The Dictator Pope: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan informasi |
menambahkan informasi |
||
Baris 58:
Dalam bab dua Colonna menggambarkan bagaimana neo-modernisasi Bergoglio adalah peronisme<ref>{{Cite web|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/Peronism|title=Definition of PERONISM|website=www.merriam-webster.com|language=en|access-date=2020-02-07}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://library.brown.edu/create/modernlatinamerica/chapters/chapter-9-argentina/primary-documents-w-accompanying-discussion-questions/what-is-peronism-by-juan-domingo-peron-1948-the-twenty-truths-of-the-peronist-justicialism-juan-domingo-peron-1950/|title=Document #24: “What is Peronism?” by Juan Domingo Perón (1948) {{!}}{{!}} “The Twenty Truths of the Perónist Justicialism,” Juan Domingo Perón (1950) {{!}} Modern Latin America|website=library.brown.edu|access-date=2020-02-07}}</ref> di dalam gereja, gerakan yang menggabungkan ideologi "kiri" dan "kanan", persahabatan yang diikuti dengan pengkhianatan, kerakyatan palsu, ketakwaan yang dipamerkan secara berlebihan. Semuanya demi mendapatkan, meningkatkan dan mengabadikan kekuasaan namun selalu dengan pemikiran liberal. Catatan Profesor Lucrecia Rego de Planas, seorang psikiatri di Buenoa Aires yang spesialisasinya adalah memberikan sesi terapi untuk pejabat gereja menunjukkan kecenderungan peronisme dalam diri Bergoglio. Walaupun dia tidak menyadari hal ini pada awalnya karena dia bukanlah orang Argentina melainkan Meksiko. de Planas menggambarkan Bergoglio persis seperti anekdot tentang politik Juan Sebastian Peron yang hanya popular di antara orang-orang Argentina. jadi dikisahkan suatu hari, Peron ingin memperlihatkan kepada keponakannya bagaimana dunia politik yang diajalani dan diyakininya. Pertama, dia menerima utusan dari paham komunisme, setelah mendengar pandangan politiknya, Peron mengatakan "Kamu benar". Setelahnya bertemu dengan utusan dari paham fasisme, setelah mendengar pandangan politik mereka, Peron juga mengatakan "Kamu benar". Hal ini membuat keponakannya heran, bagaimana mungkin Peron mengatakan setuju untuk dua pandangan politik yang jelas-jelas berseberangan dan ini adalah sesuatu yang tidak bisa diterima. Dan Peron hanya menjawab "Kamu juga benar". Hal inilah yang didapati oleh de Planas dari sesi terapi dengan pejabat gereja. Tidak ada yang pernah benar-benar tahu pasti apa yang disetujui oleh Bergoglio. Itu yang membuat de Planas kemudian memutuskan dia tidak bisa membantu pejabat-pejabat gereja tersebut. Solusinya hanyalah dengan membantu uskup besar mereka dalam hal ini adalah Bergoglio.<ref name=":2" />
Dalam bab tiganya, Colonna memperlihatkan bukti-bukti kuat yang memperlihatkan kegagalan total dari reformasi yang selalu diserukan oleh Paus Fransiskus. Reformasi transparansi finansial, pengurangan birokrasi di Vatikan, penghapusan lobi untuk pelaku homoseksual, dan tidak adanya toleransi untuk para predator anak laki-laki remaja oleh pendeta homoseksual. Selama kepemimpinannya, semua masalah di atas bukan hanya masih ada, bahkan bertambah berat. Korupsi di Vatikan lebih dalam dan besar, semua keputusan reformis oleh Paus Benediktus XVI bukan hanya dihapuskan melainkan berbeda 180° pelaksanaannya. Singkatnya, sebutan Paus Fransiskus adalah reformis sejati, hanya kisah dongeng.<ref name=":2" />
Colonna menyebut sinode palsu atau sinode malapetaka dalam bab empat bukunya. Hal ini karena pada sinode tahun 2014, Paus fransiskus memutuskan untuk menunda pembahasan paragraph 52, 53 dan 55 pada laporan akhir sinode, dan memastikan bahwa usulan Kasper (untuk mengakui perceraian dan pernikahan ulang) akan tetap menjadi agenda pada sinode 2015 tahun berikutnya. Padahal usulan Kasper ini sudah ditolak oleh semua pendeta Sinode Luar Biasa. Dengan kata lain, seluruh proses sinode hanya formalitas dan kepura-puraan untuk menyamarkan apa yang diinginkan oleh Paus Fransiskus sejak awal. Dan apapun keinginannya, akan dia dapatkan tidak peduli apapun keputusan yang ditetapkan oleh sinode. Colonna menyatakan bahwa sinode hanyalah pembungkus rumit untuk semua pil pahit yang diberikan oleh Paus Fransiskus.<ref name=":2" />
Bab lima menunjukkan bahwa paus Fransiskus tidak memiliki belas kasihan kepada siapapun atau apapun yang menghalangi jalannya. Salah satu contoh kasusnya adalah Kardinal Burke, Setelah sang cardinal mendukung upaya permohonan hokum dari dua biarawati, Paus Fransiskus mencopot jabatannya sebagai [[Signatura Apostolik]] dan menurunkan jabatannya sebagai penasihat spiritual bagi [[Ordo Militer Berdaulat Malta|Ordo Berdaulat Ksatria Malta]]. Dari sisi Ksatria Malta sendiri, Colonna memperlihatkan bagaimana Paus Fransiskus menginjak-injak kedaulatan Ordo. Pada kasus ini, Matthew Festing, kepala ordo, memecat Albrecht Von Boeslager, kanselir agung ordo Malta karena skandal distribusi kondomnya. Namun Paus fransiskus menunjuk kembali Von Boeslager dan meminta Festing untuk mengundurkan diri. Colonna juga menyertakan bukti bahwa ada motif finansial dibelakang kasus Festing ini dan bukan hanya sekadar masalah kondom semata. Paus Fransiskus menghargai orang yang menghina ajaran moral gereja, sedangkan atasan yang mencoba mendisiplinkannya, kehilangan jabatannya.
Bab terakhir buku ini, Colonna menjabarkan bagaimana Paus Fransiskus menggunakan kekuasaannya untuk membalas musuh-musuhnya sembari membangun jaringan pengawasan dan intimidasinya. Orang-orang yang berseberangan dengannya, hidup di bawah kemarahan sang Paus, terpaksa harus menerima kritik masyarakat dan menutupi keburukan rezim baru. Ada banyak perlawanan yang dilakukan terhadap kebijakan Paus Fransiskus. Termasuk di dalamnya empat cardinal (dua diantaranya saat ini sudah meninggal dunia) yang mengajukan "Kardinal Dubia" pada tahun 2016 agar Paus Fransiskus menjawab lima pertanyaan ya atau tidak pada masalah inti keimanan yang menjadi kacau karena adanya Amoris Laetitia<ref>{{Cite web|url=https://www.americamagazine.org/faith/2016/04/08/top-10-takeaways-amoris-laetitia|title=Top 10 takeaways from “Amoris Laetitia”|date=2016-04-08|website=America Magazine|language=en|access-date=2020-02-07}}</ref>. permintaan yang tidak pernah dipenuhi oleh Paus Fransiskus. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, mengapa seseorang yang selalu mengatakan kepada wartawan bahwa dia terbuka untuk segala bentuk kritik namun justru mengabaikan kritik yang dating dari sejawat terdekatnya?<ref name=":2" />
<br />
== Tanggapan ==
|