Hidangan abad pertengahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k bentuk baku
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: lembab → lembap (9)
Baris 32:
=== Komposisi makanan ===
{{utama|Kedokteran abad pertengahan}}
Ilmu [[kedokteran]] pada Abad Pertengahan berpengaruh besar terhadap apa yang dianggap [[sehat]] dan ber[[gizi]] di kalangan masyarakat kelas atas. Gaya hidup seseorang — termasuk pola makan, [[olahraga]], perilaku sosial yang sesuai, dan [[obat]]-obatan [[medis]] yang telah disetujui — merupakan cara untuk meraih [[kesehatan]] yang prima, dan semua jenis makanan memiliki sifat-sifat tertentu yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Semua [[bahan makanan]] juga diklasifikasikan dalam skala, yang berkisar dari yang sifatnya panas sampai dingin dan dari yang lembablembap sampai kering, menurut teori [[humoralisme]] yang diajukan [[Galen]] serta mendominasi ilmu kedokteran Barat sejak zaman dahulu sampai dengan abad ke-17.
 
Para cendekiawan abad pertengahan menganggap [[pencernaan]] manusia seperti sebuah proses yang serupa dengan [[memasak]]. Pengolahan makanan pada [[lambung]] dilihat sebagai suatu kelanjutan dari persiapan yang dilakukan oleh sang [[juru masak]]. Agar makanan benar-benar "matang" dan nutrisi terserap dengan baik, adalah hal penting bahwa perut (lambung) diisi dengan cara yang tepat. Makanan yang mudah dicerna dikonsumsi pertama kali, diikuti secara bertahap dengan hidangan-hidangan yang lebih berat. Apabila pola ini tidak dituruti, diyakini bahwa makanan-makanan berat akan tenggelam di dasar lambung sehingga menghalangi saluran pencernaan; dengan demikian makanan akan lambat sekali dicerna, menyebabkan [[pembusukan]], dan menarik cairan-cairan buruk ke dalam lambung. Juga merupakan hal yang sangat penting bahwa makanan dari sifat-sifat yang berbeda tidak digabungkan.<ref name="Scully 1995, hlm. 135–136">Scully (1995), hlm. 135–136.</ref>
 
Sebelum menyantap makanan, perut lebih baik "dibuka" dengan sebuah [[aperitif]] (dari [[bahasa Latin]] ''aperire'', "membuka") yang sebaiknya bersifat panas dan kering: [[makanan manis]] yang terbuat dari rempah-rempah berlapis [[gula]] — atau [[madu]] — seperti misalnya [[jahe]], [[jintan]] dan biji [[adas manis]], [[adas]] atau [[jintan putih]], [[anggur (minuman)]] dan minuman susu dengan pemanis. Setelah perut dibuka, maka seharusnya "ditutup" pada akhir santapan dengan bantuan sebuah pencerna, biasanya [[dragée]], yang mana selama Abad Pertengahan terdiri atas gumpalan gula yang dibumbui, atau [[hippocras]], beraroma anggur, bersama dengan keju tua. Sebuah hidangan makanan yang ideal diawali dengan buah yang mudah dicerna, misalnya [[apel]]. Kemudian diikuti dengan sayuran seperti [[selada]], [[kubis]], [[gelang biasa]], herbal, buah-buahan lembablembap, daging yang mudah dicerna seperti [[daging ayam|ayam]] atau [[daging kambing|kambing muda]], dengan [[potage]] dan [[kaldu]]. Setelah itu dilanjutkan dengan daging "berat", seperti [[daging babi|babi]] dan [[daging sapi|sapi]], disertai dengan sayuran dan kacang-kacangan, termasuk [[pir]] dan [[kastanye]], yang mana keduanya dianggap sulit dicerna. Merupakan hal yang populer, dan direkomendasikan oleh ahli medis, untuk mengakhiri hidangan makan dengan keju tua dan berbagai pencerna.<ref>Scully (1995), hlm. 126–135.</ref>
 
Makanan yang paling ideal adalah yang paling mendekati keadaan cairan ([[humoralisme|humor]]) tubuh manusia, yakni cukup hangat dan lembablembap. Makanan sebaiknya juga dicincang dengan halus, ditumbuk dan disaring untuk mendapatkan sebuah campuran yang benar dari semua bahan. [[Anggur (minuman)|Anggur]] putih diyakini lebih bersifat dingin dibandingkan anggur merah (''red wine'') dan pembedaan yang sama diterapkan untuk cuka putih dan merah. Susu bersifat cukup hangat dan lembablembap, tetapi susu dari [[hewan]] yang berbeda sering kali diyakini berbeda. [[Kuning telur]] dianggap hangat dan lembablembap, sementara [[putih telur]] dianggap dingin dan lembablembap. Juru masak yang terampil diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan aturan pengobatan humoral tersebut. Bahkan seandainya hal ini membatasi kombinasi makanan yang dapat mereka siapkan, masih ada banyak ruang untuk variasi artistik oleh sang [[koki]].<ref>Terence Scully, "Tempering Medieval Food" dalam ''Food in the Middle Ages'', hlm. 7–12</ref>
 
