N-250: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Harry Deliputra Utana (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Urang Kamang
Tag: Pengembalian
MeganMahendra (bicara | kontrib)
k pengaturan dan perapihan pranala
Baris 18:
|variants with their own articles =
}}
'''Pesawat N-250''' adalah pesawat [[pesawat penumpang sipil|penumpang sipil]] (airliner) regional [[komuter]] turboprop rancangan asli [[IPTN]] (Sekarang [[PT Dirgantara Indonesia]],PT DI, ''Indonesian Aerospace''), [[Indonesia]]. Menggunakan kode '''N''' yang berarti '''Nusantara''' menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan '''[[Nurtanio Pringgoadisuryo|Nurtanio]]''', yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. Berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti [[CN-235]] di mana kode '''CN''' menunjukkan '''CASA-Nusantara''' atau '''CASA-Nurtanio''', yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan [[CASA]] [[Spanyol]] dengan [[IPTN]].
 
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun [[1995]]). Menjadi bintang pameran pada saat [[Indonesian Air Show]] [[1996]] di [[Cengkareng]]. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah [[Krisis finansial Asia 1997|krisis ekonomi 1997]]. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh [[B.J. Habibie]] setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin, dan direncanakan dihilangkannya sistem [[Sistem fly-by -wire]].
 
Pertimbangan [[B.J. Habibie]] untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya [[Fokker F-50]] sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya [[1985]], karena perusahaan industrinya, [[Fokker Aviation]] di [[Belanda]] dinyatakan gulung tikar pada tahun [[1996]].
 
== Performa Pesawat ==
Baris 28:
[[Berkas:250 3v.gif|ka|jmpl|Gambar tiga sisi N-250]]
 
Pesawat ini menggunakan [[mesin turboprop]] 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan [[Allison]]. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang. Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 14801.480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).
 
== Berat dan Dimensi ==
Baris 42:
== Sejarah ==
 
Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, ''Indonesian Aerospace'') pada [[Paris Air Show]] [[1989]]. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi ''fly by wire'' pertama di dunia dimulai pada tahun [[1992]].
 
N-250 rencananya akan dibuat empat pesawat prototipe (''prototype aircraft - PA'') yaitu PA-1, PA-2, PA-3, dan PA-4. Akan tetapi hanya dibuat 2 pesawat prototip saja menyusul diberhentikannya program pengembangan.
* PA-1 dengan sandi '''[[Gatotkaca]]''', 50 penumpang, terbang perdana (''first flight'') selama 55 menit pada tanggal [[10 Agustus]] [[1995]].
* PA-2 dengan sandi '''[[Krincing Wesi]]''', N250-100, 68 penumpang terbang perdana (''first flight'') pada tanggal [[19 Desember]] [[1996]].
 
Saingan pesawat ini adalah [[ATR 42-500]], [[Fokker F-50]] dan [[Dash 8-300]].