Penelitian tentang awan ini pertama kali dilakukan setelah dua tahun meletusnya [[Krakatau|Gunung Krakatau]] pada tanggal [[27 Agustus]] [[1883]], yaitu pada tahun [[1885]].<ref>{{Cite news|title=First Mission to Explore Those Wisps in the Night Sky|url=https://www.nytimes.com/2007/04/24/science/24cloud.html|newspaper=The New York Times|date=24 April 2007|access-date=24 Desember 2019|issn=|language=|first=Kenneth|last=Chang|work=}}</ref> Penelitian tersebut menjadidianggap penelitianyang pertama karena memang belumtidak ada catatan yang menunjukkan bahwa sudahpernah dilakukan penelitian terdahulu mengenai awan noktilusen sebelum tahun [[1885]]itu.<ref>{{Cite web|url=https://www.idntimes.com/science/discovery/ineu-nursetiawati/fakta-awan-noctilucent-exp-c1c2/full|title=Lima Fakta Awan Noktilusen, Fenomena Alam di Langit Biru Saat Senja|last=Nursetiawati|first=Ineu|date=8 Juli 2019|website=IDN Times|access-date=24 Desember 2019}}</ref> Awan noktilusen muncul pada abad ke-19 akibat dari erupsi Krakatau, walaupun saat itu abu dari gunung yang berada di [[Selat Sunda]] ini telah hilang. Awan noktilusen muncul dengan warna yang pekat.<ref>{{Cite web|url=https://techno.okezone.com/read/2012/08/14/56/677485/asap-meteor-ciptakan-awan-misterius|title=Asap Meteor Ciptakan Awan "Misterius"|last=Luthfi|first=Ahmad|date=14 Agustus 2012|website=Okezone|access-date=24 Desember 2019}}</ref>
<ref>{{Cite web|url=https://techno.okezone.com/read/2012/08/14/56/677485/asap-meteor-ciptakan-awan-misterius|title=Asap Meteor Ciptakan Awan "Misterius"|last=Luthfi|first=Ahmad|date=14 Agustus 2012|website=Okezone|access-date=24 Desember 2019}}</ref>