== Biografi ==
=== Kelahiran ===
Abu Nawas terlahir pada tahun [[747]] [[Tahun Masehi|M]] sebagai anak yatim di kota [[Ahvaz]], [[Iran]]. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Hasan ibn Hani Al-Hakami. Sepeninggal ayahnya, Abu Nawas kemudian di bawadibawa ibunya ke kota [[Basra]], [[Irak]]. Dia di sana belajar beberapa ilmu agama seperti ilmu hadits, sastra Arab, dan ilmu Al-Quran.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/11/08/03/lpcmcx-tokoh-sufi-abu-nawas-penyair-ulung-nan-jenaka|title=Tokoh Sufi: Abu Nawas, Penyair Ulung Nan Jenaka|date=2011-08-03|website=Republika Online|access-date=2020-04-07}}</ref>
=== Memulai karier di Bagdad ===
Tak lama setelah belajar ilmu-ilmu agama, Abu Nawas bertemu dengan Walibah ibn Habib Al-Asad. Walibah memberikan pelajaran kepada Abu Nawas untuk memperhalus kembali bahasa yang dia gunakan. Dia juga pergi ke Kufah untuk bertemu dengan orang-orang Arab [[Suku Badui (Arab)|Badui]] supaya ia dapat memperhalus serta memperdalam kesustraan [[bahasa Arab]]. Oleh karena itu, tak lama kemudian Abu Nawas terkenal sebagai seseorang sastrawan cemerlang. Abu Nawas dengan cepat menjadi terkenal karena puisinya yang jenaka dan lucu, tidak berhubungan dengan tema-tema tradisional seperti tema padang pasir, tetapi berbicara tentang kehidupan kota dan menyanyikan kegembiraan meminum anggur (khamr) dan cinta dari anak laki-laki muda dengan humor nakal. Puisi pujinyapujiannya yang berisi puji-pujiaanpujian memungkinkannya untuk ikut mendukung Khalifah [[Harun Ar-Rasyid]], dan ia juga mengaitkan dirinya dengan keluarga wazir Barmak, yang saat itu berada di puncak kekuasaan mereka. Akhirnya, dia pun dipercaya sebagai orang kepercayaan oleh Khalifah [[Harun Ar-Rasyid]], pemimpin dinasti [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]] yang kelima.<ref>{{Cite web|url=http://abulyatama.ac.id/?p=5261|title=Abu Nawas, Penyair Juga Orang Tercerdik di Dunia – Universitas Abulyatama|last=Hakim|first=Abdul|language=en-US|access-date=2020-04-07}}</ref>
=== Pertaubatan ===
Meski Abu Nawas pernah mendapat pendidikan agama, Abu Nawas di semasa mudanya adalah seseorang yang menyukai kehidupan hura-hura dan berpesta pora. Dia adalah seorang pemabuk berat. Hal ini dapat di ketahui melalui beberapa tema-tema puisi yang dia ciptakan di saat masa mudanya dulu. Syair-syairnya masa itu lebih banyak bercerita tentang minuman, wanita dan cinta. Tapi meskiMeski seorang pemabuk, kepiawaiannya dalam mencipta syair ketika itu nyaris tak tertandingi. Terbukti, walaupun dalam keadaan mabuk, ia tetap mampu menelurkan mutiara-mutiara kata yang indah. Hingga pada suatu saat, ketika Abu Nawas membacakan puisi tentang Kafilah Bani Mudhar,. diaDia dihukum karena membuat Khalifah murka karena isi puisi itu sangat menyinggung sang Khalifah. Abu Nawas pun dipenjara karenanya.<ref>{{Cite web|url=https://makassar.tribunnews.com/2015/10/08/ini-kisah-abu-nawas-yang-menyinggung-penyakit-kepribadian-anda|title=Ini Kisah Abu Nawas yang Menyinggung Penyakit Kepribadian Anda|website=Tribun Timur|language=id-ID|access-date=2020-04-07}}</ref>
Sejak mendekam di penjara, puisi-puisi Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kendi tuaknya, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Syair-syairnya tentang tobat bisa dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa keagamaannya yang tinggi<ref>{{Cite web|url=https://www.sufiz.com/jejak-sufi/sekelumit-tentang-sosok-abu-nawas-yang-perlu-dikenal.html|title=Sekelumit tentang Sosok Abu Nawas yang Perlu Dikenal|date=2018-05-12|website=SUFIZ.COM|language=en-US|access-date=2020-01-13}}</ref>.
