Perang Pacirebonan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 120:
 
Pasca Sultan membagikan tugas di Warutanjak suasana digambarkan riuh dengan para menteri, prajurit dan pembantunya yang akan keluar dari ''lawang Padudan'' (pintu Padudan) sementara Sultan kembali ke dalam keraton, banyaknya orang yang saling mendahului untuk keluar membuat ''lawang Padudan'' kemudian patah akibat pukulan, dorongan dan desakan orang yang ingin keluar secepatnya. Pada naskah Banten dijelaskan yang keluar dari ''lawang Padudan'' secara berurutan adalah para pembantu dan anak-anak yang menyaksikan di Warutanjak, para menteri, prajurit, pengawal, para aparatur desa (para ''bekel'' dan ''lurah'') dan para prajurit dari Lampung serta paling terakhir adalah ''para nyilian'' (para prajurit pinjaman), sementara para petinggi lainnya yang berada disebelah timur, mereka keluar melalui ''lawang Dipangga'' (pintu Dipangga), semua keluar memenuhi alun-alun sebelum pulang ke kediamannya masing-masing, hanya sebagian prajurit yang ditugaskan untuk berjaga di Warutanjak lengkap dengan senjatanya<ref name=titik2/>.
 
=== Penyerangan ke [[kesultanan Banten]] ===
 
Pangeran ([[bahasa Cirebon]] : Elang) Martasari berlayar dengan 60 perahu untuk menyerang [[kesultanan Banten]] atas desakan Mataram, naskah Banten menggambarkan bahwa perahu itu diriingi tabuh-tabuhan ketika akan berlayar, dalam penyerangannya Pangeran Martasari diiringi oleh Senapati Panjang Jiwa, ''Ki'' Narangbaya, Wanibaya, Kyai Yudaprana, Yudaita, Yudagita, ''Ki'' Singayuda, Kyai Sarahita, ''Ki'' Saragati, Karetimaya, Mayawrekti, Mayayuda, Mayahita, Mayaparya, Mayasutisna, ''Ki'' Satyagati, Astrenggati, Astrenggembung, serta ''Ki'' Astragita.
 
== Referensi ==