Angulimala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
→‎Sejarah: terlalu rinci sepertinya, mungkin begini saja cukup
Baris 135:
Indolog [[Richard Gombrich]] menyatakan bahwa kisah Angulimala bisa jadi sesungguhnya merupakan pertemuan antara Sang Buddha dan seorang pengikut ajaran [[tantra]] aliran [[Saiwa]] atau [[Sakta]].{{sfn|Gombrich|2006|p=151}} Gombrich menarik kesimpulan tersebut atas dasar sejumlah inkonsistensi dalam manuskrip yang mengindikasikan adanya pengubahan,{{sfn|Gombrich|2006|pp=144–51}} serta penjelasan kurang memuaskan tentang perilaku Angulimala yang diuraikan oleh para penafsir.{{sfn|Gombrich|2006|pp=136, 141}}{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|p=170}} Ia menyatakan bahwa terdapat beberapa rujukan lain dalam kanon Pāli yang tampaknya mengindikasikan keberadaan para pengikut [[Siwa]], [[Kāli]], dan dewa-dewi lainnya yang berkaitan dengan ritual berdarah ajaran tantra.{{sfn|Gombrich|2006|pp=155–62}} Inkonsistensi tekstual yang ditemukan dapat dijelaskan melalui teori tersebut.{{sfn|Gombrich|2006|pp=152–4}}
 
Gagasan bahwa Angulimala adalah bagian dari kultus kekerasan dikemukakan oleh peziarah Tionghoa [[Xuan Zang]] (602–64 M). Dalam [[Catatan Tang Besar tentang Wilayah Barat|catatan perjalanannya]], Xuan Zang menyatakan bahwa Angulimala diajari oleh gurunya bahwa ia akan lahir di [[Brahma (agama Buddha)|alam Brahma]] jika berhasil membunuh seorang [[Buddha]]. Sebuah manuskrip Tionghoa kuno memberikan penjelasan serupa, menyatakan bahwa guru dari gurunya Angulimala memberikan ajaran kejam tersebut untuk mencapai keabadian.{{sfn|Brancaccio|1999|pp=105–6}} Pernyataan Xuan Zang kemudian dikembangkan oleh [[Dunia Barat|orang-orang Barat]] yang menerjemahkan catatan perjalanan Xuan Zang pada awal abad ke-20, tapi sebagian berdasarkan pada kesalahan terjemahan.{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|p=177 n.25}}{{sfn|Analayo|2008|pp=143–4 n.42}} Terlepas dari itu, Gombrich merupakan cendekiawan modern yang pertama kali mengemukakan gagasan tersebut. Namun, pernyataannya bahwa praktik tantra telah ada sebelum selesainya penyusunan [[Suttapitaka|kitab-kitab Buddhis]] (dua sampai tiga abad [[Sebelum Masehi]]) bertolak belakang dengan pengetahuan umum. [[Konsensus ilmiah]] menetapkan kebangkitan kultus tantra perdana pada masa sekitar seribu tahun kemudian, dan tak ada bukti kuat yang ditemukan (baik bukti tertulis atau lainnya) tentang praktik tantra berdarah pada masa sebelumnya.{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|p=170}}{{sfn|Gombrich|2006|pp=152 n.7, 155}} <!--Meskipun Gombrich berpendapat bahwa ada praktik [[antinomianisme|antinomianis]] (bertentangan dengan norma moral) lain yang serupa yang hanya disebutkan sekali saja dalam [[Tipitaka|kitab suci Buddha]] dan tak dapat ditemukan di luar kitab tersebut,{{sfn|Gombrich|2006|p=152, 156}} cendekiawan kajian agama Buddha Mudagamuwa dan Von Rospatt menyatakannya sebagai contoh yang keliru. Mereka juga mempermasalahkan argumen metrikal Gomrich, sehingga tidak sependapat dengan hipotesis Gomrich terkait Angulimala. Meskipun demikian, mereka menganggap ada kemungkinan bahwa praktik kekerasan yang dilakukan Angulimala merupakan salah satu jenis kultus bersejarah.{{sfn|Mudagamuwa|Von Rospatt|1998|pp=172–3}}-->
 
Dalam terjemahan [[bahasa Tionghoa|Tionghoa]] dari Damamūkāwadāna oleh [[Hui-chiao]],{{sfn|Malalasekera|2003|p=628}} demikian pula dalam temuan-temuan arkeologis,{{sfn|Zin |2005|page=706}} Angulimala diidentifikasikan dengan Raja [[Kalmasapada]] atau Saudāsa dalam [[mitologi Hindu]], yang dikenal sejak [[zaman Weda]]. Manuskrip kuno sering kali menceritakan kehidupan Saudāsa sebagai kehidupan Angulimala sebelumnya, dan kedua tokoh tersebut menghadapi masalah untuk menjadi seorang [[brahmana]] yang baik.{{sfn|Zin |2005|page=706}}