=== Kematian ===
== Karier Kesusastraan ==
Abu Nawas dianggap sebagai salah satu sastrawan yang terbesar dalam literatur Arab klasik. Dia mempengaruhi banyak sastrawan generasi kemudian, termasuk [[Umar Khayyām|Omar Khayam]], dan [[Hafidz Asy-Syirazi|Hafiz]] yang di mana keduanya adalah penyair dari Persia. Kartun hedonistik Abu Nawas muncul di beberapa narasi [[Seribu Satu Malam]]. Di antara puisi-puisinya yang paling terkenal adalah beberapa yang mengejek tema "Old Arabia"konvensional, yaitu nostalgia untuk kehidupan orang-orang Badui, dan dengan antusias memuji kehidupan yang diperbarui di [[Bagdad]] sebagai perbedaan yang jelas. Dia adalah salah satu dari beberapa orang yang kepadanya penemuan bentuk sastra ''mu'ammā'' (secara harfiah 'dibutakan' atau 'digelapkan').<ref>{{Cite book|url=http://dx.doi.org/10.4324/9780203020425|title=Encyclopedia of Arabic Literature|date=2003-09-01|publisher=Routledge|isbn=978-0-203-02042-5|editor-last=Meisami|editor-first=Julie Scott|editor-last2=Starkey|editor-first2=Paul}}</ref>
Puisi-puisinya sempurna secara tata bahasa, dan didasarkan pada tradisi Arab. Dia terkenal dengan kepengarangan tardiyya''tardiyyah'' (puisi mengambil adegan berburu sebagai subjeknya), yang dengan itu mencapai peringkat genre dalam dirinya sendiri. Tema perburuan sudah ditemukan di qasidaqasidah pra-Islam dan di muMu'allaqa Imrou'l Qays, yang mengabdikan tujuh ayat untuk deskripsi perburuan rusa. Hal yang sama berlaku untuk peran mendasar dalam pengembangan puisi yang bertemakan pesta pora dan bermabukan sebagai genre sendiri. Tema ini juga hadir dalam puisi kuno, seperti yang ditunjukkan pada garis pembukaan lain Mu'allaqat. Akhirnya, Abu Nawas suka membuat skandal masyarakat dengan secara terbuka menulis hal-hal yang dilarang oleh Islam. Tema dari puisi tersebut umumnya adalah tentang kehidupan kota. Tema utamanya adalah cinta, anggur, anak laki-laki dan perburuan, kebebasan, tetapi juga kecemasan akan kematian dan penuaan. Pikiran kritisnya berubah terutama terhadap institusi keagamaan.<ref>Il s'agit des vers 63 à 69 ; cf.''Les Suspendues (Al-Mu'allaqât), '' trad. et prés. Heidi TOELLE, éd. Flammarion, coll. GF, Paris, 2009, {{p.|67-97}}</ref>
Karya Abu Nawas adalah bagian dari gerakan pembaruan puisi Arab, yang dimulai pada masa Bani Umayyah (661-750) dan jatuh tempo di bawah kekhalifahan Abbasiyah pertama (e. 750), jadi persis selama masa hidupnya. Ia harus dianggap sebagai seniman penting gerakan ini, yang menganggap puisi sebagai ekspresi bebas dan langsung dan bukan sebagai pengulangan pola bahasa klasik dan blok bahasa.<ref>Chebel, 2005, p. 21.</ref>
== Tema-tema puisi ==
=== Anggur ===
''Bakra'' atau ''Khamriya'' adalah seni puitis Arab yang menjadi salah satu yang paling banyak dikembangkan, dan diperluas dari bagian dalam semenanjung Arab hingga ke Al-Andalus, dan Abu Nawas adalah salah satu penyair Persia-Arab yang paling sering menggunakan tema ini dalam karya-karyanya. Dalam puisi subgenre ini, penulis membangun teks melalui metafora dan melalui kepribadian dan harmoni yang besar melalui kosakata yang rumit tentang kacamata,pandangan akan minuman, bar dan biara, Kristen dan Yahudi, wanita cantik yang dikurung, yang ayahnya akan melepaskannya hanya dalam kelimpahan harta, kehidupan pengadilan dengan kemewahan, kehancuran pemukiman, parfum dan agama<ref>Gil, 2009, p. 266.</ref>.
