Fatimah az-Zahra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Menolak 10 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 14505338 oleh Farwa Fatimah
Baris 14:
|nasab =
; Jalur ayah
[[Muhammad]] bin [[Abdullah bin Abdul Muththalib|Abdullah]] bin [[Syaibah bin Hasyim|Abdul Mutthalib]] bin [[Hasyim bin Abdul Manaf|Hasyim]] bin [[Abdul Manaf bin Qushay|Abdu Manaf]] bin [[Qushay bin Kilab|Qushay]] bin [[Kilab bin Murrah|Kilab]] bin [[Murrah bin Ka'b|Murrah]] bin [[Ka'ab bin Lu'ay|Ka'ab]] bin [[Lu'ay bin Ghalib|Lu'ay]] bin [[Ghalib bin Fihr|Ghalib]] bin [[Fihr bin Malik|Fihr]] bin Malik bin An-Nadhr bin [[Kinanah bin Khuzaimah|Kinanah]] bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin [[Adnan]] bin [[Ismail]] bin [[Ibrahim]]<ref>[[Siyar Alamin Nubala]] karya [[Adz-Dzahabi]], [[Al-Bidayah wa Nihayah]] karya [[Ibnu Katsir]], [[Fathul Bari]] karya [[Ibnu Hajar|Ibnu Hajar Al-Asqalani]], [[Zad al-Ma'ad]] karyaakarya [[Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah]]; Quraisy adalah julukan bagi salah satu di antara Fihr atau an-Nadhr ([[Sirah Nabawiyah|Raudhatul Anwar]] karya Shafiyyurahman al-Mubarakfuri).</ref>
|nisbah =
|birth_name =
Baris 57:
Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Rasulullahu alaihi wassalam dengan memberikan nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya).
 
Ia putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa dan ketika menginjak usia 5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya. sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia pun sangat pun sedih dengan kematian ibunya.
 
Rasulullah sangat menyayangi Fatimah, setelah Rasulullah bepergian ia lebih dulu menemui Fatimah sebelum menemui istri istrinya. Aisyah berkata ,” Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Rasulullah selain Fatimah, jika ia datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fatimah bila Rasulullah datang mengunjunginya”mengunjunginya.”.
 
Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:” Sungguh Fatimah bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah berarti membuat aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fatimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti”disakiti.”.
 
Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menjalankan haji wada’ dan ketika ia melihat Fatimah, baginda menemuinya dengan ramah sambil berkata,” Selamat datang wahai putriku”. Lalu baginda menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikkan sesuatu, sehingga Fatimah menangis dengan tangisan yang keras, tatkala Fatimah sedih lalu baginda membisikkan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fatimah tersenyum.
Baris 75:
Ketika usianya beranjak dewasa, Fatimah Az-Zahra dipersunting oleh salah satu sepupu, sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah, [[Ali bin Abi Thalib]].
{{sect-stub}}
Pada hari itu pula para penghuni langit bergembira melihat pernikahan Ali dan fatimah.Sungguh pernikahan yang sangat indah, dengan bermahar baju besi yang dahulu di berikan oleh rasulullah kepada ali, kini menjadi mahar untuk anaknya. Di antara sahabat yang melamar az-Zahra adalah Abu Bakar dan Umar, akan tetapi Nabi SAW menolak dengan cara yang halus. Kemudian Ali bin Abi Thalib r.a. mencoba mendatangi Nabi untuk meminang Fathimah. Ali bercerita:
 
Aku ingin mendatangi Rasulullah SAW untuk meminang putri beliau yaitu Fathimah. Aku berkata, “Demi Allah aku tidak memiliki apa-apa.” Kemudian aku ingat akan kebaikan beliau SAW maka aku beranikan diri untuk meminangnya. Nabi SAW bersabda kepadaku, “Apakah kamu memiliki sesuatu?”
 
Aku berkata, “Tidak ya Rasulullah.” Kemudian beliau bertanya, “Lantas di manakah baju besi al-Khuthaimah yang pernah aku berikan kepadamu pada hari lalu?” “Masih aku bawa ya Rasulullah.” Jawabku. Selanjutnya Nabi SAW bersabda, “Berikanlah barang itu kepada Fathimah sebagai mahar.”Segeralah Ali pergi dan sebentar kemudian datang dengan membawa baju besi. Rasulullah SAW memerintahkan kepada beliau untuk menjualnya, kemudian hasilnya sebagai perlengkapan pernikahan.[7] Akhirnya baju besi tersebut dibeli oleh Utsman bin ‘Affan r.a. dengan harga 470 dirham. Lalu Ali menyerahkan uang tersebut kepada Rasulullah SAW. Maka, beliau menyerahkan sebagian uang tersebut kepada bilal untuk dibelikan parfum dan wewangian, sedangkan sisanya diserahkan kepada Ummu Salamah r.a. untuk dibelikan perlengkapan pengantin.
 
