Kelong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Labbiri (bicara | kontrib)
JUDUL
Labbiri (bicara | kontrib)
sub-sub bagian tulisan
Baris 27:
Secara umum, Kelong mempunyai fungsi merekam peristiwa dan pengalaman masa lampau dan masa kini masyarakat Makassar. Kelong selain dapat menimbulkan kesenangan dapat juga memberikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga bagi kehidupan.
 
== '''A.   Kelong sebagai Media Pendidikan''' ==
Sebagai salah satu produk dan perekam budaya di satu sisi sekaligus sebagai bagian dari kekayaan rohani di sisi lain, Kelong dapat berperan sebagai sarana untuk mempertinggi budi pekerti seseorang. Salah satu peranannya ialah sebagai media pendidikan. Nilai-nilai pendidikan yang dituangkan di dalamnya, pada garis besarnya, dapat dipilah menjadi dua macam, yakni (1) nilai pendidikan yang bersifat keagamaan dan (2) nilai pendidikan yang bersifat sosial kemasyarakatan.
 
1.     Nilai Pendidikan yang Bersifat Keagamaan
 
Pada umumnya sastra daerah Makassar sarat dengan nilai-nilai pendidikan keagamaan, dalam hal ini agama Islam. Hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat Makassar, sejak dahulu sudah taat asas menerima dan melaksanakan ajaran agama tersebut. Salah satu media yang digunakan untuk menyebarkan ajaran agama yang mereka terima dari para penganjur adalah karya sastra, baik dalam bentuk prosa maupun dalam bentuk puisi, seperti Kelong.
Baris 230:
Jika isi Kelong di atas dirangkum, paling tidak ada empat masalah yang paling mendasar yang dikemukakan di dalamnya. Masalah-masalah itu adalah makrifat, proses perjalanan manusia, taubat, dan tugas pokok manusia. Penjelasan keempat masalah pokok tersebut adalah sebagai berikut.
 
== 1)         Makrifat ==
Makrifat termasuk salah satu istilah yang sangat popular di ilmu tasawuf. Makrifat berarti pengenalan. Jadi, pengenalan kepada Allah disebut makrifatullah yang merupakan jenjang tertinggi yang dicapai manusia di dalam mengesakan Allah. Orang-orang yang sudah sampai ke taraf yang demikian, dinding penghalang atau yang dalam ilmu tasawuf disebut “hijab”, sudah diangkat baginya. Akibatnya, dengan izin Allah, hal-hal yang bersifat abstrak atau trasendental merupakan sesuatu yang amat mudah bagi mereka untuk diketahui. Bait pertama, kedua, ketiga, kelima, dan ketujuh menggambarkan bahwa manusia harus mencari dan menemukan Tuhan yang pasti adanya.
 
Baris 267:
 
''(Dari mana sumber kejadianmu)''
 
 
Kelong tersebut berisi pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu “Dari mana asal kejadian manusia.” Pertanyaan tersebut dijawab langsung dalam bait keenam yang berbunyi sebagai berikut.
 
Baris 474 ⟶ 472:
Nilai pendidikan yang termuat dalam Kelong, khususnya yang menyangkut sosial kemasyarakatan cukup banyak.Nilai pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
 
==== 1.     Berhati-hati dalam segala hal ====
 
Untuk mewujudkan keharmonisan dan kerukunan di dalam bermasyarakat, faktor kehati-hatian perlu mendapat perhatian.Masalah ini dapat dilihat dalam Kelong berikut.
 
Baris 563 ⟶ 560:
''Tobo rappo'' ‘seludang pinang’ berarti pemuda, sedangkan‘tinggi’ berarti martabat. Dari dua Kelong terakhir terlihat baik gadis maupun pemuda harus selalu berhati-hati dan menjaga martabat masing-masing.
 
==== '''2.     Bekerja dengan tekun''' ====
 
Salah satu syarat penting untuk mewujudkan kebahagiaan hidup adalah semangat kerja yang tinggi. Orang-orang tua dahulu, sejak dini, telah menanamkan semangat seperti itu kepada anak cucunya.Dengan semangat kerja yang tinggi, mereka mampu mengarungi samudera yang luas bahkan sampai ke Kepulauan Madagaskar (Afrika Selatan).
 
Baris 651 ⟶ 647:
           Konsep ''kuttu'' ‘malas’ dan ''erok ande tea eco'' ‘mau makan, tetapi tidak mau kerja’  pada Kelong  (10) di atas sama saja. Keduanya merupakan sikap mental yang perlu dihindari. Bukan itu saja, sikap seperti itu sangat memalukan di kalangan orang-orang Makassar. Oleh karena itu, untuk mencapai ''empo ri sunggu'' ‘jenjang kebahagiaan’ sikap ''kuttu'' dan ''elok ande tea eco'' harus dibuang jauh-jauh.
 
==== 3.     Teguh dalam Pendirian ====
Teguh dalam pendirian dalam bahasa Makassar disebut tokdopuli yang dapat diartikan dengan tegas, berani, dalam kebenaran, setia pada keyakinan, dan taat asas. Kata lain yang dapat dipadankan dengan keteguhan adalah tantang atau istiqomah dalam bahasa agama.
 
Baris 865 ⟶ 861:
Pernyataan Kelong di atas, khususnya larik ketiga dan keempat, yaitu tassampe tompi parrukku ri simbolennu ‘nanti ususku tersangkut pada sanggulmu’ menggambarkan keberanian dan keteguhan hati di dalam memperjuangkan cita-cita suci, walaupun harus berhadapan dengan resiko yang berat (lange-lange ri cerak‘berenang dengan darah’).
 
==== 4. Memiliki tanggung jawab yang tinggi ====
Dalam Kelong banyak ditemukan anjuran agar setiap orang memiliki tanggung jawab yang tinggi, dalam arti sanggup mengemban tugas yang dipercayakan kepadanya.
 
Baris 931 ⟶ 927:
Kelong (17) dan (18) mengisyaratkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab yang berhubungan dengan masalah rumah tangga adalah tugas suami istri.
 
==== 5. Tolong-menolong dalam kehidupan ====
 
Selaku makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup dan memenuhi kebutuhan sendiri. Siapa pun kita pasti memerlukan kehadiran orang lain. Kerja sama yang baik dan tolong-menolong selalu diperlukan di dalam kehidupan. Hal ini digambarkan dalam Kelong berikut ini.
 
Baris 972 ⟶ 967:
 
''Surga yang sebenarnya''