=== Cinta ===
Beberapa puisi-puisi Abu Nawas juga mengandung banyak seks, erotisme, kekuatan dan pengendalian diri. Membaca puisinya, orang mendapat kesan menghadiri pesta seks di sebuah bar di padang pasir, dengan minuman yang penuh dengan nektarmadu, makanan lezat dan gelas-gelas penuh anggur. Saat membaca puisinya, orang dapat membayangkan bayangan budak yang lemah dan orang-orang terkasih yang patuh, dikelilingi oleh sesama pengunjung dan mengundang orang-orang yang sinis dan orang-orang yang sembrono''sembrana''<ref>Chebel, 2005, p. 23.</ref>.
=== Agama ===
Selain bertemakan kehidupan dunia yang bersifat hedonisme, Abu Nawas juga menciptakan puisi-puisi yang bertemakan agama Islam. Seperti bertema tentang pertaubatan dan masa penantian di hari tua. Secara umum, puisi dan syair yang ditulisnya terdiri dari beberapa tema. Ada yang bertema pujian (''madah''), satir (''hija''), zuhud (''zuhdiyat''), bahaya minum khamar (''khumriyat''), cinta (''hazaliyat''), serta lelucon (''mujuniyah''). Khusus untuk puisi yang bertemakan agama, Abu Nawas membuatnya selepas ia keluar dari penjara yang disebabkan ia membuat puisi yang menyinggung Khalifah, yang berjudul "Kafilah Bani Mudhar". Sejumlah puisi Abu Nawas dihimpun dalam Diwan Abu Nuwas yang telah dicetak dalam berbagai bahasa.<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/share/pxm3zu385|title=Humor Cerdas: Abu Nawas, Nasrudin Hoja, dan Syekh Bahlul|date=2019-09-11|website=Republika Online|access-date=2020-04-07}}</ref>
AdaPuisi-puisinya ada yang diterbitkan di [[Wina]], [[Austria]] (pada tahun 1885), di [[Greifswald]] (pada tahun 1861), cetakan litrografi di [[Kairo]], [[Mesir]] (pada tahun 1277 H/1860 M), [[Beirut]], [[Lebanon]] (pada tahun 1301 H/1884 M), [[Bombay]], [[India]] (pada tahun 1312 H/1894 M). Beberapa manuskrip puisinya tersimpan di perpustakaan [[Berlin]], [[Wina]], [[Leiden]], dan [[Mosul]]. Pada tahun 1855, kumpulan puisinya diedit oleh A Von Kremer dengan judul ''Diwans des Abu Nowas des Grosten Lyrischen Dichters der Araber''<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/09/03/01/34666-abu-nawas-legenda-humor-penyair-islam|title=Abu Nawas Legenda Humor Penyair Islam|date=2009-03-01|website=Republika Online|access-date=2020-01-12}}</ref>.
== Contoh Puisi ==
=== Kegembiraan dari Bagdad ===
Saya menjawab: ya, jika itu dengan sukacita
dari BaghdadBagdad akan berakhir.
Bagaimana saya bisa berhaji?
== Warisan ==
Dia adalah salah satu dari berbagai orang yang dipercaya seorang penemu bentuk sastra dari ''mu‘ammā'', sebuah teka-teki yang dipecahkan "dengan menggabungkan huruf-huruf penyusun kata atau nama yang bisa ditemukan."<ref>G. J. H. van Gelder, "mu‘ammā", in ''Encyclopedia of Arabic Literature'', ed. by Julie Scott Meisami and Paul Starkey, 2 vols (London: Routledge, 1998), II 534.</ref>.