Selanjutnya, Nabi SAW mengundang para sahabat dan mempersaksikan kepada mereka bahwa beliau telah menikahkan putrinya Fathimah dan Ali bin Abi Thalib dengan mahar 400 mitsqal perak menurut sunnah yang lurus dan berdasarkan faridhah yang wajib. Beliau mengakhiri khotbah nikahnya dengan memohonkan barakah kepada Allah bagi kedua mempelai serta mendoakan mereka agar menjadi keluarga yang shalih. Setelah itu beliau menyambut para tamu yakni para sahabat yang mulia yang tersedia di hadapan mereka dengan buah kurma.
 
Pada malam pernikahan az-Zahra bersama Farisul Islam Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW memerintahkan Ummu Salamah agar membawa pengantin putri ke rumah Ali bin Abi Thalib yang telah dipersiapkan sebagai tempat tinggal mereka berdua, dan beliau meminta agar mereka berdua menunggu beliau di sana.
 
Setelah shalat Isya’, Rasulullah SAW mendatangi keduanya, kemudian beliau meminta diambilkan air dan beliau berwudhu dengannya lalu menuangkan air tersebut kepada mereka berdua seraya berdoa:
 
“Ya Allah berkahilah keduanya, berikanlah barakah atas mereka dan berkahilah keturunan mereka berdua.”
 
Maka, bergembiralah kaum muslimin dengan pernikahan az-Zahra dan imam Ali r.a. Datang pula Hamzah paman Rasulullah dan juga paman Ali dengan membawa dua biri-biri kemudian disembelih lalu para sahabat memakannya di Madinah.
 
Belum genap satu tahun setelah pernikahan keduanya, Allah mengaruniakan penyejuk pandangan kepada Fathimah dan kekasihnya dengan lahirnya cucu pertama dari Rasulullah SAW yang diberi nama Hasan bin Ali, pada tahun ketiga setelah hijrah. Hal itu menggembirakan Nabi SAW dengan kegembiraan yang besar, maka didengungkanlah adzan ke telinga bayi, dan digosoklah langit-langit mulut bayi tersebut dengan kurma serta diberi nama “Hasan”, lalu digundullah kepalanya dan disedekahkanlah perak seberat rambut tersebut kepada orang-orang fakir.
 
Belum lagi umur Hasan berumur satu tahun menyusul kemudian lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun 4 Hijriyah.
 
Maka terbukalah hati Nabi SAW terhadap kedua cucunya yang berharga yakni Hasan dan Husein. Sungguh, beliau melihat bahwa kedua cucunya memiliki arti khusus bagi kehidupan beliau di muka bumi ini, maka beliau melimpahkan kecintaan dan kasih sayang yang dalam kepada keduanya. Tatkala turun ayat:
 
“Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. alAhzab: 33).
 
Adalah Nabi ketika itu bersama Ummu Salamah r.a. dan beliau mengundang Fathimah, Ali, Hasan dan Husein kemudian beliau menyelimuti mereka dengan kain seraya berdoa:
 
“Ya Allah inilah ahli baitku, Ya Allah hilangkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka dengan sebersih-bersihnya.”
 
Demikianlah Rasulullah SAW mengulanginya tiga kali kemudian beliau melanjutkan doanya:
 
“Ya Allah jadikanlah shalawat-Mu dan barakah-Mu terlimpah kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkannya kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.”
 
Kemudian diikuti buah yang penuh barakah yakni Fathimah melahirkan anak wanita pada tahun 5 Hijriyah yang oleh kakeknya diberi nama Zainab. Setelah berselang dua tahun, lahir seorang anak wanita lagi yang diberi nama oleh Rasulullah SAW Ummi Kultsum.
 
Karena itulah Allah telah mengaruniakan kepada az-Zahra nikmat yang agung karena keturunan Nabi hanya diteruskan oleh anaknya, demikian pula Allah telah menjaga mereka yang memiliki silsilah keturunan yang paling mulia yang dikenal oleh manusia.
 
=== Keturunan ===
Dari pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra memiliki 4 anak, 2 putra dan 2 putri. 2 putra yaitu Hasan dan Husain. Sedangkan yang putri yaitu Zainab dan Ummu Kultsum. Hasan dan Husain sangat disayangi oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Waalihi Wassalam. Sebenarnya ada satu lagi anak Fatimah Az Zahra bernama Muhsin ,tetapi Muhsin meninggal dunia karena keguguran.
{{sect-stub}}
 
 
== Kesayangan ayahnya ==
Baris 156 ⟶ 121:
[[Kategori:Anak Muhammad]]
[[Kategori:Kelahiran 606]]
[[Kategori:Tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'anAlquran]]