=== Susunan kalori ===
Baris 71:
Semua jenis masakan melibatkan penggunaan api secara langsung. [[Kompor]] belum ada sampai abad ke-18, dan para [[koki]] perlu mengetahui bagaimana memasak secara langsung di atas api terbuka. [[Oven]] digunakan, tetapi pembuatannya mahal dan hanya ada di [[tukang roti]] dan rumah tangga yang cukup besar. Merupakan hal yang umum bagi suatu [[Komune abad pertengahan|komunitas]] untuk berbagi kepemilikan atas sebuah oven untuk memastikan bahwa pemanggangan roti yang penting bagi semua orang dibuat secara komunal, bukannya secara pribadi. Ada juga oven portabel yang dirancang untuk diisi dengan makanan dan kemudian dipendam dalam bara api, dan bahkan yang lebih besar dengan roda yang digunakan untuk berjualan [[pai]] di jalan-jalan kota abad pertengahan. Tetapi bagi kebanyakan orang hampir semua masakan menggunakan pot rebusan yang sederhana; hal ini merupakan praktik penggunaan [[kayu bakar]] yang paling efisien dan tidak membuang sari masakan dengan percuma, sehingga [[potage]] dan [[rebusan]] adalah hidangan yang paling umum.<ref>Adamson (2004), hlm. 55–56, 96.</ref> Secara keseluruhan, sebagian besar bukti menunjukkan bahwa masakan abad pertengahan memiliki kandungan [[lemak]] yang cukup tinggi, atau paling tidak ketika bahan yang mengandung lemak mampu dibeli. Hal ini dianggap kurang menjadi masalah pada suatu masa yang membutuhkan kerja keras luar biasa, [[bencana kelaparan]], dan penerimaan yang lebih besar — bahkan hasrat — untuk menjadi [[Kegemukan|gemuk]]; hanya kaum miskin atau sakit, dan [[asketik]] yang saleh, yang bertubuh [[kurus]].<ref>Dembinska (1999), hlm. 143.</ref>
 
[[Buah|Buah-buahan]] mudah dikombinasikan dengan daging, ikan, dan [[Telur (makanan)|telur]]. [[Resep]] ''Tart de brymlent'', sebuah pai ikan dari koleksi resep ''[[Forme of Cury]]'', memuat perpaduan dari [[Ficus|ara]], [[kismis]], [[apel]], dan [[pir]] dengan ikan ([[salmon]], [[kod]] kecil atau [[haddock]]) dan bintik-bintik [[prem]] merah keunguan di bawah puncak lapisan.<ref>Scully (1995), hlm. 113.</ref> Merupakan hal yang dianggap penting untuk memastikan bahwa hidangan makanan sesuai dengan standar [[kedokteran]] dan [[ahli gizi]] terkini. Ini berarti bahwa makanan harus diperlakukan menurut sifatnya dengan suatu kombinasi yang tepat saat penyiapan dan pencampuran rempah-rempah, [[bahan penyedap]], dan ramuan tertentu; ikan dianggap bersifat dingin dan lembablembap, dan paling baik dimasak dengan cara dipanaskan dan dikeringkan, seperti [[Penggorengan (masakan)|digoreng]] atau dipanggang dengan oven, serta dibumbui dengan rempah-rempah yang panas dan kering; [[daging sapi]] bersifat kering dan panas, dan oleh karena itu seharusnya [[Mendidih|dididihkan]]; [[daging babi]] bersifat panas dan lembablembap, dan seharusnya selalu [[Membakar|dibakar]].<ref>Scully (1995). hlm. 44–46.</ref> Dalam beberapa koleksi resep, ramuan-ramuan alternatif digunakan dengan lebih mempertimbangkan sifat [[humoralisme|humoral]] daripada apa yang seorang juru masak modern akan pertimbangkan untuk menjadi masakan yang memiliki kesamaan rasa. Dalam sebuah resep [[pai]] [[quince]], [[kubis]] dikatakan dapat digunakan sama baiknya, dan di lain pihak [[lobak cina]] dapat digantikan dengan buah pir.<ref name="Scully 1995, hlm. 70">Scully (1995), hlm. 70.</ref>
 
