Lurah, Plumbon, Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k top: Bot: Menambah pengawasan otoritas
HsfBot (bicara | kontrib)
k jaman --> zaman
Baris 7:
Sebelum Berdirinya Desa Lurah, dulunya masih berupa perkampungan yang disebut dengan Pedukuhan/Pademangan. Sementara pada waktu itu di Pedukuhan/Pademangan ini beradalah seorang pengembara berasal dari mataram dan menetap di pedukuhan/pedemangan bersama warga setempat dalam rangka mengembangkan ilmiah keagamaan (agama Islam)
 
Asal usul kata Lurah berasal dari kata LU = Luhur dan RAH = Darah yang memiliki arti “Satu Keturunan” atau disebut dengan istilah lain yaitu “Keturunan Yang Luhur”. Sesuai dengan perkembangan jamanzaman di bawah pemerintahan kolonial belanda Pedukuhan/Pademangan ini dijadikan pusat pemerintahan tingkat desa, sehingga Pedukuhan/Pademangan tersebut diberi nama “Desa Lurah”, dan pusat pemerintahan Desa Lurah disebut Lurah Gede yang memiliki arti Ibu Kota Desa.
 
Sementara pengembangan agama Islam saat itu dilakukan oleh Ki Gede Lurah sampai ke generasinya ialah Ki Demang Raksabaya dan KH. Moh. Brawi, bilau juga keturunan ke 10 (sepuluh) dari Kanjeng Sinuhun Cirebon (KH. Moh. Brawi bin Ki Maria Al-Jalaluddin bin Demang Manggalandara bin Ki Demang Raksabaya bin Ki Ketib Khannuddin bin Ki Kadiyah bin Ny. Suminah bin Nyi Mas Marwati bin KH. Abdullatif bin Ny. Mas Buyut bin Kanjeng Sinuhun Cirebon). Pusat pengembangan agama Islam yang dibawa oleh KH. Moh. Brawi bertempat di blok desa (sekarang blok Cangkring) dia membangun suro (tempat belajar ilmu agama khususnya belajar Al-Quran) yang kemudian oleh KH. Moh. Brawi suro itu dijadikan musholla yang sekarang diberi nama musholla Al-Barokah. Sebagai bukti bahwa KH. Moh. Brawi adalah seorang cendekiawan, dia memiliki Al-Quran asli tulisan tangan ukuran jumbo yang ditulis pada Tahun 1849 M. / 1270 H. (sumber: buku silsilah Ki Gede Lurah karya H.A Dasuki / mantan Bupati Indramayu yang ditulis Tanggal 15 Maret 1974), dan keberadaan Al-Quran tersebut sekarang dirawat oleh keluarganya. Bukti selanjutnya adalah keberadaannya kuburan Ki Gede Lurah yang bertempat di area makam gede blok Kenir kurang lebih 500 meter dari kantor desa Lurah dan kuburan Ki Demang Raksabaya dan kuburan KH. Moh. Brawi bertempat di makam Demang blok Desa 200 meter dari kantor desa Lurah.
 
Bale Desa Lurah dibangun sejak sebelum Tahun 1807 yaitu pada jamanzaman pemerintahan Kolonial Belanda. Sementara Kuwu pertama yang memerintah Desa Lurah yaitu mbah Kuwu Suryati (Lihat Tabel Nama-Nama Kuwu dan Masa Jabatannya). System Pemerintahan yang dibawa kepemimpinan Mbah Kuwu Suryati terkenal dengan istilah system MACAPAT yang artinya berkumpulnya suatu bangunan pemerintahan untuk mengatur dan
 
menjalankan roda pemerintahan seperti Bale Desa menghadap ke utara dengan alun-alun yang luas yang dilengkapi dengan pohon beringin, sebelah timur Bale Desa lembaga pendidikan yaitu Sekolah Rakyat (SR) yang sekarang telah berganti nama Sekolah Dasar (SD) kemudian berpindah disebelah barat Bale Desa, sebelah barat halaman Bale Desa adalah tempat Ibadah yaitu Masjid induk desa Lurah yang sekarang diberi nama “Masjid Baitussalam” dan di belakang atau sebelah selatan bale Desa yaitu halaman gedung pendidikan sekolah dasar (SD) atau SDN I Lurah.