Bubuksah dan Gagangaking: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: nampak → tampak (2)
Baris 28:
|-
|1
|[[Berkas:033 Pendopo Relief (26560136098).jpg|jmpl|kiri|300px|]]
|''Gambaran adegan 1'': Seorang petapa yang gemuk, yang memakai penutup aurat dan jata (tutup kepala
petapa) duduk di atas sebuah batur berhadapan dengan seorang petapa lain yang rambutnya terlepas. Di samping kedua petapa itu nampaktampak sebuah rumah tertutup yang terbuat dari kayu, sebuah tempat sajian dari batu, dan relung untuk sajian.
 
 
''Penafsiran cerita'': Dua bersaudara pertapa, Bubuksah dan Gagangaking, tengah berselisih mengenai cara ''laku'' yang benar: apakah dengan cara berpantang makanan sehingga tubuh menjadi kurus atau dengan cara memakan segala sesuatu yang tersedia.
|-
|2
|[[Berkas:034 Pendopo Relief (26560131178).jpg|jmpl|kiri|300px|]]
|G''ambaran adegan 2'': Seekor harimau besar yang sedang mengaung mendatangi seorang petapa yang kurus-
kering yang rambutnya terurai. Di atas harimau itu sebuah awan dengan di dalamnya sesosok ''bhuta'' kecil yang mengangkat tangan kirinya. Di dalam pelipit atas tertulis angka tahun 1279 Saka (1375 M).
 
 
''Penafsiran cerita'': Macan jelmaan dari Kalawijaya menguji keteguhan hati Gagangaking, apakah ia bersedia berkorban dengan menjadi mangsa sang harimau. Gagangaking dalam kejadian ini menolak untuk menjadi mangsa (tangan kiri sang petapa menyiratkan penolakan).
|-
|3-4
|[[Berkas:035 Pendopo Relief (38620317810).jpg|jmpl|kiri|300px|]]
|''Gambaran adegan 3'': Harimau tadi kini mendekati petapa gemuk yang memakai "tutup kepala petapa." Di atas relief terdapat tulisan "bubuksah" dalam [[Aksara Kawi|huruf Kawi]] yang jelas. Bagian itu pernah terlepas, tetapi kemudian ditemukan kembali oleh van Stein Callenfels. Di dalam pelipit atas: sebatang pohon kecil.
 
Baris 51 ⟶ 49:
''Gambaran adegan 4'': = Harimau tadi sedang naik bukit ke udara, ia ditumpangi petapa gemuk yang berpakaian
 
tutup kepala petapa ("jatamakuta"). Ekornya dipegang petapa yang kurus-kering, yang masih berdiri di bawah pohon yang daun-daunnya terbentuk seperti bhuta yang sedang mengangkat tangan kanannya.
 
''Penafsiran cerita'': Bubuksah dianggap layak untuk memasuki alam orang suci dan diantar oleh sang macan untuk menuju ke sana. Atas permintaan Bubuksah, kakaknya Gagangaking juga boleh ikut, tetapi oleh sang macan dilarang ikut naik di punggungnya; oleh karena itu, ia hanya ikut berpegangan pada ekornya.
|-
|5
||[[Berkas:036 Pendopo Relief (38620310280).jpg|kiri|300px|]]
[[Berkas:037 Pendopo Relief (38620304720).jpg|kiri|300px|]]
|''Gambaran adegan 5'': Petapa yang kurus sedang berjalan di belakang petapa yang gemuk, yang mengikuti seorang dewa, yang berpakaian dan berhiasan indah, berambut buas. Pada adegan ini nampaktampak jelas penutup aurat yang dipakai Bubuksah dan Gagang Aking.
 
''Penafsiran cerita'': Kalawijaya dalam wujud aslinya mengantarkan Bubuksah dan Gagangaking memasuki tempat orang-orang suci.
Baris 75 ⟶ 73:
* Nawa Tunggal. [https://m.tribunnews.com/iptek/2015/12/02/sudah-7-abad-misteri-relief-panji-di-candi-penataran-belum-terkuak Sudah 7 Abad, Misteri Relief Panji di Candi Penataran Belum Terkuak]. TribunNews.com Edisi Rabu, 2 Desember 2015.
* Achmad Junaidi. [https://jatim.deliknews.com/2018/09/08/mengenal-lebih-jauh-blitar-kota-makam-raja-raja-episode-3-candi-penataran-palah-perwujudan-dewa-siwa/ Mengenal Lebih Jauh Blitar, Kota Makam Raja – Raja Episode 3 ( Candi Penataran/ Palah, Perwujudan Dewa Siwa)]. Deliknews.com. September 8, 2018.
 
 
 
{{Dongeng}}