Pakistan Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: Saos → Saus
Baris 26:
=== Kekerabatan ===
==== Pola Perkawinan ====
Dulu, orang-orang Koja yang ada di daerah [[Semarang]] ketika masih ada keturunan asli atau pendatang [[Pakistan]] yang kemudian menetap di daerah persinggahan melakukan [[perkawinan]] dengan orang yang masih sama keturunan [[Pakistan]] juga. Hal ini disebabkan orang-orang Koja tersebut sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan [[tradisional]] yang sangat kuat. Maka dari itu, kebanyakan orang Koja zaman dulu banyak yang dijodohkan oleh orang yang dituakan dengan persetujuan dari mempelai [[pria]] dan mempelai [[wanita]]. Tetapi pada perkembangan yang sekarang, masyarakat Koja sudah ada yang melakukan [[perkawinan]] campuran dengan orang-orang di luar orang Koja.<br />
 
==== Pola Menetap ====
Pola menetap yang dilakukan oleh orang Koja di daerah [[Pekojan]] dan sekitarnya adalah [[patrilokal]], dimana kehidupan setelah [[menikah]], [[istri]] lebih memilih untuk tinggal di dalam lingkungan [[suami]]. Adanya pola yang sudah menjadi [[tradisi]] bagi masyarakat Koja setelah menikah seorang [[istri]] mengikuti [[suami]]nya. Anggapan [[suami]] sudah menjadi kepala [[keluarga]] dan [[masyarakat]] Koja di daerah tersebut menganggap bahwa [[suami]] adalah [[pemimpin|imam]] atau [[pemimpin]] yang harus diikuti oleh [[istri]]nya.<br />
 
=== Dialek ===
Baris 44:
Setelah acara malam pacar selesai dilanjutkan dengan acara ijab yang hanya dihadiri oleh keluarga mempelai pria dan para kaum laki-laki yang merupakan teman dari mempelai laki-laki hingga acara ijab selesai sedangkan mempelai wanita berada dikamar.<br />
==== Khitanan Massal ====
Acara [[khitan]]an ini dilakukan rutin setahun sekali, acara ini juga merupakan warisan dari keturunan pakistan sehingga warga koja yang berada di [[Pekojan]] [[Semarang]] melestarikan [[budaya]] ini setiap bulan [[Maulid]].<br />
 
==== Lebaran ====
Masyarakat Koja yang berada di luar daerah Pekojan, [[Semarang]], setiap [[Lebaran]] menyempatkan pulang ke kampung halaman, Pekojan, untuk melakukan ''sonjo'' ([[silaturahmi]]). [[Lebaran]] di Kampung Pekojan, dan kemudian saat [[malam]] dilanjut ''sonjo'' ([[silaturahmi]]) [[Lebaran]] ke [[Wotprau]], [[Jerukkingkit]], [[Suburan]], [[Pandean]], [[Progo]], [[Pemali]] yang merupakan juga daerah basis [[Pakistan-Indonesia|keturunan Pekojan]].
Dalam perjalanannya, di akhir tahun 2019 para generasi keturunan Khoja di Semarang mendirikan Komunitas Budaya Khoja Semarang (KHOJAS) diketuai Muhammad Sholeh Emde (Ketua Umum)bersekretariat di Jalan MT Haryono Kp Wotprau No 7 Semarang. Tujuan berdirinya komunitas KHOJAS untuk melestarikan budaya Khoja, yang merupakan paduan budaya Gujarat-Indonesia (Semarangan). Salah satu yang dipertahankan sampai kini adalah Adat pengantin Semarangan bagi warga Pekojan. Adat Pengantin Semarangan banyak dipengarugi budaya KHOJA, terlihat tampak pada pakaiannya yang mengenakan Kurta (mirip Jubah) dengan topi Turban (mirip Sorban). Pengantin Semarangan tidak mengenakan keris, melainkan pedang ala Gujarat (bukan Samurai).
Pada Saat lebaran, makanan khas KHOJA yang menjadi sugatan yang terkenal adalah : Dadar SaosSaus, Tar Nanas dan Coklat Piring (dipanggang diatas dan sebesar piring), ketan Punar, Ketan Enten-enten, Sagon, Pis Tuban, Bolu Lapis 50 telor, dll.
 
'''TOKOH KHOJA SEMARANG'''