Tadashi Maeda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 48:
Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda seperti [[Sukarni]] dan [[Chaerul Saleh]] menculik Soekarno dan Muhammad Hatta ke [[Rengasdengklok]] dan mendesak mereka segera membacakan proklamasi. Setelah melalui pembicaraan yang panjang, akhirnya semua setuju proklamasi dibacakan diluar janji Jepang yakni 24 Agustus.
Di hari yang sama, para pemuda mengantarkan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta untuk segera merumuskan naskah proklamasi. Namun ketika tiba dari Rengasdengklok ke Jakarta, hari sudah larut. Pada pukul 22.00, rombongan tiba di [[Hotel Des Indes]]. Mereka akan memesan ruangan untuk dijadikan tempat merumuskan naskah proklamasi. Sayangnya tempat itu sudah tutup. Para pemuda tidak kehabisan akal. Mereka lalu menghubungi seorang perwira Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia, Laksamana Maeda. Ia pun mengizinkan rumahnya, yang sekarang beralamat di Jalan Imam Bonjol no.1 untuk dijadikan tempat perumusan naskah proklamasi dan menjamin keamanan selama rapat karena Maeda merupakan Kepala Perwakilan [[Kaigun]] (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) sehingga rumahnya merupakan extra territorial dan harus dihormati oleh [[Rikugun]] ([[Angkatan darat kekaisaran Jepang]] / [[Kempetai]]) maka rumah Maeda dianggap aman.Rumah Maeda tersebut kini berubah menjadi [[Museum Perumusan Naskah Proklamasi]].
== Referensi ==
|