Pembelajaran Melalui Pemecahan Masalah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
Menurut Yuwono (2001:15) pada pembelajaran melalui pemecahan masalah diharapkan siswa memulai dengan melakukan pematematikaan horizontal (bergerak dari dunia nyata kedua simbol). Sehingga urutan masalah didesain agar menggiring siswa agar diperolehnya suatu konsep atau algoritma yang baru bagi siswa. Pada pemerolehan algoritma itu terjadi pematematikaan vertikal. Dalam pembelajaran melalui pemecahan masalah, peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pemotivasi siswa.
Dalam menilai hasil belajar melalui pemecahan masalah ini, tidak cukup dilakukan dengan satu kali ujian tertulis pada akhir kegiatan (Baroody, 1993; NCTM, 2000:22). Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, misalnya melalui kuiz, tugas rumah, dan pembuatan jurnal/proyek (Yuwono, 2001:16). Selain itu, pengamatan teerhadap perilaku siswa dalam pembelajaran melalui pemecahan masalah, khususnya dalam diskusi kelompok juga layak dipertimbangkan dalam penilaian pembelajaran melalui pemecahan masalah.
Penilaian jawaban tertulis siswa pada pembelajaran pemecahan masalah merupakan hal yang tidak begitu mudah, diperlukan suatu pedoman penilaian yang berbeda-beda untuk setiap soal. Namun demikian, terdapat pedoman umum untuk menilai hasil pembelajaran melalui pemecahan masalah, sebagaimana yang diusulkan oleh Malone, dkk (Yuwono, 2001:16), seperti dinyatakan dalam tabel berikut.
Tabel Pedoman umum penilaian hasil pembelajaran pemecahan masalah.
{| class="wikitable"
|+
!Skor
!Tingkat Penyelesaian
|-
|0
|Gagal memulai, siswa tidak dapat memulai pekerjaan atau pekerjaannya tidak berarti.
|-
|1
|Siswa dapat memulai pekerjaan, terlihat memahami masalah namun menemui jalan buntu untuk melanjutkan penyelesaiannya.
|-
|2
|Siswa memberi rincian yang cukup untuk mendapatkan penyelesaian yang masuk akal, namun terdapat kesalahan interprestasi sehingga gagal mendapatkan penyelesian yang benar.
|-
|3
|Siswa mampu menyelesaikan, namun melakukan kesalahan kecil, misalnya kesalahan komputasi, sehingga hasilnya tidak benar.
|-
|4
|Siswa berhasil memilih cara menyelesaikan yang tepat, masuk akal dan tidak melakukan kesalahan dalam komputasi, sehingga memperoleh hasil yang benar.
|}
'''Kerangka Pembelajaran Melalui Pemecahan Masalah'''
Pembelajaran melalui pemecahan masalah dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu :
# Tahap awal : Persiapan, siswa dipersiapkan untuk dapat mengingat kembali pelajaran yang telah mereka peroleh sebelumnya yang dapat menunjang dalam penyelesaian masalah fungsi.
# Tahap inti : Menurut As'ari (1992:19) dan Baroody (1993:2-31) pembelajaran melalui pemecahan masalah diawali dengan penyajian masalah. Oleh karena itu pembelajaran yang sedang dilaksanakan diawali dengan enyajian masalah. Kemudian mengikuti tahap yang dikemukakan oleh Schoenfeld (dalam As'ari, 1992:14) yang terdiri dari tahap analisis, desain dan ekplorasi, implementasi, dan verifikasi masalah.
# Tahap akhir, yaitu siswa diberikan latihan dan dilanjutkan dengan evaluasi.<br />
== Referensi ==
|