Sharabha: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 20:
Legenda Narasimha-Sharabha terkait dengan dewa-dewa yang mengasumsikan bentuk-bentuk binatang mistis membunuh atau menundukkan apa adanya. Pertama, Wisnu mengambil bentuk Narasimha untuk membunuh Hiranyakashipu, seorang raja (setan) asura, yang meneror alam semesta dan pemuja Siwa.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/83605864|title=Shiva to Shankara : decoding the phallic symbol|last=Pattanaik, Devdutt.|date=2006|publisher=Indus Source Books|isbn=81-88569-04-6|location=Mumbai|oclc=83605864}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/25833896|title=Hindu art|last=Blurton, T. Richard.|date=1993|publisher=Harvard University Press|isbn=0-674-39188-8|location=Cambridge, Mass.|oclc=25833896}}</ref> Shiva Purana menyebutkan: Setelah membunuh Hiranyakashipu, kemarahan Narasimha tidak diredakan. Dunia dalam bahaya, takut apa yang akan dilakukannya. Para Dewa (para dewa) meminta Shiva untuk mengatasi Narasimha. Ketika itu gagal, Shiva bermanifestasi sebagai Sharabha manusia-singa-burung, dengan Pratyangira dan Soolini, energi betina Siwa, membentuk sayapnya. Sharabha kemudian menyerang Narasimha dan melumpuhkannya dengan mengerahkan Pratyangira sebagai senjata. Karena itu, ia memadamkan amarah Narasimha yang menakutkan dan mengembalikan sattva ke dalam dirinya. Narasimha menjadi pemuja Siwa setelah diikat oleh Sharabha. Sharabha kemudian memenggal dan menghilangkan kulit Narasimha sehingga Shiva dapat mengenakan kulit kepala dan singa sebagai pakaian. Lingga Purana dan Sharabha Upanishad juga menyebutkan mutilasi dan pembunuhan Narasimha ini. Setelah mutilasi, Wisnu mengambil bentuk normal dan pensiun ke tempat tinggalnya, setelah memuji Siwa. Dari sinilah Siwa kemudian dikenal sebagai "Sharabeshamurti" atau "Simhagnamurti".<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/60392545|title=Origin and growth of the Purāṇic text corpus : with special reference to the Skandapurāṇa|date=2004|publisher=Motilal Banarsidass Publishers|others=Bakker, Hans, 1948-, World Sanskrit Conference (12th : 2003 : Helsinki, Finland)|isbn=81-208-2049-5|edition=1st Indian ed|location=Delhi|oclc=60392545}}</ref>
== Ing agama Buddha ==
Dalam kisah Jataka tentang kehidupan Buddha sebelumnya, ada narasi yang berkaitan dengan kelahirannya sebagai Bodhisattva di hutan sebagai Sharabha, rusa berkaki delapan. Kisah ini adalah tentang welas asih rusa yang ditunjukkan kepada Raja yang ingin memburu rusa. Sang Raja, ketika mencoba memburu rusa, jatuh ke tebing dengan kudanya. Rusa bukannya meninggalkan raja karena nasibnya menyelamatkannya. Raja sangat tersentuh oleh belas kasih yang ditunjukkan oleh rusa dan setelah itu mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa berburu adalah kegiatan ilegal di negaranya. <ref>{{Cite web|url=https://www.himalayanart.org/items/50215|title=Shakyamuni Buddha - Jataka (previous lives) (Himalayan Art)|website=www.himalayanart.org|access-date=2020-03-16}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/157675106|title=The Jātaka : or, stories of the Buddha's former births|date=2000|publisher=Asian Educational Services|others=Cowell, Edward B. (Edward Byles), 1826-1903., Chalmers, Robert, Sir, 1858-, Rouse, W. H. D. (William Henry Denham), 1863-1950., Francis, H. T. (Henry Thomas), 1837-1924., Neil, Robert Alexander, 1852-1901.|isbn=81-206-1469-0|location=New Delhi|oclc=157675106}}</ref>
Dalam Buddhisme Tibet, sharabha direpresentasikan sebagai binatang buas dengan kepala dan tanduk kambing, surai singa dan tubuh serta kaki kuda. Ini melambangkan tekad, kekuatan dan kecepatan. Kadang-kadang, itu diwakili tambahan dengan tanduk kijang dan cakar elang. Kadang-kadang, kepala kambing digantikan oleh singa, kaki kuda oleh singa dan tanduk bisa menjadi domba jantan. Fitur umum dari semua representasi adalah tubuh kuda. Ini sering digambarkan sebagai tunggangan Dewa muda atau kurcaci di Torana - sebuah lengkungan enam tingkat di belakang tahta pencerahan Buddha atau Bodhisattva. Bersama dengan para dewa, mereka melambangkan kesempurnaan usaha (virya). <ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/62889442|title=The encyclopedia of Tibetan symbols and motifs|last=Beer, Robert, 1947-|date=2004, ©1999|publisher=Shambala|isbn=1-932476-10-5|location=Boston, MA|oclc=62889442}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/62889442|title=The encyclopedia of Tibetan symbols and motifs|last=Beer, Robert, 1947-|date=2004, ©1999|publisher=Shambala|isbn=1-932476-10-5|location=Boston, MA|oclc=62889442}}</ref>
== Rujukan ==
|