[Blok Poros|memihak Poros]] menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dan Inggris dan mengambil alih wilayah di negara-negara tetangga, meluas ke utara, selatan, dan timur, membuat perbatasan dengan [[Republik Rakyat Tiongkok|Cina]] di dekat [[Kengtung]].<ref>[https://books.google.com/books?id=Gdr4Sd8GMu8C&pg=PA19&lpg=PA19&dq=thailand+annexed+laos+1941+japanese&source=bl&ots=YeJxZar8GA&sig=LYA1Ex7VMbZqygJY0oNiwf0BnSI&hl=en&sa=X&ei=B2D9U_OeLoyyuASWwoDwDw&ved=0CDwQ6AEwBA#v=onepage&q=thailand%20annexed%20laos%201941%20japanese&f=false Ronald Bruce St. John, ''The Land Boundaries of Indochina: Cambodia, Laos and Vietnam,'' p. 20]</ref>
 
Setelah menjadi sekutu Kekaisaran Jepang, Thailand mempertahankan kendali atas angkatan bersenjata dan urusan internalnya. Kebijakan Jepang tentang Thailand berbeda dari hubungan mereka dengan negara boneka [[Manchukuo]]. Jepang bermaksud hubungan bilateral serupa dengan antara [[Jerman Nazi|Nazi Jerman]] dan [[Finlandia]], [[Bulgaria]], dan [[Rumania]].<ref name="Reynolds-1994">E. Bruce Reynolds. (1994) ''Thailand and Japan's Southern Advance 1940–1945''. St. Martin's Press {{ISBN|0-312-10402-2}}.</ref> Namun, Thailand pada waktu itu telah dicap oleh Jepang dan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]] sebagai "'''Italia Asia'''".<ref>James F. Dunnigan. ''The World War II Bookshelf: Fifty Must-Read Books''. Kensington Pub Corp, 2005 {{ISBN|0-8065-2649-1}}, p.16</ref><ref name="Reynolds-2005">E Bruce Reynolds. (2005) ''Thailand's Secret War: The Free Thai, OSS, and SOE during World War II''. Cambridge University Press. {{ISBN|0-521-83601-8}}</ref>