Hosti: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 38:
Hosti seringkali diolah oleh para [[biarawati]] sebagai salah satu sumber pendapatan bagi paguyuban mereka. Akan tetapi di Selandia Baru, Serikat Santo Vinsensius de Paul mempekerjakan para tunagrahita untuk memanggang, memotong, dan memilah roti tersebut. Dengan cara ini, serikat tersebut menciptakan lapangan kerja bagi orang-orang yang tidak berpeluang mendapatkannya di bidang lain.<ref>http://vinnies-wellington.org.nz/altar-breads/</ref>
''[[Institutio Generalis Missalis Romani]]'' (
Pada 1995, [[Paus Benediktus XIV|Kardinal Joseph Ratzinger]], selaku Prefek Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen kala itu, menyurati konferensi-konferensi Wali Gereja, memperluas lingkup aturan [[Kitab Hukum Kanonik 1983|Kitab Hukum Kanonik]] dengan mengeluarkan pernyataan bahwa roti rendah [[gluten]] dapat dianggap “bahan sahih” untuk dijadikan hosti selama tidak ada zat-zat tambahan yang “mengubah sifat zat dari roti itu.”<ref name="thinkprogress.org">{{cite web|url=http://thinkprogress.org/health/2014/12/29/3607228/low-gluten-communion-wafers/|title=Low-Gluten Diet Alternatives Have Reached A New Frontier: The Catholic Church|publisher=}}</ref> Sejak era 2000-an, hosti rendah gluten telah dibuat di Amerika Serikat, terutama di sejumlah daerah dalam wilayah negara bagian Missouri dan wilayah negara bagian New York.<ref name="thinkprogress.org"/> Hosti termasuk salah satu penyebab sukar pulihnya para penderita [[penyakit seliak]] yang harus menjalani [[diet bebas gluten]]<ref name=CiacciCiclitira2015>{{cite journal| author=Ciacci C, Ciclitira P, Hadjivassiliou M, Kaukinen K, Ludvigsson JF, McGough N et al.| title=The gluten-free diet and its current application in coeliac disease and dermatitis herpetiformis. | journal=United European Gastroenterol J | year= 2015 | volume= 3 | issue= 2 | pages= 121-35 | pmid=25922672 | doi=10.1177/2050640614559263 | pmc=4406897 | type=Review}} </ref> secara ketat seumur hidupnya demi memulihkan mukosa saluran cerna dan mengurangi risiko berkembangnya komplikasi-komplikasi kesehatan yang berbahaya.<ref name=SeeKaukinen2015>{{cite journal|vauthors=See JA, Kaukinen K, Makharia GK, Gibson PR, Murray JA|title=Practical insights into gluten-free diets|journal=Nat Rev Gastroenterol Hepatol|volume=12|issue=10|pages=580–91|date=Oct 2015|pmid=26392070|doi=10.1038/nrgastro.2015.156|type=Review|quote=Tidak adanya gejala-gejala dan/atau penanda-penanda serologi negatif tidak dapat diandalkan sebagai indikator-indikator dari tanggapan mukosa terhadap diet tersebut. Selain itu, lebih dari 30% pasien tetap mengalami gejala-gejala pendarahan saluran cerna meskipun menjalani diet bebas gluten (''Gluten Free Diet'') GFD.122,124 secara ketat. Jika ketaatan pada program diet tersebut yang dipertanyakan, suatu wawancara terstruktur oleh seorang pakar diet dapat membantu mengidentifikasi sumber-sumber gluten yang dikonsumsi pasien, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.}}</ref>.
=== Denominasi-denominasi Protestan ===
|