Mayling Oey-Gardiner: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Mayling Oey Gardiner''', perempuan kelahiran [[Kota Sukabumi|Sukabumi]] tanggal 25 Februari 1941 adalah seorang [[peneliti]] dan [[dosen]] Fakultas Ekonomi [[Universitas Indonesia]]. Ia merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ia juga mengaku sangat dekat dengan ibunya. "Ibu selalu mendorong saya untuk terus sekolah" tuturnya. Sayang, sang ibu wafat pada 1972 sebelum Mayling - demikian panggilan akrabnya - meraih gelar doktor [[demografi]].
Setelah tamat dari SMA St. Ursula [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Mayling bekerja sebagai juru ketik sambil kuliah di [[Universitas Kristen Indonesia]](UKI). Pada tahun 1964, ia memperoleh beasiswa untuk kuliah di St. Xavier College, [[Chicago]], [[Illinois|Illnois]], [[Amerika Serikat|AS]]. Setelah lulus, ia kemudian melanjutkan kuliahnya di College of William & Mary Williamsburg, [[Virginia]], mengambil M.A. Sosiologi. Tidak sampai situ, ia
Mayling akhirnya meraih gelar doktor demografi di [[Universitas Nasional Australia|Australian National University]], [[Canberra]], 1982. Disertasinya,''The Impact of Migration on Fertility; A Case Study of Transmigrants in Lampung, Indonesia,'' 1982. Pada tahun ini pula ia menikah dengan Dr. Peter Gardiner yang lulus dari universitas yang sama dengannya.
Mayling rajin menulis artikel, publikasinya antara lain ''The Rule of Manufacturing in Labour Absorption: Indonesia during 1970,'' dan ''Changing Works Patterns of Women in Indonesia during 1970.'' Ia juga menerbitkan buku berjudul ''
Ibu seorang anak ini sering berolah raga ''jogging'', [[senam]], dan [[berenang]] untuk menjaga kesehatannya. Berbeda dari wanita lainnya, ia tidak suka bersolek. Dalam berpakaian ia sangat menggemari batik.
"Di negara kita, kesempatan kerja masih relatif lamban dibandingkan dengan laju perkembangan penduduk," kata doktor demografi lulusan [[Universitas Nasional Australia|Australian National University]] ini. Ia merasa prihatin karena sangat sedikit wanita Indonesia yang bersekolah. Ia memperkirakan bahwa pada tahun 2000 penduduk Indonesia akan mencapai sekitar 210 juta. "Kesempatan kerja akan diperebutkan jutaan orang" katanya. Karena hal tersebut ia menganggap bahwa perlunya memasukkan teknologi pertanian secara dini dan menggalakkan program keluarga berencana(KB) yang berfungsi untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk , di sektor transmigrasi.
|