Karya-karya Abu Nawas bebas beredar hingga tahun-tahun awal abad kedua puluh. Pada tahun 1932 edisi modern pertama yang disensor dari karya-karyanya muncul di kota [[Kairo]]. Pada Januari 2001, Kementerian Kebudayaan Mesir memerintahkan pembakaran sekitar 6.000 buku puisi homo erotik karya Abu Nuwas<ref>''Al-Hayat'', January 13, 2001</ref><ref>''Middle East Report'', 219 Summer 2001</ref>.
Penggambaran fiksi terhadap Abu Nawas sebagai karakter protagonis dapat ditemui di novel "The Father of Locks" dan "The Khalifah's Mirror" oleh Andrew Killeen, di mana ia digambarkan sebagai mata-mata yang bekerja untuk [[Ja'far al-Barmaki]]<ref>{{cite web|url=http://www.dedalusbooks.com/our-books/reviews.php?id=00000204 |title=The Father of Locks by Andrew Killeen : Our Books :: Dedalus Books, Publishers of Literary Fiction |publisher=Dedalusbooks.com |date= |accessdate=2014-06-20}}</ref>.
Dalam novel Sudan ''Season of Migration to the North'' (1966) oleh [[Tayeb Salih]], puisi cinta Abu Nuwas dikutip secara luas oleh salah satu karakter protagonis novel itu, Mustafa Sa'eed, sebagai sarana merayu seorang wanita Inggris muda di London: "Tidakkah kamu senang bahwa bumi sedang bangkit atau anggur perawan tua itu ada untuk diambil?"<ref>{{Cite book|title=Season of migration to the north|last=al-Ṭayyib.|first=Ṣāliḥ|last2=الطيب.|first2=صالح،|publisher=|others=Johnson-Davies, Denys., Lalami, Laila, 1968-|year=2009|isbn=9781590173022|edition=[Rev. ed.]|location=New York|pages=119–120|oclc=236338842}}</ref>.
=== Bagdad ===
=== Budaya Swahili ===
Seniman Tanzania Godfrey Mwampembwa menciptakan sebuah buku komik Swahili bernama Abunuwasi yang diterbitkan pada tahun 1996. Komik ini menampilkan tokoh penipu bernama Abunuwasi sebagai protagonis dalam tiga cerita yang mengambil inspirasi dari cerita rakyat Afrika Timur serta fiksi Abu NuwasiNuwas dari [[Seribu Satu Malam]]<ref>name="Pilcher">Pilcher, Tim and Brad Brooks. (Foreword: Dave Gibbons). ''The Essential Guide to World Comics''. ''[[Collins and Brown]]''. 2005. 297.</ref><ref>{{cite book|author=Gado (Author) |title=Abunuwasi (Swahili Edition) (9789966960900): Gado: Books |isbn=9966960902 |year=1996 }}</ref>.
=== Budaya Indonesia ===
{{untuk|tokoh sufi satirikal yang terkenal akan cerita humornya|Nasruddin}}
Tokoh Abu Nawas di [[Indonesia]] sering kali disalahkprahkandisalahpahami dengan tokoh sufi satirikal yang bernama [[Nasruddin]]. Kedua tokoh tersebut nyatanya adalah orang yang berbeda dan hidup di masa yang berbeda. Abu Nawas hidup di kota [[Bagdad]] pada abad ke-8 Masehi di masa Khalifah [[Harun Ar-Rasyid]] dan Khalifah Al-Amin. Pada masanya, Abu Nawas lebih terkenal dengan karya sastra puisinya daripada kehidupan sufi dan humornya. Sedangkan [[Nasruddin|Nasruddin Hoja]] hidup di [[Turki]] pada abad ke-13 Masehi di masa [[Kesultanan Seljuk Rum]]. Tokoh yang satu ini lebih terkenal dari sisi humornya dan dia bukan seorang sastrawan seperti Abu Nawas. Mungkin salah satu hal yang membuat mereka berdua sering disalahkaprahkan adalah karena memiliki banyak persamaan. Baik Abu Nawas maupun [[Nasruddin]], mereka sama-sama seorang sufi yang humoris, dan mereka juga berdua dekat dengan penguasa yang hidup di [https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/09/20/odsl15313-bedanya-nasrudin-khoja-dan-abu-nawas zamannya].<ref>{{Cite journal|date=2019-06-14|title=Nasruddin|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Nasruddin&oldid=15218007|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>
== Catatan kaki ==
|