Pembelajaran Penemuan (discovery learning) dapat terjadi setiap kali peserta didik tidak diberikan jawaban yang tepat melainkan difasilitasi materi untuk menemukan jawaban sendiri. Pembelajaran penemuan terjadi dalam situasi penyelesaian masalah dan peserta didik memanfaatkan pengalamannya sendiri dan pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
Dengan pembelajaran penemuan (''discovery''), peserta didik ditekankan untuk belajar mandiri, memanipulasi obyek, melakukan eksperimen atau penyelidikan dengan peserta didik lain sebelum membuat generalisasi.<ref>{{Cite book|title=Proses Belajar Mengajar di Sekolah|last=Suryosubroto|first=B.|date=2009|publisher=Rineka Cipta|isbn=|location=Jakarta|pages=178|url-status=live}}</ref> Pembelajaran penemuan atau ''discovery learning'' memberikan kesempatan secara luas kepada peserta didik dalam mencari, menemukan, dan merumuskan konsep-konsep dari materi pembelajaran.<ref>{{Cite book|title=The act of discovery|last=Bruner|first=Jerome, S.|date=1961|publisher=Harvard Educational Review|isbn=|location=Massachusetts, USA|pages=31 (1): 21–32.|url-status=live}}</ref>
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses, yaitu: memperoleh informasi baru, transformasi informasi, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Menurutnya, ketiga proses tersebut berlangsung hampir bersamaan.<ref>{{Cite book|title=Beyond the Information Given: Studies of Psychology of Knowing|last=Bruner, J.S. and|first=Anglin, J.M.|date=1973|publisher=Norton|isbn=|location=New York|pages=|url-status=live}}</ref>