Pai ''[[shortcrust]]'' yang benar-benar dapat dimakan tidak terdapat dalam resep-resep hingga abad ke-15. Sebelum itu [[kue pastri|pastri]] tersebut terutama digunakan sebagai sebuah wadah memasak dalam suatu teknik yang dikenal sebagai "''[[:en:Huff paste|huff paste]]''". Koleksi resep yang masih ada menunjukkan bahwa [[gastronomi|seni memasak]] pada Abad Pertengahan Akhir berkembang secara signifikan. Teknik-teknik baru, seperti pai ''shortcrust'' dan kejelasan uraian atas jeli dengan [[putih telur]], mulai tampak pada resep-resep di akhir abad ke-14 dan resep-resep mulai memasukkan petunjuk rinci di samping menjadi sekadar bantuan pengingat untuk seorang koki yang sudah terampil.<ref>Barbara Santich, "The Evolution of Culinary Techniques in the Medieval Era" in ''Food in the Middle Ages'', hlm. 61–81.</ref>
Baris 151:
[[Berkas:Medieval wine conservation.jpg|jmpl|lurus|Seorang wanita mendemonstrasikan bagaimana seharusnya memperlakukan dan menyimpan wine.]]
 
[[Anggur (minuman)|Anggur]] (''wine'') umumnya me[[mabuk]]kan dan juga dianggap sebagai pilihan yang sehat dan paling bergengsi. Menurut ilmu gizinya [[Galen]], wine dianggap bersifat panas dan kering namun dapat diatasi jika diencerkan. Tidak seperti air atau bir, yang dianggap bersifat dingin dan lembablembap, konsumsi wine secukupnya (terutama [[anggur merah]] atau ''red wine'') diyakini —antara lain— membantu pencernaan, menghasilkan [[darah]] yang baik, dan mencerahkan suasana hati.<ref>Scully (1995), hlm. 138–39.</ref> Kualitas wine berbeda-beda secara signifikan tergantung pada tempat atau tahun pembuatan (''[[vintage]]''), jenis [[anggur]], dan yang lebih penting adalah banyaknya [[pemerasan anggur|pemerasan]]. Perasan pertama dibuat menjadi wine yang terbaik dan merupakan wine paling mahal yang mana diperuntukkan bagi masyarakat kelas atas. Perasan kedua dan ketiga menghasilkan kualitas dan kandungan alkohol yang lebih rendah. Kebanyakan orang biasanya harus puas dengan ''[[rosé]] '' atau anggur putih yang lebih murah dari perasan kedua atau ketiga, yang berarti dapat dikonsumsi cukup banyak tanpa menyebabkan mabuk berat. Bagi kalangan yang lebih miskin (atau yang paling saleh), [[vinegar]] encer (serupa dengan ''[[posca]]'' Romawi Kuno) — yang kandungan utamanya adalah [[cuka]] — sering menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia.<ref>Scully (1995), hlm. 140–42.</ref>
 
Penuaan ''red wine'' yang berkualitas tinggi membutuhkan pengetahuan khusus sekaligus peralatan dan tempat penyimpanan yang mahal, serta menghasilkan produk akhir yang bahkan lebih mahal. Dilihat dari saran yang diberikan dalam banyak dokumen abad pertengahan mengenai cara menyelamatkan wine yang menunjukkan tanda-tanda memburuk, pemeliharaan tentu saja suatu masalah umum. Sekalipun vinegar merupakan bahan minuman yang umum, hanya jumlah terbatas saja yang dapat digunakan (untuk dikonsumsi). Dalam buku masak abad ke-14, ''[[Le Viandier]]'', terdapat beberapa metode untuk menyelamatkan wine yang mulai rusak; pastikan bahwa tong berisi wine selalu terisi penuh atau tambahkan campuran biji anggur putih yang telah direbus dan dikeringkan dengan abu dari endapan ''white wine'' yang telah dibakar dan dikeringkan, di mana keduanya adalah [[bakterisida]] yang efektif, sekalipun proses kimiawi tersebut tidak dipahami pada saat itu.<ref>Scully (1995), hlm. 143–44.</ref> Wine dengan campuran rempah-rempah (''[[mulled wine]]'', ''spiced wine'') tidak hanya populer di kalangan orang kaya, tetapi juga dinilai sangat sehat oleh para dokter. Wine diyakini berperan sebagai semacam alat penguap dan penyalur bahan pangan lainnya ke seluruh bagian tubuh; tambahan rempah-rempah yang harum dan eksotis bahkan membuatnya lebih berfaedah. ''Spiced wine'' umumnya dibuat dari campuran ''(red) wine'' biasa dengan gabungan beragam rempah seperti [[jahe]], [[kapulaga]], ''[[Piper (genus)|piper]]'' (salah satu spesiesnya yaitu [[lada]]), ''[[Aframomum melegueta]]'' (salah satu spesies dari [[temu-temuan]]), [[pala]], [[cengkih]], dan gula. Campuran rempah ini terdapat dalam kantong kecil untuk dicelupkan dalam wine atau dituangkan dengan wine agar menghasilkan [[hippocras]]. Pada abad ke-14, kantong berisi campuran rempah yang siap pakai dapat dibeli di pedagang rempah-rempah.<ref>Scully (1995), hlm. 147–51.</ref>